Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Titik Nadir Honda MotoGP ?

TMCBLOG.com – Seperti yang sudah kita sama-sama baca. Faktanya adalah akhirnya Honda terhenti rekornya di Sachsenring 2022. Rekor di mana selama 40 tahun semenjak 1982, sebanyak 633 seri balapan terus-menerus menghasilkan poin di setiap race weekend. Statistik ini jelas sebuah angka ukuran bahwa HRC sepertinya berada pada titik nadir sebagai sebuah pabrikan walaupun saat ditanya, Alberto Puig terkesan mengesampingkan dan tidak menganggap penting statistik ini. “Saya tidak tahu tentang statistik; Saya hanya tahu bahwa kami tidak dalam situasi yang benar saat ini dan kami harus mengubah ini sepenuhnya. Kami telah melakukannya berkali-kali di masa lalu, kami adalah Honda!”

Pertanyaannya utama adalah ini tuh karena motornya, kebijakan pengembangan yang mono-rider-sentris, merosotnya level dan kapabilitas dari pembalap Honda saat ini, atau mungkin seribu satu pertanyaan lainnya? Honda 2022 membuat motor baru yang asli benar-benar baru. Jika dilihat dari kacamata luar, HRC mencoba menghadirkan satu karakter baru dari RC213V yakni memberikan fokus lebih ke feel rear-end grip dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan sedikit ‘memutar’ engine mounting dari mesin V4 Honda ke arah belakang yang dikombinasi dengan berbagai setup lainnya termasuk sasis, swingarm dan suspensi.

Dengan ini, jadilah mungkin satu motor yang menurut interpretasi Honda adalah sosok RC213V yang memiliki potensi akan lebih banyak bisa dimaksimalkan oleh pembalap. Singkat kata lebih ‘rider friendly’. Jika merujuk pembalap jelas harusnya ini motor fokus ke gaya balap Pol Espargaro banget yang memiliki perbedaan 180 derajat dengan Marc Marquez selama ini. Mungkin juga ini dikarenakan Honda sudah merasakan bagaimana kondisi sulit tanpa Marc di 2020 dan 2021, Honda sadar bahwa mereka memang harus bikin motor yang tidak bergantung pada Marc Marquez. Singkat kata TA DAAA . . Hadir lah perubahan paling ekstrim Honda RC213V dalam 1 dekade terakhir di awal test pra-musim MotoGP 2022.

Marc dengan Spek pertama 2022 di test hari pertama

Masalahnya adalah merubah platform keseimbangan motor dari front end ke rear end ini mungkin menjadi permasalahan utama. Memang penguasaan rear-end grip akan membuat motor bisa memaksimalkan seluruh torsi yang dihasilkan mesin saat berakselerasi di straight maupun saat keluar tikungan. Namun front end grip itu sesuatu yang diagungkan dalam balap sepeda motor terutama road racing. Jika kita mencoba mencari tahu apa pembeda dari Fabio Quartararo dan dua pembalap Yamaha lainnya yang menggunakan M1 2022. Jawabannya adalah penguasaan front end grip dari Yamaha M1 yang ia lakukan dengan cara mengeksplorasi gaya balap yang unik. Dengan penguasaan front end grip, Fabio bisa membuat perbedaan saat memasuki tikungan dibandingkan dengan Morbidelli dan Dovizioso.

Yamaha dikenal memiliki rear end grip bagus saat menikung karena kecenderungan karakter mekanika inersia dari bentuk mesin inline 4 yang lebar mendukung hal tersebut, dan sampai 2022 mereka fokus mempertahankan hal tersebut. Alias hal tersebut tidak serta merta mereka buang. Bicara penguasaan front end diserahkan ke pembalap, biar Fabio mengeksplorasi gaya berkendaranya sehingga tetap bisa menemukan keseimbangan antara grip roda depan dan roda belakang sehingga membuat kombinasi dirinya dan M1 sampai seri ke 10 MotoGP 2022 adalah kombinasi paling bagus. Perlu dicatat kuncinya adalah M1 secara umum tidak terlalu ekstrim berevolusi sampai 2022 ini.

Ironi dengan yang terjadi di RC213V 2022, sepertinya hasil perubahan ini bukan ‘memperkaya’ karakter motor namun kasar kata memindahkan karakter motor. Yang awalnya dikenal memiliki karakter frond end menjadi berkarakter rear end focus, atau minimal, ada bobot karakter front end yang kini berkurang pada setup motor 2022. Marc Marquez dikenal sebagai ‘Baby Alien’, namun ke-alien-an dari pembalap Spanyol ini harus banget disupport oleh feel dari front end motor yang bisa memberikanya kepercayaan diri. Marc Marquez adalah tipe pembalap yang bisa memperlihatkan banyak keajaiban dalam hal pengendalian sepeda motor di saat ia sangat percaya diri dan sangat percaya bahwa front end motor yang ia bawa bisa berpotensi membawanya selamat dalam setiap manuver ajaibnya.

Suzuki pernah minta maaf kepada Kenny Roberts Jr. di 2002 karena GSV-R mereka terlalu ‘pelan’ untuk MotoGP. Kouichi Tsuya pernah meminta maaf kepada Vinales dan Rossi pada 11 Agustus 2018 di GP Austria atas fakta bahwa motor M1 yang tidak kompetitif saat itu dan kemudian Yamaha naik lagi di bawah management dari Takahiro Sumi. Bukan bermaksud untuk menunggu HRC meminta maaf pada pembalapnya atau menunggu salah satu dari manajemen untuk out, namun lebih kepada menunggu bagaimana mereka berhasil memindahkan fokus pencarian masalah ke motor dari pada ke pembalapnya, mungkin yaaah. . .

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

The post Titik Nadir Honda MotoGP ? appeared first on tmcblog.com.



This post first appeared on TMC-MotoNews | 1st Home Of TMCBlog, please read the originial post: here

Share the post

Titik Nadir Honda MotoGP ?

×

Subscribe to Tmc-motonews | 1st Home Of Tmcblog

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×