Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Bullish: Penyebab dan Strategi Menghadapinya

Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas bearish pada pasar saham, yakni tren menurunnya saham akibat beberapa kondisi tertentu. Nah pada artikel kali ini, kita akan membahas lawan dari bearish yakni bullish, yang merupakan kondisi paling disukai investor. Pertanyaannya, mengapa investor banyak menyukai bullish? Apakah dengan market bullish, kita selalu mendapatkan keuntungan? Atau justru ketika market bullish justru merugi?

Pengertian Bullish

Istilah bullish pertama kali tercipta ketika seorang trader menggambarkan pasar yang terus naik, seperti banteng yang sedang bersiap untuk menyerang lawan.

Istilah Bullish, di ambil dari kata banteng atau ‘bull’, yang mendefinisikan bullish adalah kondisi di mana pasar terapresiasi, sehingga membentuk tren yang menanjak dalam kurun waktu tertentu.

Tidak heran kondisi bullish ini sangat disukai para pelaku pasar, karena peluang untuk menjual kembali saham semakin besar, dengan potensi mendapat keuntungan yang menjanjikan.

Istilah bullish tidak hanya digunakan pada pasar saham, tetapi juga digunakan pada semua asset class yang memiliki eksposure terhadap harga pasar seperti obligasi, forex, komoditas, emas dan property.

 Ciri-Ciri dan Indikator Bullish

Terdapat ciri-ciri market yang akan menuju ke arah bullish, antara lain:

  1. Terdapat volume pembelian dalam jumlah besar

Biasanya pada market bullish terdapat indikator ketika pembelian saham-saham big caps oleh para sekuritas besar, dengan jumlah pembelian yang juga sangat besar. Sehingga harga saham-saham big caps, akan mengalami kenaikan selama beberapa hari berturut-turut.

  1. Aset-aset sejenis saham akan meningkat

Apakah itu asset sejenis saham? Jawabannya ialah surat hutang dan turunannya seperti obligasi, sukuk, sdbi, sbi dan lainnya.

Mengapa hal tersebut berkorelasi? Karena ketika market bullish, menimbulkan optimisme terhadap pasar modal dan pasar utang. Dengan begitu, maka kenaikan asset sejenis saham akan dapat menjadi ciri market bullish.

  1. Peluang menemukan saham bagus dengan valuasi murah, menjadi lebih sedikit

Dalam market yang bullish, maka salah satu tantangan bagi para fundamentalis ialah saham-saham bagus banyak yang valuasinya sudah mencapai harga wajar atau bahkan overvalued. Dengan itu, maka akan sedikit peluang mendapatkan saham bagus dengan valuasi murah ketika pasar bullish.

Sebaliknya akan lebih mudah mencari “mercy harga bajaj”, ketika market bearish!

[Baca lagi: Bearish: Penyebab dan Strategi Menghadapi Market Bearish]

  1. FDI (Foreign Direct Investment) akan meningkat

Ciri selanjutnya dari market bullish ialah ketika adanya inflow dana asing dalam bentuk investasi ke dalam negeri dengan jumlah besar. Investasi tersebut dapat berupa pembelian surat berharga, saham atau investasi di sektor riil seperti pembangunan infrastruktur.

Itu tadi keempat ciri-ciri yang menjadi indikator yang menunjukkan pasar saham sedang bullish.

 

Faktor yang Menyebabkan Kondisi Bullish

Bagaimana dengan faktor-faktor penyebab market bullish? Ada banyak situasi yang mendorong market bergerak bullish, antara lain:

  1. Kondisi ekonomi makro sedang baik

Salah satu faktor pendorong awal market bullish ialah kondisi ekonomi makro yang membaik dan positif. Misalnya dengan pertumbuhan inflasi yang terkendali, PDB negara yang tinggi, daya beli masyarakat yang positif dan optimis, lapangan kerja yang terus bertumbuh. Dengan adanya kondisi makro yang baik tersebut, maka akan berdampak secara tidak langsung pada bursa saham yang menyebabkan bursa bergerak bullish.

  1. Kebijakan moneter pemerintah yang baik

Market bullish juga disebabkan oleh kondisi moneter yang baik dan terkendali. Misalnya, dengan tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia berada di level sesuai dengan kondisi yang dialami suatu Negara. Contohnya suku bunga dengan tren turun akan membuat pasar saham menjadi bullish.

  1. Sektor usaha riil yang berkembang

Faktor selanjutnya adalah banyak sektor usaha yang tumbuh karena daya beli masyarakat yang baik. Kondisi market bullish paling dekat terjadi ketika pasca pandemic covid-19, di mana banyak harga saham-saham kembali terapresiasi menyusul laporan keuangan yang menunjukkan turnover menjadi lebih baik. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan yang menunjukkan perbaikan kinerja, baik dari sisi pertumbuhan laba dan pendapatan, maupun operasional.

Dampak Bullish pada Berbagai Asset Keuangan

Perlu di ingat ketika market saham sedang bullish, maka tidak semua instrument financial market akan diuntungkan. Lho kenapa begitu? Jawabannya, karena ada yang pergerakannya sejalan dengan pasar saham, tetapi ada juga yang pergerakannya tidak sama.

