Setelah hampir satu dekade kekuasaan militer di Thailand, Partai Maju Maju alias Moving Forward Party berhasil mengamankan kursi terbanyak di parlemen. Kemenangan ini membuka peluang bagi pemimpin MFP Pita Limjaroenrat untuk menjadi perdana menteri baru.

MFP tergolong partai baru dan meraih suara terbanyak pada pemilu 2023. Total suara yang diperoleh partai tersebut mencapai 14,1 juta suara Dari 52 juta pemilih dan 152 dari 500 kursi Dewan Rakyat di parlemen.

“Ini hari baru, semoga penuh dengan harapan dan sinar matahari yang cerah,” kata Limjaroenrat, Kamis (18/5).

Pria berusia 42 tahun ini berhasil mengubah gelombang Politik Negeri Gajah Putih. Parlemen lokal telah menjuluki Pita bintang yang sedang naik daun karena komentar kritisnya sebagai perdana menteri oposisi.

MFP membuat janji tegas: memotong pengaruh politik militer dan membuat undang-undang baru terkait anggota keluarga kerajaan. Berkat visi dan misi tersebut, Partai Maju Maju semakin populer di mata masyarakat.

Dalam wawancara dengan Bloomberg, Limjaroenrat mengatakan prioritasnya adalah demiliterisasi, demopolisasi, dan desentralisasi. Partai juga akan mendorong diakhirinya hukum lèse-majesté. Ini adalah pasal yang melindungi anggota senior keluarga kerajaan Thailand dari penghinaan dan ancaman.

Di bawah pasal 112 KUHP Thailand, seseorang yang “memfitnah, menghina, atau mengancam raja, ratu, putra mahkota atau keluarga kerajaan” menghadapi hukuman 15 tahun penjara.

“Ini adalah Musim Semi Bangkok,” kata Surachart Bamrungsuk, pakar politik di Universitas Chulalongkorn, Bangkok, seperti dikutip The Japan Times. Ungkapan ini diambil dari istilah “Musim Semi Praha”, ketika liberalisasi politik di Cekoslowakia terjadi pada tahun 1960-an.

“Para tokoh militer melompat keluar dari tank mereka dan naik ke truk untuk berkampanye dengan percaya diri, tetapi mereka dihancurkan oleh pemilik suara itu,” kata Bamrungsuk.

Maju Maju Pemimpin Partai Thailand Pita Limjaroenrat (Instagram @pita.ig)

Lahir di keluarga bisnis dan sekolah di Amerika

Jauh sebelum terjun ke dunia politik, Limjaroenrat lahir dari keluarga pengusaha yang berkecimpung di dunia politik. Ayahnya, Pongsak Limjaroenrat, adalah Staf Ahli Menteri Pertanian dan Koperasi.

Pongsak juga orang dibalik Agrifood, sebuah perusahaan yang memproduksi beras, makanan beku dan makanan kaleng. Sedangkan pamannya, Padung Limjaroenrat, dekat dengan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, menurut laporan Prestige. Perdana menteri mengundurkan diri karena militer menggulingkannya.

Limjaroenrat belajar di Christian College, Bangkok, sebelum pindah ke Selandia Baru di SMA. Setelah lulus di sana, ia kembali ke negaranya untuk belajar Keuangan di Fakultas Perdagangan dan Akuntansi Universitas Thammasat.

Ia mulai menimba ilmu politik ketika mendapat beasiswa dan gelar ganda di Amerika Serikat. Pada tahun 2011, Limjaroenrat meraih gelar Master of Public Policy dari Harvard University dan Master of Business Administration dari Massachusetts Institute of Technology.

Maju Maju Pemimpin Partai Thailand Pita Limjaroenrat (Instagram @pita.ig)

Rasakan Bisnis Sebelum Politik

Saat pemakaman ayahnya pada 2006, bank tersebut mengunjungi Limjaroenrat. Kata mereka, Pita hanya punya waktu empat bulan untuk menyelamatkan perusahaan ayahnya yang terlilit utang. Tatler Asia melaporkan bahwa Pita telah menjawab tantangan tersebut, bahkan lebih dari yang diharapkan.

Pada usia 25 tahun, dia memimpin Agrifood keluar dari hutang, dan bahkan menjadikannya salah satu produsen minyak dedak padi terbesar di Asia.

Tatler Asia memasukkannya ke dalam daftar “Gen T”, daftar talenta muda paling menjanjikan di kawasan ini pada tahun 2017. Dari halaman LinkedIn-nya, Limjaroenrat memimpin Agrifood selama 10 tahun.

Sebelumnya, Limjaroenrat bekerja untuk perusahaan internasional, antara lain Merrill Lynch Phatra dan Boston Consulting Group alias BCG. Nama Limjaroenrat juga tercatat sebagai direktur eksekutif di Grab Thailand sejak 2017 hingga 2018.

Masuk Politik

Langkah pertama Pita ke dunia politik adalah menjadi anggota parlemen untuk Partai Maju Masa Depan pada 2019. Partai itu menempati urutan ketiga, di bawah Palang Pracharat dan Pheu Thai.

Sayangnya setahun kemudian Mahkamah Konstitusi Thailand membubarkan FFP karena dugaan pelanggaran pemilu. Beberapa pengamat percaya bahwa tuduhan tersebut dibuat untuk motif politik. FFP dibubarkan, dibentuk Partai Maju, partai yang dipimpin Limjaroenrat.

Limjaroenrat mulai populer di kalangan anak muda, dengan dibubarkannya FFP. Generasi muda ini berdemonstrasi, mengkritisi pemerintah, dan diakomodasi oleh MFP dalam pemilu pekan lalu. Dari sana, popularitasnya dan MFP meroket.