Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

√ Rumah Adat Aceh {Sejarah, Bagian dan Keunikannya}

Rumah Adat Aceh – Ketika mendengar kata Aceh, apa yang ada di benak sahabat? Ya, Provinsi Aceh memang sangat terkenal. Aceh merupakan salah satu provinsi yang lekat sekali dengan budaya Islam. Maka tidak heran jika memiliki julukan sebagai serambi Mekkah.

Provinsi Aceh menjadi salah satu daerah yang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Indonesia atau bahkan di Asia Tenggara. Sehingga di daerah Aceh sendiri merupakan perpaduan antara budaya melayu dan budaya Islam.

Aceh merupakan salah satu provinsi yang mendapat gelar sebagai daerah istimewa yang dapat menentukan huku dan peraturan daerah berdasarkan syariat Agama Islam.

Budaya Aceh sama dengan budaya daerah daerah di Indonesia pada umumnya. Yaitu berupa pakaian adat Aceh, senjata tradisional Aceh dan juga memiliki Rumah adat sendiri.

Nah, pada kesempatan kali ini, kita akan membahas secara detail mengenai rumah tradisional Provinsi Aceh. Penasaran kan? Yuk, simak baik-baik.

Nama Nama Rumah Adat Aceh 

Sama halnya dengan daerah lain, Aceh juga memiliki beberapa jenis rumah adat. Nama rumah tradisional daerah Aceh tersebut yaitu:

  • Rumoh Aceh / Krong Bade
  • Rumoh Santeut
  • Rangkang

Meskipun saat ini rumah tradisional tesebut cukup sulit untuk ditemui, namun keunikan rumah adat Aceh akan tetap melekat di hati masyarakat Aceh.

Bagi sahabat yang ingin melihat bentuk rumah adat yang asli, sahabat dapat mengunjungi Rumoh Cut Nyak Dhien di Lampisang, Aceh Besar dan Museum Aceh di Banda Aceh. 

Sejarah Rumah Adat Aceh 

Jika ditinjau secara garis besar, rumah adat Aceh hanya terdiri dari satu jenis saja yaitu Krong Bade atau Rumoh Aceh. Namun, jika digalih lebih dalam lagi, terdapat 2 jenis rumah Aceh yang dibedakan berdasarkan fungsi dan strata sosial.

Rumah adat yang paling terkenal di Aceh adalah Rumoh Aceh atau Krong Bade. Masyarakat Aceh meyakini bahwa membangun Rumoh Aceh sama halnya dengan membangun kehidupan. Oleh karena itu, masyarakat suku Aceh harus mengikuti beberapa aturan untuk membangun rumoh Aceh.

Selain Rumoh Aceh, ada rumah tradisioanl yang digunakan sebagai tempat tinggal yaitu Rumoh Santeut. Rumoh Santeut sendiri banyak digunakan masyarakat Aceh yang berpenghasilan rendah.

Sedangkan rangkang adalah tempat yang dibangun para petani untuk melepas lelah. Adanya Rangkang sangat dekat dengan masyarakat suku Aceh yang kebanyakan bekerja sebagai Petani.

Bentuk dan Ciri Khas Rumah Adat Aceh 

Secara umum, bentuk rumah Aceh seperti rumah panggung yang memiliki tinggi sekitar 2,5-3 meter. Berupa segi empat yang dari arah timur ke barat memanjang.

Alasan dibentuk membanjang, agar ketika menentukan arah kiblat lebih mudah. 

Selain itu, Krong Bade atau Rumoh Aceh memeliki tangga pada bagian depan rumah yang jumlahnya ganjil misalnya 7/9 anak tangga. Setelah menaiki tangga rumah, akan ada pintu yang ukurannya sekitar 120-150 cm.

Dalam rumah tradisional ini, tidak akan ditemyi kursi atau sofa. Para tamu akan dipersilahkan duduk diatas tikar.

Beberapa bahan yang digunakan membuat rumah Krong Bade atau Rumoh Aceh, diantaranya:

  • Kayu yang digunakan sebagai bahan utama dan bahan tiang penyangga.
  • Bambu yang digunakan bahan alas lantai.
  • Papan digunakan membuat dinding dan lantai rumah.
  • Temor atau enau  digunakan bahan membuat dinding dan lantai selain bambu.
  • Tali Pengikat atau taloe moe-ikat  yang terbuat dari bahan rotan dan tali ijuk untuk mengikat bahan bangunan.
  • Daun Rumbia atau oen meuria digunakan sebagai bahan cadangan membuat atap rumah.
  • Daun enau digunakan sebagai cadangan membuat atap, jika daun rumbia tidak ada.
  • Pelepah Rumbia atau paleupeuk meuria digunakan bahan dasar membuat dinding rumah.

