Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Antraks, Momok Industri Peternakan Sejak Kolonial Belanda

Tags: antraks hewan

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat mewaspadai empat jenis Antraks yang bisa menular ke manusia melalui luka di tubuh atau hewan herbivora.

Dikatakannya antraks merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis. “Ada empat jenis yang harus diwaspadai, terutama cutaneous (kulit) antraks,” kata Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dilansir Antara, Senin (10/7).

Sebelumnya, tiga warga di Kecamatan Semanu, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meninggal dunia akibat terjangkit penyakit antraks atau sapi gila. Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, dari hasil tes serologis, ada 93 warga yang positif antraks.

Nadia mengatakan, kasus antraks di Gunung Kidul merupakan kasus pertama pada 2023, sedangkan tahun lalu belum ada laporan kasus penularan ke manusia. “Ada pasien yang masih dirawat dan ada yang dinyatakan sembuh,” ujarnya, Selasa (7/4).

Hebohnya penularan antraks terjadi bersamaan dengan Idul Adha. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Wibawanti Wulandari mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan, 12 ekor ternak terjangkit antraks yang terdiri dari enam ekor kambing dan enam ekor sapi.

Pengambilan sampel darah kasus antraks Gunungkidul (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc.)

Kronologi Antraks Tewaskan Tiga Warga Semanu

Sejak pertengahan April 2023, pemerintah setempat mendapat laporan adanya sapi dan kambing yang mati mendadak dan diduga terjangkit antraks. Setelah dikuburkan, masyarakat menggali kuburan sapi tersebut kemudian menjualnya dengan harga murah dan memakannya bersama-sama.

Sejak Mei hingga Juni 2023, jumlah sapi dan kambing yang mati mendadak dan diduga terjangkit antraks meningkat. Bulan Juni itu, seorang warga Semanu yang ikut menyembelih dan memakan bangkai meninggal karena antraks.

Saat itu Dinas Kesehatan Gunung Kidul turun untuk mendeteksi semua sampel orang yang kontak dengan sapi mati tersebut. Menurut laporan Dinas Kesehatan Gunung Kidul, dilaporkan ada 125 orang yang dilaporkan memiliki riwayat kontak langsung dengan sapi mati, 85 diantaranya positif terpapar, 18 diantaranya menunjukkan gejala khas penularan antraks pada manusia.

Sementara itu, menurut Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunung Kidul, 12 ekor sapi yang diduga terinfeksi antraks belum ditemukan. Jadi, kemungkinan besar ternak yang mati itu akan dibagi untuk dimakan dan dijual murah kepada warga sekitar Semanu.

Situasi ini diketahui setelah DPKH turun ke lapangan untuk mengambil sampel bangkai mati dan mengujinya di laboratorium. “Akhirnya kami hanya menguji sampel tanah saja,” kata Kepala Dinas Kesehatan DPKH Gunung Kidul, Retno Widyastuti, Rabu (5/7).

Apa Itu Penyakit Anthrax atau Sapi Gila?

Anthrax berasal dari kata anthrax (ἄνθραξ), kata Yunani untuk arang. Istilah ini digunakan karena munculnya lesi kulit berwarna hitam pekat pada kulit yang terinfeksi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), antraks adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri pembentuk spora yang disebut Bacillus anthracis. Bakteri ini menghasilkan toksin yang sangat kuat yang menyebabkan kematian pada hewan dan manusia yang terinfeksi melalui produk hewani yang terkontaminasi.

Spora antraks dapat hidup di dalam tanah selama 40-80 tahun dalam keadaan tidak aktif. Namun berpotensi menimbulkan penularan ketika terjadi banjir, hujan lebat, tanah longsor yang menyebabkan spora dapat terlihat hingga ke lapisan atas tanah yang akan menjadi aktif kembali ketika spora yang ada di dalam tanah dimakan atau dihirup oleh ternak. .

Ketika spora anthrax tertelan atau terhirup ke dalam tubuh, mereka dapat berkecambah, membelah, berkembang biak, menghasilkan racun dan menyebarkan racun ke seluruh tubuh.

Penyakit ini dapat menyerang kulit, paru-paru, dan saluran pencernaan. Kematian terjadi karena racun yang disebarkan oleh spora dalam tubuh menghancurkan sel-sel pada organ vital tubuh.

Bagaimana Mencegah Penularan Anthrax dan Mengontrol Penularannya?

Anthrax biasanya tidak menular dari hewan ke hewan (animal to animal), atau dari manusia ke manusia secara langsung. Namun menurut WHO, serangga dapat menjadi media penularan yang menyebarkan bakteri antar hewan. Salah satunya melalui serangga yang menggigit kulit.

Pakan ternak dapat terkontaminasi antraks jika mengandung tepung tulang dari hewan yang terinfeksi. Penularan ke manusia juga dapat terjadi melalui kontak langsung saat pemotongan hewan tertular, kontak langsung dengan bagian tubuh hewan tertular (darah, kulit, tulang, daging), dan dapat tertular melalui kecelakaan di laboratorium.

