Menteri Kesehatan era Presiden Abdurrahman Wahid, Achmad Sujudi, meninggal dunia hari ini, Selasa (2/5). Dari informasi yang diperoleh Katadata.co.id, pria berusia 82 tahun ini menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 07.57 WIB di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Bintaro, Tangerang Selatan, Banten. Usai zohor, jenazah dimakamkan di TPU Al Azhar, Karawang, Jawa Barat.

Kabar ini juga dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan melalui akun Instagram resminya. “Almarhum adalah pahlawan kesehatan bagi bangsa dan negara. Dedikasinya akan selalu dikenang di hati kami,” tulis lembaga tersebut.

Karya Achmad Sujudi dari Jakarta, Bengkulu, hingga Yogyakarta

Mantan menteri kesehatan ini lahir di Bondowoso, Jawa Tengah, pada 11 April 1941. Ia merantau ke Malang untuk belajar di SMP pada tahun 1960. Sebelumnya, ia belajar di Sekolah Rakyat Bondowoso pada tahun 1954 dan sekolah menengah pertama negeri Bondowoso pada tahun 1957. .

Achmad lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1972. Setahun kemudian menjadi dokter di bagian bedah Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Lambat laun ia bekerja sebagai dokter di pelatihan dokter bedah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, sambil kuliah di UI hingga menjadi dokter spesialis bedah pada tahun 1980.

Setelah bekerja dan belajar di Jakarta, Achmad pindah ke Bengkulu. Dia adalah seorang ahli bedah di rumah sakit setempat selama 14 tahun. Sembari berpraktik kesehatan, beliau diangkat menjadi Kepala Rumah Sakit sampai Direktur Rumah Sakit Umum Kelas B Provinsi Bengkulu.

Selama di Bengkulu, beliau juga menempuh pendidikan Health Services Management di University of New South Wales, Sydney, Australia, lulus tahun 1990.

Kesuksesan Achmad membangun rumah di Bengkulu menarik perhatian, ia dipanggil menjadi Direktur Dr. Sardjito Yogyakarta dari tahun 1994 hingga 1998. Beliau juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Kementerian Kesehatan.

Sukses menjadi direktur rumah sakit hingga menjadi direktur di Kementerian Kesehatan, Gus Dur dilantik menjadi menteri kesehatan pada 1999 hingga 2000. Tahun berikutnya, jabatannya dinaikkan menjadi Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial kabinet. . .

Meski Gus Dur lengser, ia tetap menjadi menteri kesehatan di era Megawati Soekarnoputri. Saat menjadi menteri kesehatan, ia hadir pada peresmian pabrik Sido Muncul pada 11 November 2000.

“Banyak pilihan dalam hidup saya, dulu saya pilih, sekarang saya terpilih,” tulis Achmad Sujudi dalam bukunya, Dari Pulau Buru ke Cipinang.

PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN (ANTARA FOTO/Jojon/hp.)

Terjebak Korupsi

Mundur dari jabatan Menteri Kesehatan, Achmad Sujudi pernah terlibat kasus korupsi. Menurut jaksa di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, dia terlibat dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di Kementerian Kesehatan.

“Meminta majelis hakim untuk menghukum terdakwa lima tahun penjara,” kata Catharina Girsang, Ketua Tim Penuntut Umum Pengadilan Tipikor Jakarta, pada 13 April 2010.

Achmad dituding merugikan negara lebih dari Rp 104,4 miliar dalam proyek pengadaan alat kesehatan untuk Provinsi Indonesia Bagian Timur dan Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat. Tim penuntut umum kemudian menuntut denda Rp 200 juta subsider tiga bulan kurungan dan pembayaran ganti rugi Rp 700 juta.

Kasus ini terjadi saat Achmad menjabat Menteri Kesehatan. Saat itu, ia mengusulkan tambahan Daftar Penyelesaian Proyek Anggaran Tahunan (ABT-DIP) untuk tahun anggaran 2003. Achmad berperan penting dalam penunjukan PT Kimia Farma Trade and Distribution sebagai mitra proyek pengadaan alat kesehatan yang rencananya akan disalurkan ke 32 rumah sakit di Indonesia Timur.

Penunjukan itu ditetapkan berdasarkan surat nomor 1450/Menkes/X/2003 dan ditandatangani pada Oktober 2003. Inilah kekhususan keputusan Achmad: kesepakatan ini ditandatangani sebelum anggaran tahunan 2003 disetujui.