“Mereka yang menangis dan Allah yang terluka, nyaris berada di tiap jengkal tanah tumpah darah Indonesia. Dari Aceh sampai Ambon. Dengan sastra yang bersahaja ini, kuajak Tuan-tuan tidak untuk meratap, mengutuk, mendakwa, dan menghukum. Tetapi, untuk mengenali, mengingat sampai mati, supaya kejahatan serupa takkan berulang lagi” (hlm. ix – x).
simak pula
[Memoar : Romantisme Tahun Kekerasan] Kesaksian Martin Aleida : Saya Menemukan Penjara yang Lebih Besar Dari Sekadar Satu Sel…. dan ‘Kata-Kata’ Sebagai Jalan Pembebasan
IPT 1965, Kesaksian Martin Aleida : Saya Menemukan Penjara yang Lebih Besar Dari Sekadar Satu Sel I Genosida Politik 1965 – 1968
Dari Melarung Bro di Nantalu hingga Peti Ingatan : 22 Cerpen Martin Aleida, Putu Oka Sukanta dan Triyanto Triwikromo / Genosida 1965-1966