Banyaknya ornamen dan semakin rumit ukiran Krong Bade menunjukkan keadaan finansial pemilik rumah.

Bagian Utama Rumah Adat Aceh 

Komponen utama Rumoh Aceh memang sama, namun detil rumah adat daerah yang satu dengan yang lain akan berbeda. Berikut bagian dan fungsi Krong Bade:

Seuramoe-ukeu (Serambi Depan)

Seuramoe-ukeu adalah ruangan khusus yang berfungsi untuk menerima tamu laki-laki. Selain itu, fungsi seuramoe juga untuk tempat makan dan tidur laki-laki ketika menginap. Sedangkan untuk yang perempuan, akan ada ruangan khusus.

Seuramoe-likoot (Serambi Belakang)

Fungsi seuramoe-likoot adalah tempat menerima tamu perempuan. Letak ruangan ada di bagian belakang rumah adat. Fungsi ruangan hampir sama dengan seuramoe-ukeu, yaitu untuk tempat makan dan istirahat tamu perempuan.

Rumoh-Inong (Rumah Induk)

Rumoh inong adalah inti dari rumoh Aceh yang letaknya berada diantara ruang depan dan ruang belakang. Di dalam ruangan ini, akan ada dua kamar yang dipisahkan oleh lorong penghubung. Dan posisi ruangan induk ini dibuat lebih tinggi dibanding serambi depan dan serambi belakang rumah.

Rumoh-Dapu (Rumah Dapur)

Bentuk rumoh dapu dibuat lebih rendah dari ruangan belakang. Biasanya ruangan ini terletak dan tersambung dengan serambi belakang.

Seulasa (Teras)

Letak teras rumah atau seulasa sejak dahulu hingga sekarang, sudah ditentukan di bagian depan rumah. Fungsi teras ini sebagai tempat untuk bersantai bagi tamu maupun keluarga.

Kroong-Padee (Lumbung Padi)

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa mata pencaharian mayoritas masyarakat Aceh adalah petani. Dengan demikian, umumnya masyarakat suku Aceh menyedian kroong padee atau lumbung padi yang terpisah dari rumahnya.

Meskipun terpisah dengan bagian rumah yang lain, kroong padi masih termasuk bagian penting rumah adat ini. Kroong-Padi diletakkan tergantung pemilik rumah, kadang di belakang, samping maupun di depan rumah.

Keupaleh (Gerbang)

Masyarakat Aceh yang menggunakan gerbang terbatas hanya pada kalangan tokoh masyarakat atau orang berada. Inilah yang menjadi salah satu ciri khusus rumah tokoh masyarakat.

Keupaleh biasanya terbuat dari kayu yang dipayungi bilik di atasnya. 

Tamee (Tiang)

Tamee atau tiang adalah bagian penting yang harus dimiliki setiap rumah adat Aceh. Tiang menjadi komponen yang sangat penting karena menjadi tumpuan utama rumah adat.

Pada umumnya, tiang rumah tradisional ini berbentuk bulat dengan diameter 20-35 cm dan tingginya 150-170 cm.

Tame memiliki jumlah yang bermacam-macam, bisa berupa 16, 20, 24 atau 28 tiang. Fungsi tamee lainnya yaitu untuk memudahkan proses pemindahan rumah tanpa perlu membongkarnya.

Artikel Terkait :  Rumah Adat Bali

Rumah Adat DkI Jakarta

Rumah Adat Jambi

Tahapan dalam Membangun Rumah Adat Aceh 

Untuk membangun rumah, bagi masyarakat Aceh tidaklah sembarangan, karena rumah merupakan simbol kehidupan.

Oleh karena itu, ada beberapa persyaratan dalam pembangunan rumah Aceh. Sehingga, rumah tersebut akan memiliki kualitas yang sangat baik.

Hal ini dapat dibuktikan dengan rumah Krong Bade yang mampu bertahan ratusan tahun, meskipun hanya terbuat dari bahan kayu.

Apa saja tahapan membuat rumoh Aceh? Yuk. kita simak satu persatu.

Musyawarah

Sebelum membuat rumah, hal pertama yang dilakukan masyarakat Aceh adalah bermusyawarah dengan keluarga terlebih dahulu.

Setelah mencapai kesepakatan keluarga, selanjutnya disampaikan kepada ulama (Teungku) kampung tersebut. Tujuannya agar mendapat kan saran dan nasihat agar rumah menjadi tenang dan tentram.