Menurut situs resmi Kementerian Pertanian, spora antraks tahan terhadap kondisi lingkungan yang panas serta tahan terhadap bahan kimia dan desinfektan.

Oleh karena itu, hewan yang diduga mati akibat infeksi anthrax harus dikubur sangat dalam dengan kedalaman minimal 2 meter atau dikremasi. Sebelum dikuburkan, hewan bisa diolesi formalin agar bakteri di permukaan hewan ternak bisa sedikit dikendalikan.

Setelah itu, bagian atas kuburan ditaburi jeruk nipis. Kapur juga menjadi penanda agar ternak dijauhkan dari lokasi pemakaman. Selain itu, dilarang keras menggali kuburan dan menyembelih hewan yang terjangkit antraks.

Menurut Kementerian Pertanian, hewan yang diduga terjangkit anthrax harus diisolasi dari ternak lain. Isolasi harus dilakukan di dalam kandang ketika hewan tersebut ditemukan sakit dan tidak dapat dipindahkan ke tempat lain.

Antraks dapat diobati dengan pemberian antibiotik seperti penisilin, streptomisin, oksitetrasiklin, dan sulfonamid. Pencegahan antraks dapat dilakukan dengan vaksinasi setiap tahun pada daerah yang tidak bebas antraks.

Sedangkan pada daerah yang dinyatakan bebas antraks dilakukan tindakan pencegahan berdasarkan pemantauan dan pengendalian keluar masuk ternak disertai dengan pengawasan.

Jika seseorang berisiko tinggi terkena antraks, maka wajib mendapatkan vaksin antraks.

Kenali Empat Jenis Anthrax dan Gejalanya pada Manusia

Berdasarkan cara penyebarannya, penyebab penyakit antraks terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Antraks kulit
Penularan ini terjadi melalui luka terbuka di permukaan kulit. Bakteri dari hewan yang terpapar masuk melalui luka. Gejala baru muncul antara 1-7 hari setelah terpapar. Gejala yang dapat dilihat antara lain demam, lemas, mual, timbul ruam diikuti benjolan kemerahan disertai rasa perih dan gatal, di tengah benjolan terdapat luka berwarna hitam.

2. Antraks gastrointestinal
Bakteri akan masuk ke saluran pencernaan dan menginfeksi saluran pencernaan saat seseorang memakan daging hewan yang terinfeksi. Gejala akan muncul 1-7 hari setelah terpapar dengan ciri mual, muntah, diare yang kadang disertai darah, nyeri perut, demam, dan lemas.

3. Antraks pernapasan
Penularan terjadi ketika seseorang menghirup spora yang berasal dari bakteri antraks. Infeksi biasanya terjadi setelah 7 hari hingga 2 bulan setelah terpapar dengan gejala demam, batuk, sesak napas, lemas, nyeri dada hingga gagal napas dan syok yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.

4. Meningitis antraks
Ini adalah jenis antraks yang langka tetapi memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Meningitis antraks terjadi ketika spora bakteri antraks menyebar ke otak dan menyebabkan radang selaput otak (meningitis). Gejala spesifik berkisar dari demam hingga radang selaput otak.

Sejarah Panjang Anthrax dan Kerugian yang Disebabkannya

Anthrax adalah salah satu penyakit tertua di dunia dan tidak pernah disebutkan dalam Alkitab. Para peneliti percaya bahwa antraks adalah penyakit kuno yang bertahan hingga zaman modern.

Penyakit ini diyakini berasal dari Mesopotamia dan sering mewabah di sekitar Mesir. Padahal pada peradaban Yunani kuno, anthrax sering disebut-sebut dalam tulisan-tulisan para filosof dan cendekiawan pada masa itu.

Di Indonesia, penyakit antraks dianggap sudah menular sejak tahun 1832 dengan catatan pertama kali muncul di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Pada tahun 1884 tercatat adanya penularan antraks pada kerbau di Teluk Betung, Lampung.

Sejak saat itu, wabah antraks terdeteksi di beberapa daerah yang penyebarannya hampir merata di seluruh Indonesia. Kematian pertama yang tercatat akibat antraks terjadi pada tahun 1969 di Kolaka, Sulawesi Tenggara, yang merenggut 36 nyawa.

Setelah itu, wabah anthrax muncul silih berganti di beberapa daerah di Indonesia yang kerap mengakibatkan kematian. Pada tahun 2003, Kementerian Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian yang menyatakan Provinsi Papua bebas antraks.

The post Antraks, Momok Industri Peternakan Sejak Kolonial Belanda appeared first on FENUZ.COM.



This post first appeared on Gambar Desain Rumah Minimalis Modern Terbaru | 19000 Contoh, please read the originial post: here

Share the post

Antraks, Momok Industri Peternakan Sejak Kolonial Belanda

×

Subscribe to Gambar Desain Rumah Minimalis Modern Terbaru | 19000 Contoh

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×