Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Petualangan Cinta Hendra – Dukun saktiku

Hari-hariku penuh dengan petualangan seks, dan aku semakin mempercayai dukun yang membuat kemaluanku menjadi sebesar dan sepanjang sekarang ini, kata dia setelah kemaluanku ini dibuat besar dan panjang dan setelah diberi ajian-ajian oleh dia, kemaluanku ini akan membuat para wanita bertekuk lutut dan akan membuat mereka merindukan kemaluanku untuk menyetubuhi mereka lagi, biarpun pada saat pertama wanita itu merasa terpaksa tapi bila kemaluanku sudah masuk kedalam lubang vagina mereka, mereka akan selalu merindukan kemaluan mereka diterobos oleh kemaluanku, sekalipun para wanita itu adalah istri-istri yang setia dan tidak pernah selingkuh bila kemaluan mereka sudah merasakan diterobos oleh kemaluanku, mereka akan tidak setia lagi dan akan selalu selingkuh dengan diriku.

Bukan hanya itu saja, dukunku itu juga berkata bahwa staminaku dan daya tahanku saat menyetubuhi perempuanpun akan berbeda, kemaluanku akan bertahan lama bila bersetubuh dengan perempuan, tergantung dengan jalan pikiranku, bila aku menginginkan si perempuan puas sampai tiga kali, maka kemaluanku tidak akan menyemburkan spermanya sampai kemaluan perempuan itu menyemburkan lahar kenikmatannya sebanyak tiga kali, dan jika pikiranku ingin memuaskan dua orang perempuan, maka kemaluanku akan muncrat bila kedua perempuan itu telah mencapai puncak kenikmatan mereka, atau kalau aku menginginkan kemaluanku bisa membuat puas 3 perempuan dan setiap perempuan itu sampai dua kali mencapai kepuasannya, maka kemaluanku akan menyemburkan spermanya setelah ketiga perempuan itu berhasil dua kali mencapai kepuasannya, dan dukun itu berkata bahwa aku tidak akan merasa kelelahan atau kecapaian bila melakukannya, karena ramuan yang dia berikan padaku akan bertahan selamanya.

Perkataan dukun itu sudah terbukti semuanya, kemaluanku menjadi panjang dan besar, aku berhasil memuaskan setiap perempuan yang kusetubuhi, dan perempuan-perempuan itu yang pada dasarnya istri-istri setia dan tidak pernah selingkuh selalu siap sedia bila aku ingin menyetubuhi mereka, mereka selalu merindukan kemaluanku untuk menerobos kembali kemaluan mereka, kadang-kadang karena tidak tahan ingin merasakan kemaluanku menerobos di kemaluannya, mereka mendatangiku untuk merasakan kemaluanku menerobos kemaluan mereka.

Aku menjadi teringat kembali saat aku mendatangi dukun tersebut.

****Kilas Balik****

Hari itu setelah perjalananku ke Surabaya dan berhasil menikmati tubuh Tina dan Anna, dalam perjalanan ke kantor aku terjebak kemacetan yang sangat parah, para ped****g asongan terlihat sibuk mendatangi setiap mobil menawarkan d****gannya masing-masing, ada yang menawarkan rokok & permen, ada yang menawarkan krupuk, ada yang menawarkan koran & majalah, saat ped****g asongan yang menawarkan koran dan majalah menawarkan padaku, kulihat dari balik jendela beberapa koran dan majalah dia perlihatkan, saat itu aku agak tertarik dengan majalah yang ia tawarkan, sebuah majalah misteri, akupun membuka jendela untuk menanyakan harga majalah tersebut dan membayar ped****g tersebut setelah dia menyebutkan sejumlah harga.

Jalanan masih macet, kendaraan tidak bergerak sedikitpun, akupun mulai membuka majalah tersebut, kubuka halaman demi halaman dan kubaca sekilas-sekilas, isinya hampir kebanyakan cerita-cerita misteri dan horor, dan juga banyak iklan-iklan tentang paranormal yang menawarkan pusaka-pusaka untuk keagungan, kekayaan, dan lain sebagainya, mataku terhenti saat kubaca sebuah iklan yang isinya berbeda dari iklan-iklan yang lainnya,

- Anda ingin stamina anda hebat, daya tahan tubuh anda hebat, dan selalu dirindukan para wanita, hubungi saya di no 08********** -
Begitulah bunyi iklan tersebut, singkat dan yang jelas adalah berbeda dengan iklan-iklan yang lainnya, membuatku penasaran, kuambil HPku dan kutekan nomor yang tertera di iklan tersebut.

“Halo,” kata orang di no yang kutekan tadi.

“Halo, pak,” kataku.

“Ah…jangan panggil bapak, nak, panggil saja saya aki,” katanya.

“Eeh…baiklah, Ki…saya lihat iklannya aki, saya pengen stamina saya seperti yang aki bilang di iklan, bagaimana caranya yach, Ki,” tanyaku.

“Ooohhh..itu…gampang…nak, sekarang kamu ada di mana? Kalau kamu mau seperti yang aki bilang di iklan, kamu harus ketempat aki,” katanya lagi.

“saya ada di Jakarta, Ki. Bisa saya pasti bisa ketempat aki, di mana tempatnya, terus apa harus sekarang yach, Ki,” tanyaku lagi.

“Iyach harus sekarang, soalnya pengobatannya bisa memakan waktu seharian, nak. Alamat aki di desa ********** di bawah kaki gunung ******,” katanya lagi.

“Oh saya tahu tempatnya aki itu, tapi….hhhmmmm…baiklah Ki, saya akan kesana sekarang,” kataku setelah memutuskan untuk pergi kesana dan terpaksa aku harus bolos dari kantorku.

“Baik, aki tunggu kedatanganmu,” katanya sambil memutuskan hubungan telepon.

Aku segera menelpon kantorku untuk memberitahukan bahwa hari ini aku tidak masuk kerja, karena aku sedang terjebak macet yang sangat parah, lalu dengan susah payah aku mengeluarkan mobilku dari antrian macet yang tidak bergerak sama sekali, kemudian aku memutar arah dan masuk ke jalan tol menuju ke arah luar kota, tepatnya Bogor dan menuju kearah gunung yang disebutkan aki tadi.

Satu setengah jam perjalanan kutempuh akhirnya mobilku tiba di tempat tujuan, aku melihat sebuah rumah dengan pekarangan yang besar, dan hanya di pagari dengan pagar bambu, rumahnyapun sangat sederhana terbuat dari bilik dan bambu, setelah mengunci pintu mobil akupun m*****kah mendekati pintu rumah tersebut dan mengetuknya, perlahan pintu rumah itu terbuka dan tampak seraut wajah tua dengan senyum tersungging di mulutnya.

“Selamat pagi Ki, saya Hendra yang tadi telpon,” kataku

“Iyach nak, silahkan masuk,” katanya.

“Perkenalkan nama saya Aki Jaya, nak,” lanjutnya sambil mengasongkan tangannya.

Aku menyambut tangannya tersebut dan kurasakan genggaman tangannya cukup kuat, Ki Jaya mempersilahkan aku masuk dan duduk, akupun memasuki rumahnya dan duduk disebuah kursi rotan yang ada di dalam rumahnya ini.

“Begini, Ki, maksud saya mau meminta aki untuk membuat staminaku itu jadi prima seperti yang aki bilang di iklan,” kataku.

“Iyach aki sudah tahu itu, aki juga sudah tahu bahwa kamu ini bukan hanya stamina saja yang ingin jadi prima, tapi kamu juga ingin yang lainnya, seperti daya tahan kamu jadi hebat, maksud aki daya tahan bila berhubungan dengan perempuan, terus kamu juga pengen tahu gimana caranya biar diri kamu ini selalu di rindukan oleh perempuankan,” katanya menjelaskan.

“Eeehh…iyach…ki…” kataku mengiyakan sambil aku heran darimana dia bisa tahu jalan pikiranku ini.

“Gak usah kaget nak, aki tahu apa yang ada dipikiran kamu sekarang, saat bicara tadi di telpon aki sudah tahu keinginan kamu semuanya, dan aki merasa cocok dengan kamu, makanya aki tadi kasih alamat aki ke kamu, kalau aki tidak cocok aki tidak akan memberikan alamat aki ke kamu,” katanya lagi

“Begini nak, saya panggil nama saja yach boleh?” katanya lagi

“Iyach ki, boleh aki panggil nama saya saja,” kataku takjub merasakan kesaktian kakek tua ini.

“Begini nak Hendra, saya akan menjadikan kamu menjadi muridku, saya tidak sembarangan menjadikan orang untuk menjadi muridku, kamu tidak perlu belajar kesaktian saya, saya hanya memberi istilah kamu sebagai murid adalah untuk memudahkan saya membuat kami jadi lelaki yang di idam-idamkan perempuan,” katanya lagi.

“Baiklah Ki, saya menurut apa kata aki saja,” kataku sambil menganggukkan kepala tanda mengerti.

“Baik, kalau begitu kamu buka seluruh pakaianmu, saya akan memulai ritualnya,” katanya lagi.

