Aku Sering Berkhayal, sedang bercakap-cakap denganmu, di teras sebuah rumah mungil dengan halaman yg luas dan hijau. Kau dengan kopi panas kesukaanmu dan aku dengan teh manis hangat favoritku. Aku Sering Berkhayal, kita berpelukan di tepi sebuah pantai entah karena apa, mungkin hanya karena aku yang ingin memelukmu supaya kau tidak pergi jauh-jauh. Aku sering berkhayal, duduk di belakang sepeda yang kau kendarai, entah kita akan ke mana, menjelang sore hari, saat angin sedang hangat.
Aku sering berkhayal tentangmu, sebab hanya itu yang bisa kulakukan sekarang setiap merindukanmu, karena aku sadar kau sudah tak lagi ada di dunia nyata ini.
Kau sudah pergi jauh. Seharusnya aku tak lagi menunggumu pulang. Sebab yang bisa membawamu pulang hanya keajaiban.
Untuk sesaat aku ingin percaya manusia memang bisa terlahir kembali, dan jika benar begitu, aku ingin bertemu denganmu sekali lagi dan bersamamu lebih lama lagi.
–16092020
*untuk kau yang pernah hadir di 26 Januari, masihkah kau di sana mengingat bagaimana kita pernah saling memanggil nama?
This post first appeared on Gubuknya Itaita | Berteduhlah Di Sini Saat Kau Ber, please read the originial post: here