Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Sebagian Saham Bukopin Bakal Masuk ke IFC, Siapa Itu?

Beredar kabar sebagian saham PT Bank KB Bukopin (BBKP) bakal jatuh ke tangan International Finance Corporation alias IFC. Kabar ini berembus Dari aksi penerbitan saham baru atau right issue BBKP pada 31 Mei lalu.

Dari total dana Rp 12 triliun, KB Kookmin menyerap 67% saham baru setara Rp 8,02 triliun, STIC Eugene Star Holding menyerap 17% atau Rp 3,19 triliun, dan sisanya publik senilai 16,4%. IFC diduga akan masuk melalui penjualan saham STIC Eugene, sebuah perusahaan investasi swasta berbasis di Korea, sebesar 17%.

IFC adalah lembaga keuangan internasional yang berdiri sebagai afiliasi bank dunia. Tujuan lembaga ini adalah membantu pembiayaan pembangunan Negara-negara anggota yang belum maju, dengan cara memberi pinjaman dan/atau penyertaan pada sektor swasta.  

Lahir Karena Masalah Struktural

IFC berdiri sejak 1956, sebagai afiliasi dari Bank Dunia. Awalnya, IFC bernama International Bank for Reconstruction and Development dan dipimpin oleh Robert Garner. IFC berdiri dengan total modal US$ 100 juta.

Pendirian IFC hanya berjarak 11 tahun dari berakhirnya Perang Dunia II yang membawa sejumlah disrupsi pada struktur perekonomian global. Kala itu, perkembangan sektor swasta serba terbatas.

IFC History Book mencatat, salah satu faktornya adalah ‘paceklik’ dari sisi tabungan domestik (domestic saving) maupun institusi, serta insentif. Kondisi ini membuat terjadi kelangkaan sumber permodalan bagi usaha produktif.

“Usaha lokal dengan bisnis yang menjanjikan sering kali tidak dapat memperoleh modal untuk melaju cepat atau mengembangkan diri,” tulis buku ini. 

Persoalan lainnya, kebanyakan bisnis dari negara kaya, selain industri eksktraktif, umumnya tidak punya pengetahuan yang memadai untuk mengoptimalkan peluang usaha di negara berkembang.  Di masa-masa ini terdapat disparitas pengetahuan yang cukup dalam antara pelaku bisnis dari negara kaya dengan negara berkembang.

Kurangnya kemampuan manajerial dan teknis itu semakin sulit diatasi karena kekurangan pakar industri yang berkualitas, yang dapat menjembatani gap pengetahuan tersebut.

Masalah struktural inilah yang kemudian menjadi alasan lahirnya IFC: menjadi agen katalis. 

“Saya sangat yakin bahwa masa depan yang paling menjanjikan bagi negara-negara kurang berkembang adalah terbentuknya industri swasta yang baik,” kata Garner dalam memoarnya tahun 1972. 

Hikayat Bantuan IFC

Melansir IFC History Book, pinjaman pertama diberikan pada 1957 untuk Siemens cabang Brazil dengan nilai US$ 2 juta. Pinjaman ini diberikan pada perusahaan asal Jerman itu untuk membiayai produksi alat elektrik. 

Pada 1959, IFC menyalurkan  pinjaman sindikasi perdana sebesar US$ 2 juta dari beberapa bank untuk perusahaan pulp dan kertas di Brazil, Champion Celulose. Pinjaman sindikasi adalah fasilitas pemberian kredit atau pinjaman usaha dari dua atau lebih kreditur pemberi pinjaman, yang bersama-sama memberikan pinjaman kepada satu debitur atau peminjam.

Setahun berselang, lembaga tersebut memperluas bantuan ke Tanzania, Afrika. Mereka memberi paket pinjaman senilai US$ 2,8 juta untuk Kilombero Sugar Co. 

Piagam IFC kemudian mengalami amandemen pada 1961, dengan memperbolehkan adanya investasi di bidang saham. Akhirnya pada 1962, IFC melakukan investasi saham perdana di Spanyol. Lembaga ini memiliki porsi US$ 500 ribu di pabrik suku cadang mobil Fábrica Española Magnetos.

Indonesia tak luput dari perhatian IFC. Sejarah mencatat lembaga ini pertama kali mengirim pakarnya ke Jakarta untuk membantu pembentukan pasar modal perdana Tanah Air. Layanan konsultasi ini berlangsung dari 1972 hingga 1974. 

Menyadur laman Otoritas Jasa Keuangan, pasar modal Indonesia sempat vakum pada periode 1956–1977 karena perang dunia, pemindahan kekuasaan ke pemerintah RI, dan kondisi lainnya. Pasar modal kembali aktif pada 10 Agustus 1977. Saat itu, Presiden Soeharto sendiri yang meresmikan Bursa Efek Jakarta.

Berbagai bantuan berupa pinjaman, investasi, hingga konsultasi diberikan IFC kepada negara-negara berkembang. Hingga akhirnya pada 1981, lembaga ini yang menciptakan istilah pasar negara berkembang alias emerging markets. IFC lalu menciptakan Emerging Markets Data Base, dasar indeks saham pasar negara berkembang pertama di dunia. 

Begitu juga pada 1992, IFC merumuskan konsep frontier markets yakni pasar modal yang kurang maju di negara berkembang. Menurut Investopedia, biasanya frontier market adalah sebuah negara yang lebih mapan bila dibandingkan dengan negara terbelakang alias least developed country namun tidak semapan negara berkembang. 

The post Sebagian Saham Bukopin Bakal Masuk ke IFC, Siapa Itu? appeared first on FENUZ.COM.



This post first appeared on Gambar Desain Rumah Minimalis Modern Terbaru | 19000 Contoh, please read the originial post: here

Share the post

Sebagian Saham Bukopin Bakal Masuk ke IFC, Siapa Itu?

×

Subscribe to Gambar Desain Rumah Minimalis Modern Terbaru | 19000 Contoh

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×