Tanpa dua kali diperintah oleh Ki Jaya, akupun melucuti semua pakaianku sehingga telanjang bulat, melihat aku yang sudah telanjang bulat dan melihat kemaluanku, Ki Jayapun tersenyum simpul, lalu dia menyuruhku untuk telentang diatas dipan yang ada di ruangan itu, akupun mengikuti perintahnya tersebut, sementara itu Ki Jaya meninggalkan aku yang telentang di dipannya, kulihat dia memasuki sebuah ruangan, agak lama juga aku berbaring di dipannya dengan telanjang bulat.

Terlihat Ki Jaya keluar dari ruangan tadi, dia membawa sebuah tampah, dan diatas tampah tersebut nampak bermacam-macam bunga, sebuah tempat yang tidak kuketahui namanya tapi kulihat asap tipis keluar dari tempat tersebut, Ki Jaya meletakkan tampah tersebut di sampingku, dan aku melihat sebuah bambu yang terbelah dua, dan beberapa utas tali rami, setelah meletakkan tampah tersebut Ki Jayapun naik dan duduk bersila disampingku.

“karena saya suka sama kamu, saya akan buat kamu akan selalu di rindukan oleh para wanita yang sudah di setubuhi oleh kamu, dan kamu akan bertahan bila melakukan persetubuhan dengan para wanita itu selama yang kamu inginkan, misalkan saat kamu menyetubuhi perempuan dan kamu menginginkan perempuan tersebut mencapai kepuasannya sampai dua kali, maka kemaluanmu akan mencapai kepuasannya jika perempuan itu sudah dua kali mengeluarkan lahar kenikmatannya,” jelas Ki Jaya.

Aku mengangguk senang mendengar penjelasan Ki Jaya itu, memang seperti itulah yang aku inginkan, aku akan bisa membuat puas perempuan manapun.

“Dan bukan hanya daya tahan kemaluanmu saja, tapi staminamupun akan menjadi kuat walaupun kamu meladeni 2 atau 3 atau berapapun wanita saat kamu bersetubuh, jadi bila kamu sedang melayani 2 orang wanita, staminamu tidak akan anjlok, kamu akan bisa memuaskan para wanita itu sesuai dengan keinginanmu, jadi kalau kamu menghendaki perempuan-perempuan itu puas, kamu bisa memuaskan perempuan-perempuan itu, kemaluanmu akan muncrat saat kedua perempuan itu mencapai puncak kepuasan mereka, mengerti,” kata Ki Jaya melanjutkan.

“Mengerti Ki,” jawabku sambil tersenyum.

“jadi bila kamu ingin kedua perempuan itu mencapai kepuasan sebanyak 2 kali, maka kemaluan kamu akan mengeluarkan sperma setelah perempuan-perempuan itu memuntahkan lahar kenikmatan mereka sebanyak 2 kali, tergantun dari pikiranmu, jika kamu ingin salah satu perempuan itu puas 2 kali dan yang satunya cukup 1 kali saja, maka terjadilah,” lanjutnya lagi.

“Dan bukan hanya itu saja yang akan saya lakukan terhadapmu, setiap perempuan yang pernah disetubuhi olehmu baik itu secara sukarela atau suka sama suka, ataupun saat kamu setubuhi perempuan itu sedikit di paksa olehmu, maka para perempuan itu akan selalu merindukan kemaluanmu, mereka akan selalu menginginkan kemaluanmu untuk menerobos lagi di kemaluan mereka, biarpun para perempuan itu sudah bersuami dan mereka adalah istri-istri setia sekalipun,” jelas Ki Jaya melanjutkan.

Aku semakin senang mendengar penjelasan-penjelasannya, aku sudah membayangkan kehidupan seksku akan berubah, dan yang pasti aku bisa melakukan hubungan seks setiap hari tanpa kenal lelah.

“Satu lagi yang aku mau rubah di tubuhmu ini, aku akan merubah kemaluanmu menjadi jauh lebih besar dan lebih panjang dari sekarang, hehehehehehe…biar para wanita itu akan kelojotan menerima terobosan kemaluanmu,” kata Ki Jaya menambahkan.

Aku gembira bukan main mendengar kata-kata Ki Jaya yang terakhir ini, kemaluanku akan lebih panjang dan besar dari ukurannya sekarang ini, aku sudah membayangkan akan banyak perempuan yang merintih-rintih menikmati kemaluanku yang sudah menjadi besar dan panjang.

“Pasti itu, itu sudah pasti, kamu punya wajah yang ganteng, perempuan banyak yang suka sama kamu, ditambah kamu mempunyai kemaluan yang besar dan panjang, dan juga kamu bisa memuaskan setiap perempuan,” kata Ki Jaya membaca pikiranku.

Aku menjadi malu sendiri, karena pikiranku yang menerawang jauh ke depan di ketahui oleh Ki Jaya yang sakti ini.

Ki Jaya memulai ritualnya, kulihat mulutnya komat kamit, dia menaburkan sesuatu ke atas tempat yang mengeluarkan asap tipis itu, kulihat asapnya semakin bertambah tebal dan banyak, kucium juga bau kemenyan, kulihat Ki Jaya mengambil tempat itu dan mengitarkannya ke seluruh tubuhku sambil mulutnya tetap berkomat-kamit membaca mantera, kulihat keanehan yang belum pernah kulihat selama ini, asap yang keluar dari tempat itu, menyelubungi seluruh tubuhku, asap itu tidak buyar oleh angin yang masuk kedalam rumah itu, karena aku merasakan sedikit dingin oleh angin itu, yang lebih anehnya ialah asap itu tidak naik keatas seperti kebanyakan asap-asap yang lainnya, tapi asap ini seolah masuk kedalam tubuhku, asap yang tadinya menyelubungi seluruh tubuhku dari ujung kepala hingga keujung kaki, perlahan-lahan menghilang masuk ke dalam tubuhku, aku betul-betul terpana dengan kesaktian Ki Jaya ini, yang bisa membuat asap menyelubungi tubuhku dan masuk kedalam tubuhku tanpa kurasakan apapun.

“Hehehehe….gak usah heran nak Hendra, bukan hanya kamu yang terheran-heran dengan kesaktianku ini, dulu pernah ada perempuan yang heran juga dengan kesaktian aki ini, hehehehehe…sekarang ini dia bahagia menikmati kesaktian aki,” kata Ki Jaya.

“Perempuan…Ki…” tanyaku.

“Iyach…perempuan..nanti kamu akan kukenalkan sama dia, tapi itu nanti saja, kamu adalah orang yang kedua yang mendapatkan ajian-ajianku, soalnya selama ini aku belum pernah ada yang cocok lagi, selain kalian berdua,” kata Ki Jaya.

“Oh..jadi saya adalah orang kedua Ki, yang beruntung mendapatkan ajian-ajian dari aki,” kataku.

“Iyach, kamu orang kedua, yang pertama seorang perempuan seperti tadi aku jelaskan, sekarang kita lanjutkan dengan ritual yang kedua,” katanya

“Baik, Ki,” kataku.

Ki Jaya kemudian mengambil gelas yang telah berisi cairan seperti jamu nampaknya, karena warnanya coklat pekat, dia kemudian memutar-mutarkan perlahan diatas tempat yang masih mengeluarkan asap, kemudian kulihat dia mengambil sejumput kemenyan dan menaburkannya keatas tempat itu, terlihat asap yang keluar mulai menebal tapi tidak setebal tadi, asap itu berkumpul dibawah gelas, kembali keajaiban muncul yang susah untuk dicerna oleh otakku, asap itu terlihat seolah merambat di gelas dan memasuki gelas yang berisi cairan itu, kulihat mulutnya Ki Jaya masih berkomat-kamit, dan perlahan-lahan asap yang keluar dari tempat itu menghilang semuanya kedalam gelas, persis seperti kejadian tadi asapnya menghilang kedalam tubuhku, mulut Ki Jaya masih komat-kamit membaca mantera, tak lama kemudian Ki Jayapun selesai merapal manteranya dan memberikan gelas itu dan menyuruhku untuk meminum semua cairan di dalam gelas itu, akupun langsung meminumnya, rasanya pahit, manis dan agak sepat, rasa hangat menjalar di kerongkonganku, lalu perutku, dari perut rasa hangat itu perlahan turun kearah s*****kanganku, dan aku merasakan batang kemaluanku dijalari rasa hangat, juga kedua biji pelerku ikut merasakan rasa hangat itu.

