Jakarta, RMOL.CO – Mata uang kripto menjadi salah satu aset investasi yang masih menjadi sorota di seluruh dunia. Selain karena volatilitas dan potensi cuan yang besar, kripto menarik para investor karena tren harga, kesehatan proyek dari aset kripto, hingga komunitasnya.

Namun, tidak bisa dipungkiri aset kripto juga dibayangi risiko tinggi. Terlebih umur dari instrumen investasi tersebut masih tergolong baru bila dibandingkan dengan yang lain.

Dengan demikian, masih banyak orang yang tidak memahami investasi kripto secara mendalam, dan kerap kali dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab untuk melakukan penipuan investasi bodong.

Oleh karena itu, Investment Educator Ryan Filbert membeberkan cara menghindari aset kripto abal-abal. Satu di antarnaya dengan melakukan validasi terhadap mata uang kripto tersebut sebelum berinvestasi.

“Ketika kita bicara kripto, kita tidak bisa lari dari blockchain di belakang crytocurrency. Misalnya buka pakai aplikasi, dan jual di situ. Bagaimana kita memvalidasi [aset kripto tersebut]. Jika aplikasi tidak bisa menunjukkan [blockchain], kemungkinan itu kripto abal-abal. Jadi kita harus bisa mencocokkan,” ujarnya pada acara Investment Expo RMOL.CO di Central Park, Jakarta, Kamis (15/9/2023).

Blockchain sendiri merupakan teknologi yang digunakan sebagai sistem penyimpanan atau bank data secara digital yang terhubung dengan kriptografi. Penggunaannya tidak terlepas dari mata uang kripto.

Dari penamaannya, block yang memiliki arti kelompok dan chain berarti rantai. Pengertian dari penamaan teknologi ini mencerminkan bagaimana cara kerja blockchain. Dimana, teknologi tersebut memanfaatkan resource komputer untuk menciptakan blok-blok yang terhubung (chain).

Blok-blok yang saling terhubung nantinya digunakan untuk mengeksekusi sebuah transaksi. Teknologi ini memang cukup menarik karena sifatnya yang tidak terpusat. Blockchain mampu berjalan sendiri menggunakan algoritma komputer tanpa ada sistem tertentu yang mengaturnya.

Selain dengan melakukan validasi terhadap blockchain dari sebuah aset kripto, Ryan menyampaikan identifikasi kripto di dalam blockchain tersebut juga perlu dilakukan.

“Apakah protokolnya di-support, otomatis ditransfer, apakah protokolnya nyambung. Dan bisa kita baca di dunia networknya,” katanya.

Ryan sendiri mengaku menggunakan platform blockchain Polygon untuk mengidentifikasi aset kripto.

Dia menambahkan, ketidaktahuan investor dalam aset kripto ini berbahaya. Dengan kurangnya pengetahuan soal kripto, investor jadi tidak melakukan validasi terhadap aset kripto yang abal-abal.

Maka dari itu, penting bagi para investor untuk memahami aset kripto lebih dalam terlebih dahulu.

[Gambas:Video CNBC]

(mkh/mkh)