Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Hipertensi: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik di atas 130 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg secara terus-menerus yang diderita seseorang. Tekanan darah di sini adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh arteri. Tekanan darah tinggi adalah kekuatan tekanan darah pada dinding arteri yang melebihi normal.

Kondisi hipertensi yang diderita seseorang bisa memicu bermacam-macam komplikasi penyakit yang mengancam nyawa bila diabaikan. Sampai-sampai, penyakit yang satu ini bisa mengakibatkan bertambahnya risiko seseorang mengalami penyakit jantung dan stroke yang keduanya dapat mengakibatkan kematian.

Penyebab Hipertensi

Orang bisa menderita hipertensi jika makin banyak volume darah yang dipompa jantung disertai lagi pembuluh darah arteri pun menyempit. Tekanan darah tinggi bisa dideteksi lewat pengecekan rutin tekanan darah. Langkah itu disarankan bagi orang dewasa setidaknya sekali setahun. Tekanan darah tinggi dibagi menjadi 2 jenis :

  • Hipertensi primer : jenis tekanan darah tinggi yang paling umum, sering kali tidak memiliki penyebab, berkembang selama bertahun-tahun, risikonya meningkat seiring bertambahnya usia.
  • Hipertensi sekunder : terjadi dengan latar belakang perkembangan penyakit apa pun (ginjal, sistem endokrin, sleep apnea) atau akibat mengkonsumsi obat tertentu. Hipertensi ini bisa menyerang di segala usia termasuk anak-anak.

Sementara berbagai penyebab tekanan darah tinggi yang utama antara lain:

  • Usia tua (semakin tua seseorang, semakin tinggi kemungkinan terkena hipertensi);
  • Riwayat penyakit keluarga (tekanan darah tinggi pada orang tua atau kerabat dekat lainnya);
  • Malnutrisi, diet tinggi garam dan lemak;
  • Kurangnya aktivitas fisik;
  • Kelebihan berat badan, obesitas;
  • Gangguan tidur;
  • Penyakit kronis (penyakit ginjal kronis, gangguan endokrin, diabetes, kolesterol tinggi);
  • Ras (misalnya, orang Afrika-Amerika berisiko lebih tinggi);
  • Jenis kelamin (di usia paruh baya, tekanan darah tinggi berkembang lebih sering pada pria, pada orang tua – pada wanita; wanita yang memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan lebih rentan terhadap hipertensi arteri di usia tua);
  • Obat-obatan tertentu (kontrasepsi, dekongestan, NSAID, antidepresan);
  • Stres;
  • Merokok;
  • Penyalahgunaan alkohol;
  • Kurang tidur, kerja shift malam.

Baca juga: Efek dari Kurang Tidur Bagi Kesehatan, Bisa Fatal

Indikator Hipertensi

Hipertensi sering disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena kurangnya gejala yang jelas. Dalam beberapa kasus (terutama ketika tingkat tekanan darah mencapai tingkat yang sangat tinggi), seseorang mungkin mengeluh sakit kepala, mimisan, dan sesak napas. Banyak orang tidak mengaitkan gejala ini dengan tekanan darah yang tidak normal karena mereka tidak terbiasa memantau tekanan darah mereka secara berkala. Ada beberapa indikator tekanan darah yang dapat digunakan sebagai patokan :

  • Tekanan darah normal dari 90/60 mm Hg hingga
  • Prahipertensi (faktor risiko yang akan meningkatkan hipertensi arteri) 
  • Hipertensi arteri derajat 1 yaitu 80–89 mm Hg 130-139 mm Hg
  • Hipertensi arteri derajat 2 yaitu 90 mmHg 140 mm Hg

Bahaya Hipertensi

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, penyakit jantung koroner, penyakit arteri perifer, aneurisma aorta, gagal ginjal, demensia vaskular, sindrom metabolik, gangguan penglihatan, dan komplikasi kehamilan (preeklamsia).

Orang yang berusia di atas 40 tahun, serta orang berusia 18-40 tahun yang berisiko terkena hipertensi harus melakukan pengukuran tekanan darah di fasilitas kesehatan setidaknya setahun sekali. Jika diagnosis hipertensi arteri ditegakkan atau orang tersebut memiliki faktor risiko lain yang beresiko meningkatkan penyakit kardiovaskular, disarankan untuk mengukur tekanan darah lebih sering dan tidak mengabaikan pemantauan di rumah. Dokter akan membantu memilihkan alat untuk mengukur tekanan (tonometer) yang tepat.