Setelah menunggu sesaat, Ki Jaya kemudian mengambil bambu yang ada di atas tampah, mulutnya kembali komat-kamit, tangannya meraup bunga-bunga diatas tampah dan menaruhnya di bambu tadi, lalu tangannya kulihat menjumput kemenyan kembali, dan menaburkannya diatas tempat yang mengeluarkan asap tadi, asap mulai menebal kembali, Ki Jayapun memutarkan kedua bambu yang sudah terisi bermacam-macam bunga itu diatasnya, kembali asap tebal menyelubungi kedua bambu itu, dan perlahan-lahan asap tadi menghilang kedalam bambu itu, mulut Ki Jaya terus merapalkan mantera-manteranya, setelah selesai merapal manteranya, Ki Jaya meletakkan salah satu bambu itu dibawah batang kemaluanku, dan menutupkan bambu yang satunya lagi diatas batang kemaluanku, batang kemaluanku hilang terbungkus oleh batang bambu itu, aku merasakan dingin pada batang kemaluanku, kulihat Ki Jaya meraih tali rami yang berada diatas tampah, dan mulai membelitkankannya di bambu yang sedang membungkus kemaluanku itu, sambil membelitkan kulihat Ki Jaya kembali merapal mantera, tali rami selesai di belitkan di bambu, Ki Jaya masih merapal mantera, aku melihat bambu itu mempunyai diameter sekitar 5-6cm dan panjangnya sekitar 25cm, aku langsung membayangkan kemaluanku menjadi sebesar bambu yang sedang menutupi kemaluanku itu, aku menjadi geli sendiri membayangkannya.

Ki Jayapun selesai merapal manteranya, dia lalu meneruskan lagi ritualnya, kulihat dia mengambil mangkuk yang berada diatas tampah tadi, dan mengambil sejumput kemenyan lagi, seperti tadi kemenyan itu dia taburkan keatas tempat yang mengeluarkan asap itu, asap tebal kembali keluar dari tempat itu, Ki Jaya memutar-mutarkan mangkuk itu diatas tempat itu, sambil mulutnya kembali komat-kamit merapalkan mantera-manteranya, asap mulai berkumpul dibawah mangkuk, perlahan asap itu mulai merambat naik dan masuk kedalam mangkuk sampai asap yang tebal itu hilang seluruhnya masuk kedalam mangkuk, setelah selesai merapal manteranya, Ki Jaya menaruh mangkuk itu disamping tubuhku, tangannya masuk kedalam mangkuk, kulihat tangannya mengkilat penuh dengan cairan, aku tebak cairan tersebut adalah sejenis minyak, kemudian kedua tangannya mulai mengusapkan minyak dalam mangkuk itu keseluruh tubuhku mulai dari ujung kepala hingga keujung kaki, tidak ada yang terlewat sedikitpun, kecuali satu tempat saja yang tidak dia olesi dengan minyak itu, yaitu kemaluanku yang masih diselubungi bambu, sementara biji pelerku yang tidak diselubungi bambupun diolesi minyak itu, tubuhku jadi sangat berminyak tapi anehnya aku tidak merasakan lengket oleh minyak tersebut, rambutkupun tidak menjadi lengket, yang aku rasakan adalah rasa hangat dan dingin silih berganti menyerang tubuhku.

Aku merasakan tubuhku menjadi hangat saat Ki Jaya baru saja selesai mengolesinya dengan minyak yang didalam mangkuk tadi, lima menit kemudian aku merasakan dingin melanda tubuhku, lima menit berikutnya kurasakan hangat kembali mendera tubuhku, begitulah rasa hangat dan dingin silih berganti menyerang tubuhku, akupun heran dengan yang menimpa keadaan tubuhku ini.

“Gak usah heran nak Hendra, itu tandanya ajianku sedang bekerja di seluruh tubuhmu, ototmu, uratmu, dan nadi-nadimu,” kata Ki Jaya menjelaskan setelah selesai merapal manteranya, kembali aku dibuat kagum dengan kesaktiannya.

“Sekarang ini kalau kamu merasa ngantuk, nak hendra bisa tidur saja, biar semuanya bekerja dengan sendirinya, nanti kalau nak Hendra bangun, akan merasakan perbedaan di tubuhmu,” kata Ki Jaya.

“Iyach, Ki, saya memang merasa mengantuk betul,” kataku dan tanpa kusadari bahwa jamu yang kuminum itu mengandung sejenis obat tidur alami, yang memang di sengaja oleh Ki Jaya agar tubuhku menjadi santai, dan ajian-ajian serta minuman yang kuminum tadi bekerja.

Mataku terasa berat sekali, s***** tak lama akupun tertidur, sebelum aku jatuh tertidur kulihat Ki Jaya sedang sibuk merapal mantera.

Aku terbangun saat aku merasakan tepukan-tepukan di tubuhku, mataku terbuka dan aku melihat Ki Jaya sedang tersenyum padaku sambil tangannya menepuk-nepuk tubuhku, kulihat cahaya lampu menerangi rumah Ki Jaya, berarti hari sudah malam dan aku tertidur cukup lama juga.

“Waduh, Ki. Maafkan saya tidurnya kelamaan nich Ki,” kataku.

“hehehehe…gak apa-apa, bagus kamu bisa tidur, biarpun beralaskan dipan saja, ayo sekarang kamu mandi air kembang dulu, biar tuntas sudah ritualnya,” kata Ki Jaya.

“Iyach, Ki” kataku sambil bangkit mengikuti dia ke arah belakang rumahnya.

Kamar mandi Ki Jaya terletak diluar dan hanya di tutupi oleh anyaman bambu saja, pintunyapun terbuat dari bambu dan hanya diangkat saja untuk menutupi kamar mandinya itu, di dalam kamar mandi terletak sebuah ember besar yang berisi air kembang, di dalam kamar mandi Ki Jaya itu kulihat Ki Jaya merapal mantera lagi, lalu bambu yang menutupi kemaluanku mulai dia lepaskan tali rami yang membelitnya, aku kagum dengan kesaktian Ki Jaya setelah melihat langsung hasil karyanya, aku melihat kemaluanku biarpun masih dalam keadaan tidur tapi besar dan panjangnya sudah 2 kali lebih besar dan panjang dari ukuran kemaluanku sebelum dipermak oleh Ki Jaya.

“hehehehe…kagumnya nanti saja nak Hendra, sekarang nak Hendra mandi dulu, seluruh tubuhmu di gosok jangan sampai ada yang terlewat yach, saya hanya akan membasuh tubuhmu sebanyak 3 kali setelah itu kamu teruskan sendiri,” kata Ki Jaya sambil mulai mengguyur tubuhku sebanyak 3 kali dan mulutnya kembali merapal mantera.

Akupun lalu mulai menyirami tubuhku dan mengosok-gosok semua bagian tubuhku menggunakan air tersebut, tidak ada satupun bagian dari tubuhku yang terlepas dari gosokan-gosokanku, setelah air di dalam ember tersebut habis, akupun mengeringkan tubuhku menggunakan kain sarung yang Ki Jaya berikan tadi, dengan membelitkan sarung itu, aku m*****kah masuk ke dalam rumah Ki Jaya, dan menemui Ki Jaya yang sedang asyik menyedot rokoknya, melihat aku sudah selesai Ki Jaya menyuruhku mengenakan pakaianku, setelah selesai mengenakan pakaianku lagi, Ki Jaya menyuruhku untuk duduk di hadapannya.

“Nach, nak Hendra, hari ini ritual yang kamu jalani sudah selesai, saya mau beri tahu kamu soal pantangan yang harus kamu hindari selama satu minggu ini,” kata Ki Jaya.

“Ooohh…ada pantangannya Ki,” kataku.

“hahahahahaha…gak usah takut pantangan itu hanya untuk satu minggu ini saja, setelah itu tidak ada pantangan apapun,” kata Ki Jaya yang seperti biasa dapat membaca pikiranku.

“Ooohhh…begitu Ki, jadi pantangan apa saja Ki,” tanyaku.

“Baik dengarkan baik-baik, kamu tidak boleh m*****gar pantanganku ini, karena tidak bagus untukmu, kalau kamu patuhi larangan-laranganku ini, kamu akan menikmati hasilnya nanti, pertama adalah kamu selama satu minggu ini dilarang melakukan hubungan seksual dengan siapapun, hari ini hari kamis, jadi kamis depan kamu baru boleh melakukan hubungan seksual, mengerti” kata Ki Jaya.

“Iyach, Ki, saya mengerti,” kataku.

“yang kedua kamu tidak boleh melakukan onani walaupun kemaluanmu sedang ngaceng, biarkan kemaluanmu ngaceng jangan sekali-sekali kamu kocok-kocok sampai mengeluarkan sperma, kalau cairan bening yang keluar dari kemaluanmu itu tidak apa-apa,” katanya lagi.

“Jangan berhubungan dengan perempuan, maksudku kamu jangan sekali-sekali berciuman atau meraba-raba tetek dan kemaluan perempuan, ini juga selama satu minggu ini, mengerti,” kata Ki Jaya.

“Mengerti Ki,” kataku.

“Kalau bisa lebih baik kamu hindari yang namanya perempuan selama satu minggu ini agar tidak terjadi kesalahan, yach. Terus yang keempat selama satu minggu ini hindari kamu makan terung, kamu tahu terungkan, itu yang panjang dan berwarna ungu, pantang untuk dimakan selama satu minggu ini,” kata Ki Jaya.

“Yang kelima, selama satu minggu ini kamu dilarang meminum minuman yang mengandung soda dan alkohol, lebih baik kamu meminum air putih saja selama satu minggu ini, jangan minum teh, kopi, susu dan lain-lainnya, minum air putih saja,” kata Ki Jaya.

“Baik Ki,” kataku lagi.

