Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Vonny dan Office Boy yang Beruntung

Tags: vonny reza
Perlahan-lahan motor Honda berwarna hitam itu memasuki sebuah jalan cukup lebar di kompleks perumahan di BSD. Pengemudinya yang berkulit coklat tua menjurus hitam itu kelihatan sedang mencari-cari nomor rumah tertentu, menandakan bahwa ia bukan penghuni di jalan itu. Akhirnya ditemukannya nomor yang dicarinya, motornya dihentikan didepan rumah cukup besar dan terletak agak tinggi dibandingkan jalanan. Si pengemudi yang terlihat masih muda sekitar duapuluhan dengan ciri biologis pribumi asli itu lalu turun dan mematikan motornya, agaknya ragu-ragu namun kemudian mengajukan langkahnya mendekati pagar pintu besi, dan dicarinya tombol bel yang seperti pada umumnya rumah-rumah baru di situ agak tersembunyi di belakang pintu besi itu. Setelah memencet ketiga kalinya maka pintu rumah itu terbuka, muncullah pemuda yang agaknya si penghuni rumah berusia sekitar akhir dupuluh atau awal tiga puluhan tahun.

"Selamat sore pak Ridwan", tegur sang pemuda tamu setelah melepaskan helm penutup kepalanya sehingga terlihat rambutnya yang tebal agak bergelombang dengan wajahnya lumayan cukup keren berkumis, disertai senyum agak malu dan menoleh ke kiri ke kanan, ternyata jalanan itu cukup sepi.

Selamat sore dik Reza, ayo masuk tak usah malu dan sungkan, bawa masuk aja motornya, biarpun disini biasanya cukup aman tapi kan engga tahu kalau yang niat jahat bisa ada dimana saja", demikian sambutan ramah sang tuan rumah yang berkulit jauh lebih bersih dengan raut wajah khas keturunan.

Reza mengangguk setuju lalu membawa motornya melewati pintu pagar besi itu, kemudian didorong menaiki jalur masuk kedepan garasi yang memang terletak agak tinggi dibandingkan jalan di depannya.
"Adik Reza sudah makan belum ?", tanya tuan rumah Ridwan.
"Sudah pak, ditengah jalan saya mampir di warung gudeg kesenangan saya", jawab Reza, "ini pesanan bapak saya bawakan", lanjutnya lagi sambil menyerahkan bungkusan kecil kepada Ridwan.
"Oh ya, terima kasih , ayoh masuk dan minum dulu, kan capek dijalan pasti macet tadi, kita ngobrol-ngobrol sebentar, jangan malu-malu engga ada siapa-siapa hanya istri saya di rumah, tapi dia lagi mandi", lanjut Ridwan dan menatap Reza disertai kedipan mata penuh arti.
"Iya deh pak , tapi engga lama nanti takut hujan nih", Reza mengikut dibelakang Ridwan yang masuk melewati pintu rumahnya menuju ruang terima tamu.
"Ayoh silahkan duduk, kalau hujan ya tak apa-apa, kan kini di bawah atap jadi engga basah kalau nunggu disini, dik Reza mau minum hangat atau dingin segar ?", tanya Ridwan.
"Engga usah repot-repot pak, seadanya saja", jawab Reza masih agak sungkan.
"Biasanya kalau jam-jam segini enak minum teh jahe, pasti adik senang teh jahe ginseng nanti - badan jadi terasa hangat, segar dan dapat tambah enersi", lanjut Ridwan, kembali dengan kalimat yang rupanya menjurus ke arah maksud tertentu.
"Nanti saya cari dan lihat dulu dimana letaknya bungkusan teh itu, maklum pembantu lagi sakit dan yang biasanya bikin teh ginseng ini istri saya, tapi mungkin dia sudah selesai mandi", demikian Ridwan sambil melanjutkan langkahnya menuju kebagian dalam rumah yang cukup besar itu.
"Baiklah pak, saya ikut aja apa yang biasanya bapak dan ibu minum di waktu sore", jawab Reza.
Ridwan melangkah masuk kedapur dan ternyata disitu berdiri Vonny istrinya yang telah selesai mandi, dengan rambut masih agak tergerai di pundaknya, memakai baju rumah tanktop pendek yang hanya menutup setengah pahanya, berwarna coklat tua tipis cukup merayang tanpa BH sehingga dengan nyata terlihat puting buah dadanya dan celana dalamnya yang berbentuk string. Vonny rupanya sedang membuat kopi dengan alat Philips Senseo sehingga aroma harum memenuhi dapur itu. Ridwan memeluk istrinya Vonny dari belakang, menciumi pundak serta lehernya yang putih jenjang, jari jemarinya yang iseng meraba raba pinggang Vonny merantau ke depan lalu meremas ketiaknya, mulai meremas remas gundukan gunung kembar yang tak tertutup BH sehingga terasa sangat padat kenyal itu. Tak sampai di situ saja Ridwan mulai menarik tanktop yang dipakai istrinya sehingga naik ke atas mencapai bulatan pinggulnya, menyebabkan betis dan kedua pahanya terpampang jelas, kemudian mulai pula diraba dan dielus-elus paha serta bulatan pinggul Vonny.
"Von, tuh si office boy udah datang, lagi nunggu di ruang tamu, rupanya kehausan juga dia, bolehlah diajak minum sekalian", ujar Ridwan sambil terus menerus menggerayangi tubuh Vonny.
"Udah ah, geli kan, mau ngapain sih dia dateng sore begini ?", tanya Vonny sambil menggeliat geliat.
"Kan dia nganterin barang pesenan, lagian mungkin udah kangen ngkali pengen liat nyonya bahenol", jawab Ridwan yang sebelumnya memang telah merencanakan untuk "mempersembahkan" istrinya.
"Ngga usah ya, emangnya dia sendiri engga punya bini atau simpenan", sahut Vonny yang sebenarnya masih agak ragu dengan petualangan swinger, walaupun sudah mengetahui bahwa Reza selalu "lapar" mata dan mengawasi tubuhnya jika ia datang ke kantor dimana Ridwan bekerja.
Vonny dan Ridwan adalah pasangan muda sangat modern dengan prinsip hidup liberal kebebasan sepenuhnya, juga termasuk dalam hubungan pasutri. Keduanya sering membaca bersama cerita erotis dalam weblog semarak di internet saat ini, dimana soal tukar pasangan dengan persetujuan kedua belah fihak juga merupakan salah satu thema yang mengundang banyak pembaca. Mereka berdiskusi dengan terus terang dan saling menanyakan apakah misalnya Vonny keberatan jika Ridwan menggauli seorang wanita lain , dan juga sebaliknya apakah Ridwan bersedia "membagi" kebebasan serupa jika ada lelaki asing yang ingin mencicipi tubuh Vonny. Mula mula Vonny sangat terkejut dengan diskusi itu, namun rupanya gairah tubuh mudanya disertai rasa ingin tahu lebih besar daripada rasa malunya.
Tentu saja sebagai seorang wanita dan istri yang menjaga diri dan tak mau disebut "murahan" begitu saja Vonny tak langsung mengatakan setuju, hanya jika ditanyakan dan didesak apakah mau digauli oleh si office-boy dikantor, maka jawabannya selalu mengelak dan tak langsung setuju.
揈ngga ah, ntar jadi ketahuan orang lain, belum tentu si Reza bisa dipercaya mau tutup mulut, lagian mau ngapain sih", demikian selalu jawaban Vonny mengelak. Setelah beberapa minggu dirayu dan dipancing dan "dipanasi" terus menerus dengan pelbagai cara, jawaban Vonny berubah menjadi :
"Engga tahu lah, lihat aja deh gimana, belum tentu juga dia ada minat, mungkin dia cuma senang ngawasin dan ngeliat aja, kan biasa mata lelaki begitu semua, kayak kamu juga gitu".
Dari jawaban ini Ridwan mulai merasa yakin bahwa istrinya tidak menolak mentah mentah dan ingin tahu juga apakah kesan melakukan perselingkuhan dengan izin suami sendiri.