Selain itu, ada juga musyawarah untuk menentukan pemilihan hari baik yang dipilihkan Teungku, pengadaan kayu tertentu, kenduri dan lain sebagainya.

Pengadaan Bahan

Setelah proses musyawarah selesai, pengadaan bahan juga menjadi salah satu tahapan yang perlu dilewati dalam membangun rumah. Pengadaan tersebut meliputi pemilihan kayu, rumbia, bambu/trieng dan lainnya.

Proses pengadaan bahan dilakukan masyarakat Aceh dengan saling bergotong royong. Biasanya jenis kayu yang dipilih tidak dililiti akar dan tidak menyangkut kayu lain ketika ditebang.

Pengelolahan Bahan

Selanjutnya, bahan yang sudah didapat akan dikumpulkan dan disimpan di tempat yang aman agar tidak terkena hujan.

Jika pembangunan rumah masih lama, kayu akan direndam dalam air dahulu,, agar tidak dimakan serangga. Setelah itu, kayu dibentuk berdasarkan kebutuhan dari pembangunan rumah tersebut.

Pendirian Rumah

Inilah tahapan yang paling akhir dalam proses pembuatan rumah adat yang diawali dengan meletakkan tiang penyangga.

Jenis kayu yang pertama kali dipancangkan adalah untuk tiang utama atau tiang raja dan diikuti dengan tiang-tiang lainnya. Setelah semua tiang terpasang, dilanjutkan proses pembuatan bagian tengah rumah.

Langkah berikutnya adalah pembuatan bagian atas dan pemasanga atap rumah. Pemasangan ukiran dan ornamen rumah adat adalah yang terakhir dalam proses pembangunan rumoh Aceh.

Keunikan Rumah Adat Aceh 

Arsitektur rumah adat Aceh memang tidak diragukan lagi karena menakjubkan. Selain itu, jenis rumah adat ini juga sarat makna dalam setiap bangunannya.

Lalu, apa saja keunikan rumah Krong Bade? Berikut uraiannya:

Dibangun Tanpa Menggunakan Paku

Rumah adat Krong Bade dibangun menggunakan material dan bahan bangunan yang diambil dari alam. Hal ini menjadikan rumah adat ini tidak menggunakan paku sama sekali dalam pembangunannya.

Untuk menyatukan setiap material bangunan, rumah Krong Bade menggunakan material tali pengikat. Sebuah tali yang terbuat dari bahan rotan, kulit pohon waru atau tali ijuk.

Memberi Hormat Setiap Memasuki Rumah Khas Aceh 

Keunikan rumah adat Aceh lainnya adalah ukuran pintu rumah yang hanya sekitar 120-150 cm. Hal ini bertujuan agar setiap tamu memberi salam hormat kepada pemilik rumah dengan membungkuk sebelum memasuki rumah adat.

Pemberian penghormatan kepada pemilik rumah ini tidak dibedakan berdasarkan kelas ekonomi, melainkan semua masyarakat melakukannya.

Anti Gempa

Struktur rumah adat Krong Bade terkenal sebagai rumah anti gempa. Hal tersebut karena struktur rumah yang dibangun tanpa paku, melainkan menggunakan tali ikat yang fleksibel. Dengan begitu, rumah Krong Bade lebih aman dari goncangan gempa.

Ukiran Rumah Adat Sebagai Lambang Status Ekonomi

Bagi masyarakat Aceh, setiap ukiran yang terdapat dalam rumah adatnya, menentukan status sosial penghuni rumah.

Banyaknya ukiran dan tingkat kerumitan ukiran rumah adat Krong Bade menentukan status eonomi penghuni rumah tersebut. Semakin banyak jumlah ukiran maka semakin sejahtera status ekonomi penghuni.

Jumlah Anak Tangga Rumah Adat Krong Bade Selalu Ganjil

Jika sahabat berkesempatan mengunjungi rumah adat Aceh, maka cobalah untuk menghitung jumlah anak tangga yang sahabat naiki.

Rumah tradisional ini selalu membangun anak tangga dengan jumlah ganjil, mulai dari 7-9 anak tangga. Hal ini menjadi simbol sifat reigius masyarakat suku Aceh.

Nah, demikianlah artikel seputar rumah adat provinsi Aceh yang dapat kami sampaikan. Semoga dapat menambah wawasan dan semoga bermanfaat. Terimakasih.

The post √ Rumah Adat Aceh {Sejarah, Bagian dan Keunikannya} appeared first on Lentera Mata.



This post first appeared on LenteraMata, please read the originial post: here

Share the post

√ Rumah Adat Aceh {Sejarah, Bagian dan Keunikannya}

×

Subscribe to Lenteramata

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×