Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

When Love & Hate Collide : Michelin dan Dunlop di MotoGP

TMCBLOG.com – Seperti kita ketahui bersama tahun 2023 ini adalah tahun terakhir kelas intermediate Grand Prix Moto2 akan mengunakan ban brand Dunlop. In fact, bisa dibilang hampir semua disiplin balap kelas entr level dan intermediate akan berganti dari Dunlop ke Pirelli. Feedback dari gelaran WorldSBK yang telah duluan menggunakan Pirelli dipastikan karakter keduanya sangat berbeda. Dunlop itu terkenal berada di tengah tengah. Gripnya tidak terlalu bagus, namun juga tidak juga bisa dibilang jelek.

Performa grip ban Dunlop slick bisa dibilang hampir konstan semenjak awal balapan sampai akhir balapan, sementara Pirelli dikenal dengan karakter mudah terdeformasi di bawah tekanan dan karet soft compoundnya yang hadir bahkan di bagian sisi dinding kiri dan kanan ban.

Namun bukan itu saja yang akan membuat pabrikan KTM, Honda dan pabrikan frame seperti Boscoscuro serta Kalex dipastikan akan bekerja keras melakukan setup sasis mereka saat ini. Juga termasuk impact hubungan cinta dan kebencian (Love – Hate relationship) antara Dunlop dan Michelin yang juga dipastikan akan berubah tahun depan.

Kisah ini sempat diceritakan Peter Bom yang menjadi crew chief buat Danny Kent persis ketika Michelin baru saja hadir sebagai supplier tunggal ban MotoGP menggantikan Bridgestone. “Ini adalah karakter yang dihasilkan ketika compound dari masing-masing karkas karet ban yang tersisa di permukaan trek dan bagaimana reaksi antara mereka (Dunlop & Michelin) di sana.”

“Pembalap di Qatar [GP pembuka] mengatakan kepada saya bahwa sangatlah aneh ketika setelah sesi MotoGP yakni sesi Moto2 – karena urutannya adalah Moto3, MotoGP lalu Moto2 – mereka mengatakan bahwa pada beberapa lap awal ketika saya berada di garis hitam yang ada di trek. Saya sebenarnya tidak perlu berada di bagian tersebut dan saya tidak sengaja berada di sana namun saya merasakan grip yang lebih baik.”

“Pada beberapa bulan kemudian semuanya mengetahui bahwa pada sesi kualifikasi Moto2 anda harus berada pada situasi dimana pada bagian lima menit awal harus melakukan laptime yang baik dan juga di bagian akhirnya. Namun melakukannya di awal sesi lebih mudah.”

“Namun itu juga berlaku secara berkebalikan ketika Moto2 telah secara lengkap melakukan balapan, karet Dunlop pada Moto2 (yang tersisa di permukaan trek) dibenci oleh pembalap dengan Michelin. Gripnya jadi berkurang, pembalap jadi kehilangan kepercayaan diri pada front-end motor mereka. Butuh 5 sampai dengan 10 lap sampai akhirnya karkas karet di permukaan aspal sirkuit berganti menjadi karkas karet dari Michelin dan grip ban ke aspal menjadi bagus kembali.”

Ini menarik karena biasanya koefisien friksi (hambatan gesek) itu selalu sama di antara dua jenis bahan. Namun pelajaran friksi/hambatan gesek fisika yang kita pernah pelajari di SMP dan SMA tersebut jelas untuk keadaan statis. Dan mungkin ketika fenomena hambatan rotasional berlaku di salah satu jenis bahan, maka hasilnya bisa berbeda.

Maksudnya begini; pada kasus sesi latihan bebas kelas Moto2 yang berlangsung setelah sesi latihan bebas MotoGP, yang statis adalah Karkas Karet Michelin pada permukaan aspal trek, sementara karet ban Dunlop yang berotasi. Sementara itu pada kasus balapan di mana sesi MotoGP yang berlangsung setelah berlangsungnya balap Moto2, maka sisa karkas karet ban Dunlop di trek berlaku statis (diam), sementara karet ban Michelin yang berotasi, IMHO – CMIIW. Silakan dikunyah-kunyah dan monggo untuk berpendapat sob.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

The post When Love & Hate Collide : Michelin dan Dunlop di MotoGP appeared first on tmcblog.com.



This post first appeared on TMC-MotoNews | 1st Home Of TMCBlog, please read the originial post: here

Share the post

When Love & Hate Collide : Michelin dan Dunlop di MotoGP

×

Subscribe to Tmc-motonews | 1st Home Of Tmcblog

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×