“Ada dua hal yang harus kamu ketahui nak Hendra, kamu tidak boleh mengatakan kejadian ini kepada orang lain, karena saya tidak mau disibukkan oleh orang-orang yang belum tentu akan cocok dengan saya, jadi jangan bilang-bilang tentang ini ke siapapun, yach, satu lagi adalah tubuhmu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi perempuan-perempuan, walaupun mereka setia pada suaminya, tapi kalau kamu dekati dan kamu goda, walaupun pertamanya mereka menolak tetapi setelah mereka merasakan batangmu mereka akan mengikuti kehendakmu,” kata Ki Jaya.

“hehehehe…sudah itu saja, sekarang kamu boleh pulang, jangan lupa pantangan dan laranganku, harus kamu perhatikan, yach nak Hendra,” kata Ki Jaya lagi menekankan soal pantangan, larangannya untuk aku patuhi dan hal yang harus kuketahui.

“Baik Ki, kalau begitu saya pamit untuk pulang, terus Ki berapa saya harus membayar semuanya ini,” kataku.

“hahahahaha…nak Hendra, terserah nak Hendra saja, saya sudah anggap kamu sebagai muridku, jadi terserah nak Hendra mau berapa memberikan uang jajan buat saya, oh yach satu lagi aku hampir lupa, batang kemaluanmu itu bisa beradaptasi dengan lubang kemaluan perempuan atau lubang anusnya perempuan, jadi jika perempuan itu lubangnya masih sempit dia akan menyesuaikan dengan besarnya lubang perempuan itu, begitupun sebaliknya bila perempuan itu mempunyai lubang yang lebih besar kemaluanmu akan menyesuaikan dengan besar lubangnya, singkatnya dinding kemaluan perempuan yang kamu masuki akan menempel ketat di batang kemaluanmu” kata Ki Jaya.

“Waduh….Ki…terima kasih banyak atas semuanya, saya jadi malu dan susah lagi, saya sudah sangat beruntung sekali mendapatkan ajian-ajian dari aki ini,” kataku.

“Gak usah sungkan kamu sudah saya anggap muridku sendiri,” kata Ki Jaya lagi.

Perkataan Ki Jaya dan sifatnya yang tidak mata duitan membuatku susah dan malu, aku menjadi susah untuk memberikan harga kepadanya karena aku sudah sangat beruntung sekali mendapatkan perubahan yang sangat luar biasa ini, Ki Jaya tidak seperti dukun-dukun lainnya yang mata duitan, kerjanya tidak bagus tapi kalau sudah urusan duit mereka akan minta setinggi-tingginya, aku mengeluarkan dompetku, dan memeriksa keadaan keuanganku, kulihat uang yang berada di dompetku tidak cukup 2 juta, uangku hanya tersisa 1,8 jutaan saja, dan aku perlu untuk membeli bensin dan membayar tol, mau ambil di atm gak mungkin karena gak ada mesin atm di daerah sini, akhirnya kuambil uangku 1,5 juta dan kuberikan kepada Ki Jaya.

“Ki, bukannya aku tidak menghargai hasil kerja aki, tapi berhubung uangku baru ada segini, tapi aku janji besok aku datang dan memberikan lagi kepada aki, yach,” kataku sedikit malu.

“hahahahha…nak Hendra, kan sudah kubilang dari tadi berapapun yang nak Hendra berikan aki mengucapkan terima kasih banyak, gak usah besok nak Hendra balik lagi kesini, nak Hendra balik lagi kesini kalau nak Hendra sudah mencobai hasil kerja aki saja,” kata Ki Jaya.

“Oohhh…berarti bisa minggu depan dong Ki, apa aki percaya sama saya?,” tanyaku penasaran dengan sifat Ki Jaya yang tidak mata duitan ini.

“Percaya..percaya…nak Hendra..sudah gak usah pusing masalah uang, kalau nak Hendra puas, nak Hendra boleh balik lagi kesini,” kata Ki Jaya.

“Baiklah, Ki. Kalau begitu saya pamit pulang yach Ki, permisi, selamat malam, Ki,” kataku sambil berpamitan pada Ki Jaya.

“Selamat malam, hati-hati di jalan nak,” kata Ki Jaya.

Akupun meninggalkan rumah Ki Jaya dengan perasaan campur aduk, antara takjub, senang, bahagia, gembira, tak percaya, dan puas, atas hasil kerja Ki Jaya dan sifat Ki Jaya yang sudah jarang ada di dunia seperti sekarang ini, dan aku merasa sangat beruntung sekali dapat menikmati buah karya Ki Jaya, yang tidak sembarangan orang mendapatkannya, seperti penuturan Ki Jaya tadi, karena selama ini Ki Jaya baru memberikan ajian-ajian pada dua orang saja, satu kepadaku dan satu lagi kepada seorang perempuan yang lupa aku tanyakan tadi karena rasa gembiraku yang sangat.

Hari ini hari Jumat, berarti aku sudah genap memenuhi pantangan dan larangan Ki Jaya, sudah selama lebih dari satu minggu ini aku menghindari semua larangan-larangan yang diberikan oleh Ki Jaya, sekarang aku ingin merasakan kehebatan dari ajian Ki Jaya, kalau soal bentuk kemaluanku, aku sudah tidak meragukan lagi, karena aku sudah melihat batang kemaluanku yang sedang ngaceng, kemaluanku sekarang mempunyai ukuran sekitar 25cm panjang dan sekitar 6cm diameter lingkarannya, kalau melihat kemaluanku yang sedang ngaceng itu aku tersenyum sendiri, karena aku membandingkan dengan bintang-bintang film porno yang mempunyai ukuran kemaluan yang luar biasa.

Hari ini dikantorpun aku tidak terlalu konsentrasi dengan pekerjaanku, aku lebih konsentrasi memikirkan siapa gerangan yang akan kucoba merasakan kemaluanku yang baru ini, hampir setiap karyawati di kantor kuperhatikan satu-persatu, kutimbang-timbang dengan seksama, kira-kira siapa yang mau bersetubuh denganku, sampai siang ini belum satupun yang masuk kedalam pikiranku, sampai jam makan siang ini tak satupun nama yang menempel di dalam otakku. Waktupun berlalu dengan cepat, akupun menyibukkan diri dengan pekerjaanku, sehingga tanpa terasa pikiranku tentang mencoba batang kemaluanku yang baru inipun hilang karena kesibukanku.

Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 18.45, saat pekerjaan terakhir rampung kuselesaikan, dan saat itu juga pintu ruanganku terbuka, akupun menengok kearah pintuku yang terbuka itu dan ternyata adalah Maya, sekretarisku yang membuka pintu ruanganku, kuberi tanda untuk masuk dan duduk Mayapun m*****kah mendekati meja kerjaku dan duduk di hadapanku.

“Kamu belum pulang, May,” tanyaku.

“Belum pak, baru aja selesai, karena kutahu pak Hendra belum pulang, jadi kutanya mungkin ada kerjaan yang lainnya yang harus selesai hari ini,” tanya Maya.

“Hhhmmm…gak ada tuch, ini aku juga udah selesai, kamu kok pulang malam, apa suamimu tidak mencarimu nanti?,” kataku lagi.

“gak pak, suamiku sedang tugas keluar kota,” katanya.

“Ooohhh…kamu pulang pakai apa? Udah makan malam belum?,” tanyaku lagi.

“yach pakai angkot lah pak, belum pak, paling nanti di rumah,” jawab Maya.

“Kalau kita makan malam dulu bagaimana? Nanti pulangnya kuantar, kan arah rumahmu searah dengan rumahku,” kataku.

“Eeehhhh….baik dach pak, lumayan saya gak perlu masak dulu begitu sampai rumah, kalau gak ngerepotin sich boleh ajach pak, lumayan dapat makan gratis dan tumpangan gratis, hihihihihi…” kata Maya.

“Yach sudah, kita berangkat sekarang aja yuk, biar gak terlalu malam,” kataku sambil mematikan Laptopku.

“Baik pak, saya sich tinggal ambil tas aja, soalnya komputer sudah saya matikan tadi,” jawabnya.

Kami berdua beranjak meninggalkan ruangan kami menuju pelataran parkir, mobilku bergerak meninggalkan area parkiran menuju sebuah rumah makan, saat kami menikmati makan malam kami hujan turun dengan derasnya, selesai makan malam kamipun bergegas kembali ke mobil, hujan masih turun dengan derasnya, membuat pakaian kami basah, BH dan CD Maya yang berwarna merah terbayang di balik gaun terusan berwarna putih, aku menelah ludah melihat bayangan BH dan CDnya, kulihat bayangan payudara Maya membayang dibalik gaunnya yang basah kena air hujan, batang kemaluanku sedikit menggeliat, melihat belahan payudaranya itu membayang dibalik roknya, aku menebak-nebak berapa kira-kira ukuran payudara Maya, 34B, 34C, 36B atau 36C, susah juga untuk menebak kalau hanya melihat payudara hanya dari luarnya saja tapi yang jelas ukuran payudara Maya cukup lumayan besar.