Tidak direkomendasikan penggunaan alat monitor tekanan darah yang dikenakan di pergelangan tangan atau jari karena hasilnya kurang akurat.

Jika direkomendasikan, pengukuran tekanan darah di rumah harus dilakukan dua kali sehari di lengan kiri dan kanan: di pagi hari sebelum sarapan (tetapi tidak segera setelah bangun tidur) dan sebelum minum obat apa pun, dan juga di malam hari dan sebaiknya pada saat yang sama. Kita perlu mengukur tekanan 2-3 kali (dengan interval pendek, 1-3 menit) untuk hasil yang akurat dan meyakinkan. 30 menit sebelumnya jangan merokok, jangan makan, jangan minum kopi (dan alkohol), jangan berolahraga, dan kosongkan kandung kemih. 

Selama pengukuran, kita harus duduk dalam posisi yang nyaman, bersandar di kursi, jangan menyilangkan kaki dan pergelangan kaki, dan jangan berbicara. Tangan di mana manset dikenakan harus tidak tertutup pakaian, diatur setinggi jantung dan paling nyaman untuk meletakkannya di atas meja atau sandaran tangan kursi. Jangan lupa untuk mencatat hasil pengukuran itu.

Tips Menormalkan Tekanan Darah

Menormalkan tekanan darah yang tinggi adalah mungkin. Yaitu dengan mengubah gaya hidup (mempengaruhi faktor yang dapat diubah), mengobati penyakit yang mendasarinya, dan minum obat yang mampu menormalkan tekanan darah. Modifikasi gaya hidup termasuk asupan nutrisi yang tepat, menghindari makanan berlemak dan mengurangi asupan garam; normalisasi berat badan; berhenti merokok dan alkohol; aktivitas fisik secara teratur; manajemen stres (misalnya, menguasai teknik relaksasi).

Baca juga: Cara Hidup Sehat Sederhana, Mudah Banget!

Jika kita mengalami peningkatan tekanan darah yang terus-menerus terkait dengan kondisi medis (seperti diabetes) atau disebabkan oleh penggunaan obat-obatan tertentu, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Kontrol penyakit yang mendasari, penolakan obat (atau penggantinya), yang meningkatkan tekanan darah, dapat menstabilkan tekanan dan kondisi pasien. Namun, ada faktor risiko yang tidak dapat diubah yang terkait dengan tekanan darah tinggi yaitu usia dan riwayat keluarga.

Pengobatan Hipertensi

Pengobatan hipertensi arteri biasanya didasarkan pada modifikasi gaya hidup, pemantauan tekanan darah secara konstan, dan penggunaan obat antihipertensi (obat yang mengurangi tekanan). Dokter akan menerapkan satu atau lebih metode itu berdasarkan kondisi individu pasien setelah melakukan diagnosis yang teliti.

Baca juga: Gaya Hidup Sehat, Ini Cara Mudah Melakukannya!

Obat-obatan yang diresepkan untuk hipertensi meliputi: ACE inhibitor, penghambat reseptor angiotensin II, penghambat saluran kalsium, diuretik, penghambat beta, penghambat alfa, dan obat penghambat beta alfa. Dalam kebanyakan kasus, obat-obatan tersebut tadi tidak menimbulkan efek samping. Namun, kita tidak boleh mengobati sendiri, harus berkonsultasi dengan dokter yang akan memilihkan obat yang efektif. Penting untuk mengikuti semua rekomendasi, memperhatikan dosis dan tidak melewatkan minum obat itu.

Kapan penderita hipertensi perlu segera ke dokter? Yaitu ketikan terjadi peningkatan tekanan darah hingga 180/120 mm Hg atau lebih tinggi (lebih dari sekali, bila diukur lagi setelah 5 menit) pada pasien dengan hipertensi arteri. Gejala hipertensi yang parah dapat disertai dengan sakit kepala parah, epistaksis, sesak napas, nyeri dada, gangguan neurologis (kebingungan, gangguan kesadaran, muntah, kejang, kelemahan parah, gangguan penglihatan, bicara). Untuk mengetahui penyebab tekanan darah tinggi, mendiagnosis kondisi dan mengobatinya, penderita perlu berkonsultasi dengan dokter ahli.



This post first appeared on Ashefa Griya Pusaka Pusat Rehabilitasi Narkoba, please read the originial post: here

Share the post

Hipertensi: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

×

Subscribe to Ashefa Griya Pusaka Pusat Rehabilitasi Narkoba

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×