Bicara hal itu, maka dalam kaitannya dengan bursa saham yang ada di Indonesia, berikut ini korelasi bullish antara saham dengan instrument lainnya:

  • Bullish saham berkorelasi positif terhadap: Surat hutang dan turunannya (ORI, SBN, SPN, Obligasi pemerintah, Sukuk Pemerintah Indonesia dan lainnya) dan Credit default swap.

Hal ini berarti ketika bullish pada saham, maka akan bullish juga pada asset-aset keuangan tersebut. Namun sebaliknya ketika bearish pada saham, maka akan bearish juga pada aset-aset keuangan tersebut.

  • Bullish saham berkorelasi negatif terhadap: Forex (khusunya mata uang USD), Emas dan Cryptocurrency.

Hal ini berarti ketika bullish pada saham, maka akan bearish asset-aset keuangan tersebut. Dan sebaliknya ketika bearish pada saham, maka akan bullish pada aset-aset keuangan tersebut.

Strategi Investasi Momentum ketika Market Bullish

Berikut ini strategi investasi ketika market saham sedang bullish:

  1. Buy and Hold

Market bullish ialah market yang ditunggu oleh para investor saham dalam berinvestasi. Dalam kondisi market yang bullish, maka kita sebenarnya berpeluang untuk membeli saham incaran dengan cara lumpsum atau sekaligus.

Hal tersebut bisa memberikan kita keuntungan, karena dengan melakukan ‘hold’ dalam jangka waktu yang tidak lama, maka akan mendapatkan keuntungan.

Beda hal nya dengan ketika market sedang bearish, dengan strategi beli dan cicil adalah solusi yang tepat.

  1. Average Up

Ketika market bullish dan kondisi cash sedang tidak memungkinkan untuk melakukan “one shot buy”. Maka kita bisa melakukan average up dalam periode tertentu.

Nah untuk teman-teman investor yang notabene nya sebagai pegawai kantoran, maka bisa melakukan average up setiap bulan ketika telah menerima salary.

Ada lebih dari 800 emiten yang terdaftar di BEI. Maka untuk mempermudah pemantauan kinerja laporan keuangan dan rasio-rasionya, bisa memanfaatkan Cheat Sheet

  1. Penambahan ketika Retracement

Market kondisi bullish tidak selamanya tanpa koreksi, koreksi pendek tetap akan terjadi di market bullish. Untuk itu sebaiknya, kita menggunakan multiple indicator time-frame pada market bullish. Dan untuk mencobanya, bisa dengan memilih dari jangka waktu harian, bulanan, enam bulanan atau bahkan satu tahun.

Ketika terjadi retracement atau koreksi pada time-frame pendek, maka kita bisa melakukan penambahan pembelian. Perlu diingat kembali, bahwa market bullish tidak berarti akan terhindar dari koreksi. Karena koreksi pasar bisa terjadi dan akan selalu terjadi.

 

Contoh Market Bullish dalam Sejarah

Momentum pasar bullish umumnya bisa terjadi dalam waktu yang cukup lama.

Dengan contoh, kejadian market bullish yang banyak dikenal dalam sejarah bursa saham dunia, ialah market bullish di Amerika Serikat yang dimulai ketika akhir era stagflasi sekitar tahun 1982 – sampai memasuki masa jatuhnya dotcom di tahun 2000.

Market bullish tersebut, masuk pada katogeri bull market sekuler yang terjadi lebih dari satu tahun berturut-turut. Akibat market bullish yang panjang itu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) mampu mencatatkan rata-rata pengembalian tahunan mencapai 16.8%. Lalu, NASDAQ – bursa saham yang berfokus pada sektor teknologi juga melonjak hingga 5x lipat di antara tahun 1995 dan 2000 naik dari yang semula 1.000 menjadi tembus lebih dari 5.000.

Stock Market Mastery Oktober November 2023!!!
Ikuti program Stock Market Mastery yang membahas berbagai topik berkesinambungan, dari tahap basic hingga tingkat lanjut dengan materi yang dikemas secara komprehensif…

Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai bullish kali ini, kita lebih bisa memahami bahwa bullish adalah ketika bursa saham mengalami penguatan harga, dengan naik mencapai level tertingginya.

Istilah Bullish, di ambil dari kata banteng atau ‘bull’ yang sedang bersiap untuk menyerang lawan. Gerakan tersebut, terefleksi ke dalam bursa saham yang menggambarkan di mana pasar terapresiasi, sehingga membentuk tren yang menanjak dalam kurun waktu tertentu.

Bullish sangat disukai para pelaku pasar, karena peluang untuk menjual kembali saham semakin besar, dengan potensi mendapat keuntungan yang menjanjikan.

Adapun on point yang dapat kita ambil ketika kondisi pasar saham sedang bullish, sebaiknya kita tetap memerlukan alokasi dana yang bijak, karena baik pada market bullish maupun bearish “cash is still the king”.

Dan sebaiknya jangan sampai ketika market bullish, kita benar-benar all in tanpa menyisakan cash sedikitpun, karena ini akan berisiko besar terhadap portfolio investasi kita.

The post Bullish: Penyebab dan Strategi Menghadapinya appeared first on Rivan Kurniawan.



This post first appeared on Rivan Kurniawan, please read the originial post: here

Share the post

Bullish: Penyebab dan Strategi Menghadapinya

×

Subscribe to Rivan Kurniawan

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×