Sesampai di depan rumah Maya, keadaan rumahnya masih gelap gulita, sementara itu keadaan di komplek perumahannyapun sangat sepi, hujan masih turun dengan derasnya, sehingga membuat orang-orang malas untuk keluar rumah, saat itu Maya sedang menatapku, dan ia melihat keadaanku yang basah.

“Pak, mampir dulu kerumah, aku buatkan kopi sambil mengeringkan badan dulu,” katanya menawarkan aku untuk singgah dulu.

“Gak apa-apa, May, gak enakkan kalau aku mampir sama tetanggamu, apalagi suamimu sedang tidak ada di rumah,” kataku pura-pura menolak padahal dalam hatiku ingin sekali untuk singgah dulu dirumahnya.

“Ah…gak apa-apa, pak, lagian juga tetanggaku gak ada yang lihat, hujan deras begini mana ada orang yang mau keluyuran keluar rumahnya, soal suamiku sich kan dia gak tahu,” katanya lagi.

“kalau begitu sich baiklah, aku singgah dulu buat menikmati kopi buatanmu sambil mengeringkan badanku ini, tapi betul gak apa-apakan May,” kataku mengiyakan sambil memastikan lagi.

“Gak lah, Pak, aku turun dulu yach buat buka gerbang dan garasinya, pak Hendra langsung masukkan mobilnya ke garasi aja,” katanya

“Eh…nanti kamu tambah basah, biar aku saja yang buka gerbang dan garasinya, kuncinya aja berikan sama aku,” kataku.

“Gak usah pak, kalau aku kan bisa langsung ganti baju dan mandi,” katanya sambil turun dari mobilku.

Aku belum sempat menjawab Maya sudah keluar dari mobil, kulihat dia membuka gerbangnya dan m*****kah masuk membuka pintu garasinya, tubuhnya yang basah kuyup terkena sinar lampu mobilku, membuat batang kemaluanku menggeliat kembali, pakaian yang ia kenakan menempel pada tubuhnya, sehingga memperlihatkan lekuk tubuhnya dan bayangan CD dan BHnya semakin tercetak pada pakaiannya yang basah itu, walaupun hanya dari arah belakang saja sudah cukup membuat batang kemaluanku menggeliat bangun, apa lagi saat setelah dia membuka pintu garasinya, dan memberi jalan pada mobilku, tubuh bagian depannya terkena sorot lampu mobilku dan kulihat BH dan CDnya tercetak dengan jelas di pakaiannya yang basah itu, mobilku sudah masuk di garasi rumahnya, kulihat Maya sudah selesai menutup gerbangnya dan dengan sedikit berlari dia masuk ke dalam garasinya, dan menutup pintu garasinya dari arah dalam keadaan garasi menjadi gelap saat pintu garasi itu tertutup, dengan merayap Maya berjalan menghampiri posisiku yang berada di samping mobil, saat itu kurasakan tubuh basah Maya bersentuhan dengan tubuhku, karena ruang yang tersisa hanya cukup untuk satu orang saja, sementara aku sedang berdiri di samping mobilku sedangkan Maya berjalan kearah pintu yang menghubungkan garasi dengan bagian dalam rumahnya, membuat tubuh kami berdua menjadi beradu dan menempel, aku merasakan kedua payudara Maya yang masih terbungkus BHnya di dadaku, batang kemaluanku semakin menggeliat, aku yakin bahwa saat itu Maya merasakan batang kemaluanku yang sedang bangun, karena aku merasakan batang kemaluanku menempel dan bergesekan dengan tubuh Maya, aku tidak dapat melihat bagaimana wajah Maya saat itu, karena keadaan garasi yang gelap dan kejadian itu hanya sekejap saja karena aku merasakan tubuh Maya sudah melewati tubuhku, dan tak lama kemudian lampu dalam garasi menyala, Maya menoleh dan memberikan tanda dengan kepalanya untuk mengikutinya masuk kedalam rumah, akupun mengikuti langkahnya, setelah menyalakan lampu di dalam rumahnya dan lampu terasnya, aku melihat pintu garasi Maya ini berhubungan langsung dengan ruangan keluarganya.

Kulihat Maya menuju ke kamar tidurnya, tubuh Maya tak terlihat lagi olehku setelah dia menutup pintu kamarnya, sementara itu aku berdiri di ruangan keluarganya dengan baju dan celanaku yang basah, aku tidak berani beranjak karena keadaanku yang basah ini, tak lama bers***** kulihat pintu kamar Maya terbuka dan hanya dengan mengenakan handuk yang di belitkan di tubuhnya dan di kepalanya Maya keluar dari kamarnya dengan membawa sebuah handuk kering dan celana boxer, lalu dia memberikan handuk dan celana boxer itu padaku.

“Ini pak, handuk untuk mengeringkan tubuhmu, dan ini ada celana boxer suamiku buat sementara sampai baju dan celanamu kering, lumayan daripada nanti masuk angin,” katanya.

“Oh iyach, makasih May,” kataku sambil menerima handuk dan celana boxer itu.

Maya menunjukkan kamar mandi untuk aku berganti baju, akupun m*****kah memasuki kamar mandi tersebut, kulucuti semua pakaian yang menempel di badanku termasuk celana dalamku yang ikut basah juga, setelah itu kukeringkan badanku lalu kukenakan celana boxer suaminya, agak longgar sich celana tersebut, tapi lumayanlah daripada aku kedingingan mengenakan pakaian yang basah, untungnya kemaluanku sudah tertidur lagi, sehingga celana boxer yang kukenakan tidak menonjol oleh batang kemaluanku, akupun m*****kah keluar kamar mandi, dan menghampiri Maya yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk yang tadi melilit kepalanya, sementara tubuhnya masih dililiti handuk, melihat aku keluar dari kamar mandi dengan mengenakan celana boxer suaminya yang agak sedikit kebesaran, Mayapun tersenyum melihat celana boxer suaminya itu seperti melorot saat ku kenakan.

“hihihihi..pak Hen, maaf yach celana suamiku sedikit kebesaran,” katanya sambil tertawa geli.

“Ach..gak apa-apa May, daripada kedinginan pakai pakaian yang basah,” kataku.

“Duduk sini pak, maaf yach, ruangan keluargaku ini tidak memiliki sofa, jadi kita terpaksa lesehan aja,” katanya.

“Ach..gak apa-apa May, enak begini kita duduk di bawah,” kataku sambil menaruh pantatku diatas karpet, kurasakan karpetnya ini cukup tebal, dan ditengahnya diletakkan sebuah meja kaca, sementara diatas karpet banyak sekali bantal-bantal besar, rupanya Maya dan suaminya menyukai tiduran diatas karpet ini saat menyaksikan acara TV.

Saat itu setelah mempersilahkan aku dudku, Maya beranjak kearah dapur yang letaknya hanya bersebelahan dengan ruangan keluarga ini, karena ruangan dapur dan ruangan keluarganya tidak memakai tembok pembatas, jadi kulihat tubuh Maya yang sedang membuatkan aku secangkir kopi, saat itu kulihat bongkahan pantat Maya yang tidak mengenakan celana dalam, karena saat itu Maya sedang mencoba meraih gelas yang berada di bagian atas kitchen setnya, sontak kemaluanku menggeliat kembali melihat belahan pantat Maya yang polos itu, ingin aku segera menghampirinya dan memeluknya dari belakang sambil menggeser-geserkan kontolku kebelahan pantatnya itu, tapi aku menahan diri untuk tidak melakukan hal tersebut, lalu kulihat Maya menaruh ceret yang berisi air diatas kompornya dan menyalakan kompor tersebut, kemudian kembali dia meninggalkanku di ruangan keluarga, kulihat dia masuk kembali kedalam kamarnya, hanya hitungan menit saja kulihat Maya keluar dari kamarnya dan tubuhnya sudah mengenakan daster, dia kembali menuju ke dapur karena saat itu ceret airnya berbunyi, dia menuangkan air dalam ceret ke gelas kopi yang sudah ia siapkan tadi, kudengar suara sendok beradu dengan gelas saat dia sedang mengaduk kopi, tak lama Maya terlihat menghampiriku dengan membawa sebuah nampan yang berisi 2 gelas kopi.

Aku terbelalak dan batang kemaluanku semakin menegang dan tanpa kusadari membuat tonjolan yang sangat jelas sekali di celana boxer yang kukenakan ini, saat kulihat kedua payudara Maya yang tergantung dengan indahnya karena saat itu Maya sedang membungkuk untuk meletakkan gelas kopi yang dibawanya, setelah itu Mayapun duduk di sebelah kiriku.

“Di minum kopinya, pak. Tapi hati-hati yach masih panas,” katanya sambil tersenyum sementara kulihat bola matanya melirik kearah s*****kanganku.

“eechh..iya..thanks..May,” kataku sedikit malu saat kusadari tonjolan di celana boxerku.

