Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Dari Ayam hingga Saham, Profil Asep Sulaiman Subanda, Si Sultan Subang

Harga saham PT Berkah Beton Sadaya Tbk masih belum menunjukkan kenaikan meski pemiliknya, Asep Sulaeman Sabanda telah membelinya. Sebelumnya, perdagangan saham BEBS sempat terhenti selama hampir lima bulan.

Perusahaan akhirnya menerima peringatan aktivitas pasar yang tidak biasa dari Bursa Efek Indonesia karena harganya terjun bebas. Hingga hari ini, Selasa (4/7), angka tersebut belum beranjak ke posisi gocap alias Rp50 per saham.

Pemilik pabrikan konstruksi akhirnya turun tangan. Asep membeli 600 juta saham perusahaannya.

Dari keterbukaan informasi BEI diketahui pria berjuluk Sultan Subang itu membeli dengan harga sangat murah rata-rata hanya Rp 10 per saham. “Tujuan transaksi adalah investasi,” tulis laman BEI.

Transaksi Asep dilakukan pada 26 Juni 2023, saat BEBS berada di batas bawah Rp 50. Dari pantauan Katadata.co.id, perusahaan sudah masuk zona gocap sejak 22 Juni 2023.

Dengan aksi tersebut, kepemilikan Asep bertambah menjadi 2,62 miliar saham atau setara dengan 5,84%. Sebelumnya, ia hanya memiliki 2,02 miliar saham BEBS atau 4,51%.

Tak hanya membeli saham, Asep juga mendapat posisi baru di perusahaannya. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Jumat lalu, dua komisaris dan lima direktur BEBS mengundurkan diri. Akhirnya Asep naik sebagai komisaris utama BEBS.

Produk beton PT Berkah Beton Sadaya (BEBS) (PT Berkah Beton Sadaya (BEBS))

Meninggalkan Kampus untuk Bisnis

Asep bukanlah orang baru dalam dunia wirausaha, karena kesuksesannya ia dikenal sebagai Sultan Subang. Sejak majalah AKSES edisi ke-5 tahun 2007, Asep telah berbisnis sejak krisis moneter tahun 1998 melanda Indonesia.

Saat itu usianya masih 20 tahun namun ia bertekad untuk membantu perekonomian keluarganya yang kini sedang sulit. Akhirnya Asep keluar dari SMA Ilmu Administrasi Subang dan memulai usaha.

Pilihan pertama jatuh pada peternakan ayam, meniru usaha ayahnya Shobur Tadjudin. Ia menyewa tanah peternakan orang tuanya untuk beternak 10.000 ekor ayam dan mendapat untung Rp 10 juta.

Puas dengan hasil awal ternaknya, ia memperluas kandang hingga memelihara 60 ribu ekor ayam. “Tapi bukannya untung, Asep malah rugi Rp 70 juta karena banyak ayamnya yang mati karena penyakit,” tulis AKSES.

Tak putus asa, ia kembali menambah ternaknya menjadi 80 ribu ekor dan kekurangan lagi Rp 90 juta. Di usia 20 tahun, ia berakhir dengan utang sebesar Rp 160 juta. Jumlahnya tidak sedikit untuk usianya, sehingga ia sering kabur dari rumah untuk menghindari kejaran peminjam.

Bantuan datang dari ayahnya yang ingin menjadi penjamin utangnya dan membantu membayar Rp 11 juta dari total utangnya. Ia semakin bersemangat untuk melunasi utangnya hingga ia dibebaskan pada tahun 2001. Di tahun yang sama, bisnis ayamnya melejit berkat model bisnis baru, Intiplasma.

Dengan model seperti itu, dia membimbing ratusan petani plasma di beberapa kota dan kabupaten di Jawa Barat. Sebagai inti plasma, Asep menyediakan bibit, pakan, obat-obatan, dan pendampingan teknis bagi para petani tersebut. Ia juga akan membeli ayam siap panen dan menghitung pembagian hasilnya.

Pada 2007, bapak tiga anak ini sudah memiliki dua kandang yang mampu menghasilkan 3,4 juta ekor ayam per siklus. Biasanya siklus ayam berkisar 120 hari. “Bisa dibilang, kandang ini terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Charoeon Pokphand di Thailand,” tulis AKSES.

Pabrik Beton Beton Sadaya (BEBS) (Berkah Beton Sadaya (BEBS))

Mulai Menjajaki Sektor Lain

Kesuksesan bisnis Asep melahirkan sebuah penghargaan besar yang diterimanya pada tahun 2006. Di usianya yang ke-29, Ernst & Young menganugerahinya gelar Young Entrepreneur of the Year. Ia juga menjadi finalis dalam kategori social entrepreneur.

Ilmu bisnis yang dimiliki bapak tiga anak ini tidak hanya didapat dari bisnis keluarga. Ternyata ia belajar bisnis sejak menjadi mahasiswa di Pondok Modern Gontor Ponorogo.

Lulus dari Gontor pada tahun 1995, beliau belajar di Pusat Pelatihan Pengembangan dan Manajemen Masyarakat. Merupakan lembaga pelatihan wirausaha yang masih berada di bawah payung Gontor.

Peternakan ayam Asep yang diberi nama PD Santika Tani semakin berkembang dan menjadi perusahaan induk. Di bawah bendera baru Sumber Energi Alam Mienral alias SEAM Group terdapat lini bisnis peternakan, batu bara, dan infrastruktur.

Menurut halaman LinkedIn SEAM, bisnis unggas dijalankan oleh PT Santika Plastindo Utama, perusahaan penghancur batu di bawah PT Berkah Ciherang Abadi, dan pabrik pencampur aspal di bawah PT Berkah Bumi Ciherang.

Per tanggal 25 Februari 2021, salah satu anak perusahaan SEAM Group yaitu BEBS telah berpartisipasi di BEI. Di penghujung tahun, perusahaan pengolah minyak kelapa, Indo Pureco Pratama, bergabung dengan BEBS di BEI.

Tepatnya pada 9 Desember 2021, Indo Pureco mengambil alih dengan tanda IPPE. Begitu juga dengan Bersama Zatta Jaya, perusahaan retail fashion muslim yang akan launching pada 10 November 2022 dengan kode ZATA.

Sultan Subang diketahui memiliki dua saham IPPE dan ZATA melalui PT Lembur Sadaya Investama yang bertindak sebagai pemegang saham pengendali. Di IPPE, porsi kepemilikan per 4 Juli adalah 72,93% dan IPPE adalah 35,22%. Nama Asep juga tercatat sebagai Komisaris Utama ZATA per Mei 2023 menggantikan Aa Gym.

The post Dari Ayam hingga Saham, Profil Asep Sulaiman Subanda, Si Sultan Subang appeared first on FENUZ.COM.



This post first appeared on Gambar Desain Rumah Minimalis Modern Terbaru | 19000 Contoh, please read the originial post: here

Share the post

Dari Ayam hingga Saham, Profil Asep Sulaiman Subanda, Si Sultan Subang

×

Subscribe to Gambar Desain Rumah Minimalis Modern Terbaru | 19000 Contoh

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×