Aku menunduk merasa malu karena kulihat batang kemaluanku yang sudah ngaceng menonjol di celana boxerku, dan saat itu aku melirik kearah tubuh Maya dan batang kemaluanku semakin mengeras saja, karena entah di sengaja atau tidak Maya saat itu duduk tidak seperti kebanyakan perempuan yang kedua kakinya dilipat kearah tubuhnya, tetapi Maya duduk dengan posisi bersila, sementara itu dasternya sedikit terangkat sehingga bayangan hitam di s*****kangannyapun terlihat sedikit oleh mataku, belum lagi saat itu Maya mengangkat tangan kanannya untuk meraih gelas di meja, karena daster yang dikenakannya tanpa lengan dan lubang di bagian tangannya itu sangat lebar sehingga payudaranya yang tidak mengenakan BH itupun kembali terpampang di hadapanku, kalau tadi kedua payudaranya terpampang karena Maya membungkukkan tubuhnya sehingga kedua bulatan payudaranya terlihat menggantung, sementara saat ini hanya sebelah kanan payudaranya saja yang terlihat olehku dari arah samping, kulihat bentuk payudaranya belum terlalu jatuh mungkin karena dia belum mempunyai anak atau jarang di remas-remas tangan suaminya.

“Oh yach, May, kamu sudah berapa lama nikah,” tanyaku

“Oh…sekitar 3 tahunan, memangnya kenapa?” jawab Maya sambil balik bertanya.

“Ach gak apa-apa, hanya heran kok sampai saat ini belum punya momongan,” kataku

“Yach belum dikasih sama yang diatas,” jawabnya sambil senyum.

“belum dikasih sama yang diatas, atau jarang ditengokin sama suaminya,” tanyaku iseng.

“hihihihihi..pak Hendra, pengen tahu ajach,” katanya lagi.

“eh..bukannya pengen tahu, tapi heran ajach kok udah 3 tahun masih belon punya momongan, bisa ajach kan kalau suamimu jarang nengokin,” kataku lagi.

“gak juga ach, suamiku rutin nengokin kalau dia ada di Jakarta,” jawabnya

“ach masa sich,” kataku penasaran.

“Iyach lah, kok masa, memangnya pak Hendra tahu kalau aku ditengokin atau tidaknya,” tanyanya

“Yach gak tahulah, emangnya kalau suamimu ada di Jakarta terus lagi begituan sama kamu aku nonton di sampingmu kan nggak,” kataku

“lha kok yakin kalau aku jarang ditengokin,” tanyanya lagi.

“hehehehe…maaf yach, soalnya terlihat dari bentuk itumu tuch yang masih mengkal dan muncung,” kataku sambil mencibirkan bibirku kearah payudaranya.

“Eh….berarti dari tadi ngeliatin iniku yach,” tanyanya lagi sambil menunduk kearah payudaranya.

“maaf…bukan ngeliatin, tapi kelihatan, soalnya dari tadi terlihat terus biarpun tidak mau melihat tapi kalau kelihatankan sayang ada pemandangan bagus di lepaskan begitu saja,” kataku.

“iiihhh…pak Hendra nakal, nanti kulaporkan yach,” katanya sambil berusaha mencubit pinggangku.

“Eits..mau dilaporkan sama siapa, istri aku belon punya,” kataku lagi sambil menangkap tangannya yang berusaha mencubit pinggangku.

“Eeehhh…pak Hendra lepasin tanganku, iiihhh…pak Hendra nakal, pasti lagi ngelamunin yang jorok-jorok yach,” katanya lagi berusaha meronta melepaskan tangannya yang terpegang oleh tanganku.

“Gak akan kulepaskan soalnya nich tangan mau nyubitku sich, jadi kupegangin aja biar gak bias nyubit, ach gak tuch, aku gak ngelamunin yang jorok-jorok,” kataku

“Iiihhh…pak Hendra bohong, tuch buktinya celananya menonjol gitu, pasti lagi ngebayangin yang tidak-tidak yach,” katanya lagi masih berusaha melepaskan tangannya, kali ini tangan satunya berusaha membantu melepaskan peganganku.

“Ooohhh…ini bukan karena ngebayangin yang tidak-tidak, tapi gara-gara melihat pemandangan yang mempesona tadi, jadi punyaku bangun dach,” kataku sambil memegangi tangan yang satunya lagi yang sedang berusaha melepaskan genggamanku.

“Hayo sekarang masih mau nyubit gak,” lanjutku setelah kedua tangannya berhasil kupegangi.

“Gak..pak..gak…janji aku gak akan nyubit pak Hendra, tapi lepasin tanganku dong,” katanya

Saat itu tubuh Maya tepat berhadapan dengan tubuhku, aku sengaja menggeser posisi dudukku sehingga tubuhku tepat berhadapan dengan dia, kedua tangannya masih kupegangi, tanpa kusengaja kedua tangannya itu kuletakkan di s*****kanganku, wajah kami begitu dekat, dan tiba-tiba aku sedikit tersentak kaget karena batang kemaluanku yang sedang tegang itu ada yang merabai, aku menunduk dan melihat telapak tangan Maya sedang merabai batang kemaluanku, kulihat Maya tersenyum dengan mata yang sayu.

“pak Hendra, punyamu sudah sangat tegang sekali,” katanya

Aku tidak menjawab perkataan Maya, aku hanya bias menikmati telapak tangan Maya yang masih kupegangi itu mengusap-usap batang kemaluanku itu.

“Kasihan nich kejepit celana boxernya, kubantu yach pak biar gak kejepit sama celananya,” katanya lagi sambil kedua tangannya yang masih terpegang oleh tanganku menarik karet celana boxerku kebawah.

Mata Maya terbelalak melihat bentuk batang kemaluanku yang panjang dan besar itu, untuk pertama kalinya dia melihat bentuk kemaluan yang panjang dan besar secara nyata, mungkin dia pernah melihat kemaluan yang sebesar dan sepanjang punyaku di film-film porno, tapi untuk melihat secara langsung dia belum pernah, ini kali pertama dia melihat secara nyata kemaluan dengan panjang sekitar 25cm dan diameter sekitar 6cm.

“Busyeeettttt…..punyamu pak, panjang dan besar seperti kemaluan negro di film-film porno, hhhhiiiiiiiii……merinding aku melihat punyamu ini pak,” kata Maya sambil kedua tangannya menggenggam batang kemaluanku.

Maya takjub melihat kemaluanku yang besar dan panjang bercampur ngeri, dia sudah lupa akan dirinya yang sudah bersuami, selama ini tidak pernah terlintas dirinya akan selingkuh, tapi setelah melihat kemaluanku yang besar dan panjang ini Maya penasaran ingin merasakan bagaimana rasanya kemaluannya di terobos oleh kemaluanku ini, dia sudah lupa akan dirinya, pikirannya sudah dipengaruhi oleh nafsu birahinya, pikirannya sudah dipenuhi oleh keinginan mencobai rasanya dientot oleh batang kemaluanku yang besar dan panjang ini.

Aku tersenyum melihat mata Maya yang hampir tak berkedip memandangi batang kemaluanku dan kedua tangannya yang meremas-remas dan mengocok-ngocok perlahan batang kemaluanku itu, kubiarkan dia asyik memainkan batang kemaluanku itu, Maya memposisikan tubuhnya di hadapan kemaluanku itu, bagian atas tubuhnya miring menghadap kemaluanku, sementara bagian bawah tubuhnya telentang menghadapa keatas, tubuh bagian atasnya terganjal oleh bantal besar, sehingga kemaluanku tepat berhadapan dengan mulutnya, kedua tangannya masih asyik mengocok-ngocok kemaluanku dengan perlahan, mulutnya mulai ikut bermain dengan menciumi batang kemaluanku, aku sendiri tidak mau tinggal diam, sambil menikmati permainan tangan dan mulut Maya, tangan kananku mulai meluncur turun kearah s*****kangan Maya, seperti yang kulihat tadi Maya tidak mengenakan celana dalam, jadi saat tanganku sampai di s*****kangannya kurasakan jembut hitamnya Maya menggesek telapak tanganku, kuangkat bagian bawah dasternya keatas, sehingga belahan memeknya terlihat dengan jelas olehku, aku menelan ludahku menyaksikan belahan memeknya Maya, nampaknya memeknya Maya ini jarang dipakai oleh suaminya terlihat dari bentuknya yang belum begitu bergelambir bibir memeknya, keelus-elus belahan memeknya Maya dengan lembut.

“Oooooooohhhhhh…paakkk….geliii….hhhmmmmm…sssllrrrr pppp…..hhhmmmm…sslllrrrpppp…hhhhmmmm….sslllrrrpppp …aaaahhh….oooohhh…,” Mayapun melenguh sambil mulutnya asyik mengemut-emut kepala kontolku, dan kedua tangannya mengocok-ngocok batang kemaluanku.

“Teruuusss….Mayy…terusss….emut…aaaahhh…enaaaakkk…. ,” akupun mengerang merasakan enak.

Tanganku terus menerus mengelus-elus belahan memeknya Maya, perlahan-lahan belahan memeknya mulai kurasakan lembab, jari-jemariku mulai agak licin oleh cairan precumnya Maya, dengan lembut perlahan-lahan jari tengahku kudorong masuk kedalam vaginanya, kudengar Maya melenguh merasakan jari tengahku menerobos masuk di lubang vaginanya, jari tengahku mulai bergerak keluar masuk dalam lubang memeknya yang sudah mulai basah oleh cairan precumnya, kadang-kadang kugeser-geserkan jari tengahku di dinding vaginanya, membuat Maya mendesah dan mengangkat pantatnya.

“Oooohhh….paakkk…geeelliiii….ooohh…ssshhh….hhhhmmm …ssslllrrpppp…ssshhh…aaahhhh…hhhmmmm…ssllrrppp…aaa ahhh…sshhhh….,” desah Maya merasakan geli nikmat atas permainan jari tengahku di lubang vaginanya sambil mulutnya tetap asyik mengemut-emut kepala kontolku.

Maya sudah semakin lupa akan suaminya, dia sudah lupa bahwa dirinya sudah melakukan perselingkuhan, bahwa dia sudah mulai mengkhianati suaminya, bahwa dia sudah mulai menodai janji suci perkawinannya, buat Maya saat sekarang adalah menikmati permainan jari-jemariku di lubang vaginanya, dan menikmati kegagahan kontolku di mulutnya, Maya merasakan betapa kontolku semakin mengeras dan semakin menegang, mulutnya penuh oleh jejalan kepala kontolku, kedua tangannya sibuk mengocok-ngocok batang kemaluanku.

“Paaaakkkk….ooohhh…aku…sudaaahh…tidaaakk….taaahaaa nnn…lagiiii…oooohhh…paaakkk…aku…pengen…ngerasain…. kontolmu…masuk…dimemekku…ooooohhh….paaaakkkk…ssuud ddaaaahhhh…geellliii…oooohhh…ssuuddaaahhh……,” Maya mendesah memohon padaku untuk segera memasukkan kontolku kedalam lubang memeknya.

Aku tersenyum mendengar rintihan-rintihannya yang memohon padaku untuk segera mengentot dirinya, aku segera menghentikan aksi jari tengahku dilubang memeknya, kutarik tubuh Maya, sehingga s*****kangannya berhadapan dengan s*****kanganku, kuletakkan bantal besar di pinggangnya, lalu kontolku mulai kuarahkan di lubang senggamanya, dan sssslllleeeeeeeppppp……kepala kontolku mulai menyelinap masuk di lubang vagina Maya, Mayapun melenguh panjang merasakan lesakan kepala kontolku yang menyeruak masuk di lubang memeknya.

“Hhheeeeeggghhhh……..gillaaaaa…..bessaaarrr…sekaaal iii…..punyamuuu…..paaakk…ooooouuuggghhhh……robeeekk k…meemekkku…paaakkk…..oooougggghhhh….tahan..paakk… jangaan..didorong…duluuuu….ooouuuuggghhhh…..,” Maya mengerang panjang merasakan perih yang menerpa memeknya akibat terjangan kontolku yang besar ini.

Aku mendorong perlahan batang kemaluanku itu tanpa memperdulikan jerit kesakitan Maya, sedikit demi sedikit batang kemaluanku mulai menghilang di dalam lubang senggama Maya, Mayapun mengerang tanpa hentinya merasakan perih di lubang memeknya, Maya merasakan lubang memeknya robek oleh terjangan batang kemaluanku yang perlahan-lahan masuk kedalam lubangnya, Maya merasakan memeknya perih seperti saat dia untuk pertama kalinya di setubuhi, perih yang dirasakan oleh memeknya sama seperti perih saat untuk pertama kalinya lubang memeknya dimasuki kontol suaminya, yang membedakan saat pertama memeknya mengeluarkan bercak darah sementara sekarang ini tidak ada bercak darah yang keluar dari lubang memeknya.

“Hheeeeggghhhh….pak…Hendraaaa…..aaaddduuuuhhhh…per ih..pak…memekku…periiihhhh…koontolllmuuu…besaaaar… seekaaliiii…..oooooggghhh…..aaaaddduuuhhh…pelan…pa akkk…pelaaann…aaaarrgghhhh…..” Maya mengerang kesakitan di memeknya akibat terjangan kontolku.

Aku sendiri merasakan enak sekali, kontolku betul-betul terjepit sekali oleh lubang memek Maya, kurasakan betapa sempitnya memek Maya ini dan begitu ketatnya dinding vagina memeknya melingkari batang kemaluanku, agak sedikit susah aku melesakkan kontolku kedalam lubang senggamanya Maya, karena memeknya Maya cukup sempit sekali, entah karena jarang dipakai oleh suaminya atau punya suaminya yang berukuran kecil sekali, tapi ini adalah sebuah keuntungan buatku karena selain aku dapat mencobai ukuran kontolku yang baru ini aku juga dapat merasakan memeknya Maya yang sempit.

“Aaaaahhhh…Maaay…memekmu sempit sekali, ooohhh….enaakkk…peret…,” aku mengerang merasakan peretnya lubang vagina Maya.

Kontolku semakin masuk lebih dalam lagi kedalam lubang senggama Maya, sudah lebih dari setengah panjangnya kontolku yang berada di dalam lubang vagina Maya, dengan gemas karena ingin memasukkan seluruh batang kemaluanku di dalam lubang memeknya Maya, aku menghentakkan kontolku menerobos masuk ke dalam lubang senggama Maya, Mayapun mengerang panjang,

“Aaaiiiieeeee……..aaaadduuuuuhhhh…..hheeeeeeggghhhh h…..Paaaakkk……aaaaaaccchhhhhhh……saaaakiiiittt….per riiiihhh…..pelaaaaan….aaadduuuuhhh….memekkkuu….aad dduuuhhhh….ooooooouuuuuuhhhh….,” erang Maya merasakan sakit dan perih di memeknya saat aku menghentakkan kontolku sehingga terbenam seluruhnya di dalam lubang vaginanya yang sangat sempit.

Aku mendiamkan sebentar kontolku yang sudah terbenam seluruhnya di lubang vagina Maya itu, aku memberikan kesempatan pada Maya untuk membiasakan diri dengan besarnya ukuran kontolku yang sedang menjejali lubangnya dengan penuh sesak, suara erangan-erangan kesakitannya masih terdengar olehku.

“adduuuhhh…sssshhhhh…aaaduuuuhhhh…sssshhhh….aaaduu uuhhh…ssshhhh…periiihh….memekku…..robeeekk…memekku …..aaaddduuuhhh…,” erang Maya.

Aku masih meresapi kontolku yang sedang terbenam dan terjepit dengan erat oleh dinding vaginanya Maya, betul-betul nikmat kurasakan jepitan dinding vagina Maya yang melingkari dengan ketatnya batang kemaluanku ini, untuk pertama kalinya aku merasakan lubang kemaluan perempuan dengan senjataku yang baru ini, baru dalam ukuran, Ki Jaya tidak berbohong padaku ini terbukti saat ini, begitu mudahnya Maya kutaklukkan, dan begitu mudahnya tubuh dan memeknya Maya bisa kunikmati sekarang, terlebih yakin lagi setelah Maya merasakan kontolku masuk ke dalam lubangnya biarpun dia merasakan kesakitan tapi dia tidak meronta untuk melepaskan diri dari terjangan kontolku, betul-betul hebat ilmunya Ki Jaya ini.

Aku merasakan dinding vagina Maya berdenyut-denyut perlahan seolah-olah sedang membiasakan diri dengan ukuran kemaluanku yang sedang berada dalam jepitannya, erangan kesakitan Maya tidak lagi kudengar, dan kurasakan pantatnya Maya mulai bergoyang perlahan, dengan perlahan-lahan Maya memutar-mutarkan pantatnya, kontolku yang sedang terjepit dengan ketat oleh dinding vaginanya seolah-seolah dipilin-pilin oleh dinding vaginanya, aku melenguh merasakan pilinan-pilinan dinding vagina Maya yang mendera batang kemaluanku itu,

“Oooooohhhhh….Maaayyy…enaaakkk….kontolku…seperti…d ipilin-pilin…..ooooohhhh…. hebaat…kamuuu…Maaayyy….goyangan pantatmu seperti goyangan pantat Inul yang lagi goyang ngebor…..oooohhhhhh……sedaaaappppp…teruuuuusss….Maa ayyyy….goyang terus…..putar…terusss…..” aku melenguh menikmati goyangan Maya.

“Ooooohhh….Pak…Henndraaa…akuuu…jugaaa…enaaaakkk….. kontolmu…penuh sesak mengisi memekku…..ooooohhhh……periiihhh..tapiii…sudah mulai enaaakkk….oooohhhh sssshhhhh…aaaahhhhh…..kontolmu terasa betul menyentuh dinding rahimku…paaakk… oooohhhhh……,” rintih Maya sambil terus memutar-mutar pantatnya.

Dengan posisi yang memeluk tubuh Maya, sambil meresapi goyangan pantat Maya, aku mulai mencumbunya, bibirku mulai sibuk menciumi bibirnya Maya, yang disambut dengan penuh nafsu olehnya, lidahku kujulurkan menerobos rongga mulutnya, lidahku bersentuhan dengan lidah Maya, kedua lidah kami mulai menari-nari di rongga mulut Maya, sementara mulut kami sibuk berciuman Maya masih tetap aktif terus-menerus menggoyang pantatnya, gerakan memutarnya mulai bervariasi, dia memutar searah jarum jam, saat pantatnya memutar kekiri pantatnya dia turunkan kebawah dan saat pantatnya berputar kekanan pantatnya dia angkat keatas, aku merasakan enak yang sangat luar biasa batang kemaluanku seolah-olah dipilin-pilin dari mulai pangkal batang kemaluanku sampai ke leher kemaluanku.

“Oooohhh…Maayyyy…hebaat…kamu…hebaaat…goyanganmu bikin kontolku enaaak…. Ooooohhhhhh….Maaayyy…terusss…enaaak…hhhmmmm…ssssll lrrppp…hhhmmm,” aku melenguh keenakan sambil tetap menciumi bibirnya.

“Iyyaaaahhh…aaakuuu…jugaaa..enaaakk…kontolmuu…bess aaarrr…ssiicch….hhhmmm…ssslllrrrppp…hhhmmm…..penuu uuh…seesaaaakkk….memekkku….dibuaaatnyyaaa….hhhmmmm m….ssslllrrpppp…hhhmmm……periiihhh…memekkuuuu…tapii i…sudaahhh..mulai….enaaaakkk….” erang Maya.

Akupun mulai mengimbangi permaianan Maya, saat dia menarik turun pantatnya aku juga menarik kontolku, dan saat Maya menaikkan pantatnya aku menekan kontolku masuk, gerakan yang kami lakukan itu seirama dan perlahan membuat keenakan yang kami rasakan menjadi luar biasa, desahan, lenguhan, erangan dan rintihan yang keluar dari mulut kami membuat suasana di ruangan keluarga Maya menjadi ramai, tapi keriuhan suara kami tidak terdengar keluar karena hujan yang masih turun dengan deras dan ruangan keluarga Maya yang terletak di dalam.

Mata Maya mulai terbeliak yang nampak olehku bola mata hanyalah berwarna putih, mulutnya terlepas dari pagutanku, dan mulai mengeluarkan lenguhan-lenguhan, gerakan memutar pantatnya semakin bertambah cepat, tubuh Maya mulai bergetar dengan hebatnya, dan ritme gerakan pantatnya mulai tak beraturan lagi, kurasakan gerakan pantat Maya mulai mengejat-ngejat,

“Ooooouuuugghhhhh…..sshhhhhh…aaaahhh…..ooohhh…paaa akkk….Heeendraaaaa….aakuuuu…sudaah..tidak..tahan lagi aku mau keluar…oooohhh…ssshhh..aaahhhh…ssshhh aaaccchhhh……enaaaaaaakkkkk…..oooohhh…paaakkk….akuu uu…tidaaaakk….kuat lagi akuuuuu…..keluaaaaaarr……ooooohhhh….enaaaakkk…ppuaa aasss….akuuuu….dientot oleh kontolmu yang besar ini paaak….aaahhh….ssshhhh…nikmaaaattt…,” Maya melenguh menyambut puncak kenikmatan yang berhasil ia rengkuh.

Ssssssrrrrrrr……srrrrrrr…..sssrrrrrr…..sssrrrrrr…ss srrrrr…… memeknya memuntahkan lahar kenikmatannya dan menyirami seluruh batang kemaluanku yang terbenam di dalamnya, pantatnya ambruk kebawah akupun mengikuti gerakan pantatnya yang turun kebawah itu dengan menghujamkan dalam-dalam kontolku di relung senggamanya dan mendiamkannya untuk memberikan kesempatan padanya menikmati puncak kenikmatan yang berhasil dia rengkuh, aku merasakan batang kemaluanku menjadi hangat oleh siraman lahar kenikmatannya itu, dinding vaginanya berdenyut sangat kuar saat menyemprotkan cairan kenikmatannya, kontolku seperti sedang dipijat-pijat saja rasanya.

Matanya terpejam, nafasnya memburu, pipinya merona merah, kucium kedua pipinya dan bibirnya dengan lembut, diapun mengerang manja menerima ciuman-ciumanku, dibibirnya terulas senyum kepuasan, gerakan otot vaginanya kurasakan betul-betul dengan ukuran kontolku sekarang ini, biarpun memeknya sudah sangat basah tapi memeknya ini masih peret saja kurasakan.

“Oooooohhhh..pak..Hendra…terima kasih pak sudah membuat aku puas, terus terang saja pak ini pertama kalinya aku berhasil mencapai kepuasan, gara-gara kontol pak Hendra yang besar ini sich, ooooohhh….geli..pak…remas..tetekku pak geli-geli enak… oooooohhh….pak Hendraaa…belum keluar yach pak, buat aku puas lagi dong pak, entot aku lagi dong dengan kontol gedemu ini, ooooohhhh….pelaaaannn…paakk…pelaaannn… masih agak sakit dan perih sedikit memekku, pak Hendra sich kontolnya kegedean jadi aja memekku seperti robek….aaaahhhh…..ssshhhh….enaaaakkk…paaak…enaaaaa akkk… oooohhhhhh…..remas terus toketku…paaakkk…..aaaahhh…yaaacchhhh….oooohhhh… geliiiii…enaaaakkkk…aauuuuhhhh…periiiihhhh…..pelaa aannn….” Maya mengerang menikmati remasan kedua tanganku di payudaranya dan kontolku yang mulai keluar masuk lagi di memeknya.

“Tenang aja May, aku akan buat kamu kelojotan menikmati kontolku ini, aku belum ngecret, nanti aku ngecretnya kalau kamu betul-betul sudah puas sekali oleh sodokan-sodokan kontolku ini, aku masih ingin terus merasakan jepitan memekmu yang sempit dan peret ini…..hehehehhehe….sekarang kamu nikmati aja yach enjotan kontolku ini,” kataku.

“Hhhhheeemmmmm…..iyaaaahhhh…paaakk….iyaaaahhh….mal am ini tubuhku ini sepenuhnya milikmu…oooohhhh….tekaaan…yang dalam pak kontolmu itu, aku pengen ngerasain terus dinding rahimku kena sodok kepala kontolmu yang panjang dan besar ini ooooooohhhhhh….sssshhhh…..aaaahhhh…..enaakk…betul dientot olehmu….paaaakkk… aaaahhhhh…ssshhhh…oooohhh….” Maya kembali merintih keenakan.

Lubang senggama Maya semakin basah, kontolkupun semakin lancar keluar masuk di lubang memeknya yang sempit itu, sssssrttttt…..bbbllleeessss….sssrrrrtttt….bbblleee sss... sssrrrtttttt….bbblleeeesssss… setiap kontolku menerobos masuk kedalam lubang vaginanya dan ujung kepala kontolku menyundul dinding rahimnya Maya, Maya selalu melenguh dan matanya terbeliak merasakan sundulan di dinding rahimnya itu, setiap kali saat kudorong masuk kontolku kedalam lubang senggamanya itu, aku selalu menghujamkan kontolku itu dengan sekali sentakan dan selalu membuat tubuhnya agak terdorong keatas, kedua payudaranya kulihat bergoyang seirama dengan doronganku, dengan gemas kembali kuraih dan kuremas-remas kedua payudara Maya itu, Maya semakin melenguh menikmatinya.

“Ooooouuggghhhhh…..ooooohhh…ssshhhhh…kkkontolmuuu… panjaaang…sekaliiii…paak…..oooohhhh….mentooookkkk… .rahimkuuuu….oooohhhh….ssshhhh….aaahhhh…paaakk….ge liiii……ooohh..teeerruuusss….remaaasss…tetekkkuuu…. ooohhh…ssshhhh…ooohhhhh…paaakkk….aaaacchhhh…..kont olllmuuuu….aaacchhh…..besaaaaarrrr….enaaakkk…aaaac chhh….nikmaaattt….oooohhh…di..entttooot…oleh…konto ooolll..besaaarr…aacchhhhh….ssshhhhh…oooohhh….teru uusss….sodokk..memekkkuuuu….teruusss…ooohhh…yang…c epaaatt…aaahhh….yang…keraaass….ooohhh…sshhhh….” lenguh Maya.

“Ooohhhhh…Maaaayy…..enaaaknya…memekmuuu…ooohhhh….s empiittt….pereeett….sshhhhh…ooohhh….enaaaknya….nge ntotin…kamu…Maya….oooooooooohhh….” akupun mendesah keenakan.

“iiiiyaaaahhh….aaaahhh..aaku..juga…enak.dientot…ko ntolmu yang besaaarrr ini….ooohh pak…Hendraaaa…aaahhhh…kontolmu nikmat…enaak….teruss..paakk…teruss….tambah cepaaatt…pak….yang dalam…pak..tekan…kontolmu yang dalam….oooohhhhh….ssshhh nikmaaaattttt….aaaahhh…..ssshhhhh…aaahhhh…ssshhhh… .aaahhhh,” desahan Maya semakin sering terdengar.

Aku semakin gencar dan semakin dalam men


This post first appeared on Kisah 17Thn | Cerita Dewasa Khusus 18 Tahun Keatas, please read the originial post: here

Share the post

Petualangan Cinta Hendra – Dukun saktiku

×

Subscribe to Kisah 17thn | Cerita Dewasa Khusus 18 Tahun Keatas

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×