"Udah selesai kan kopinya buat tiga orang, coba bawa deh keruang tamu, taruhan yuk si Reza bakalan melotot ngeliat kamu pakai baju kaya begini", demikian kelakar Ridwan semakin menghasut istrinya.
"Kamu aja yang bawain, mau tukar pakaian yang lain", jawab Vonny pura-pura, padahal dia sengaja pakai baju tanktop pendek dan merayang itu karena tahu OB Reza di sore itu akan datang.
"Ayolah, pake malu malu gitu, abis mandi kan kelihatan seger banget, pasti kecium badannya si nyonya amoy bahenol wangi merangsang", desak Ridwan kepada istrinya.
Di sore itu memang pembantu mereka sengaja diberikan bebas jalan-jalan dan nonton film di mall ditambah uang jajanan, yah mana ada pembantu muda zaman sekarang yang menolak extra bonus begitu. Dengan langkah masih agak ragu namun tetap terlihat lemah gemulai disertai lenggokan menawan tatapan pria Vonny perlahan lahan keluar dari dapur dengan membawa nampan dengan diatasnya tiga cangkir kopi dan beberapa potong coklat serta kueh kering sebagai snacks. Meskipun agak menundukkan matanya karena harus memperhatikan cangkir kopi yang penuh namun Vonny melihat Reza langsung berdiri melihat kedatangannya dengan mata tak berkedip sama sekali. Di saat meletakkan nampan dengan cangkir kopi dan snacks di meja tamu yang terlapis kaca itu Vonny mau tak mau harus membungkuk sehingga bagian atas baju tanktopnya terbuka untuk mata tatapan mata Reza yang melotot melihat betapa putih dan montoknya belahan buah dada Vonny dan di tengah kedua gundukan itu mencuat puting yang rupanya agak mengeras entah karena dinginnya AC. Setelah meletakkan dan membagi ketiga cangkir kopi Vonny dan Ridwan kemudian duduk bersama berdampingan di kursi salon lebar , sementara Reza duduk langsung di hadapan Vonny yang berpura-pura malu menarik ujung rok tanktop yang dalam posisi duduk hanya menutup setengah pahanya. Mereka kemudian bercakap cakap dan ngobrol ke kiri ke kanan sampai di suatu saat Ridwan bertanya apakah Reza sudah berkeluarga, dan dijawab olehnya "belum". Masih nyari pasangan yang cocok susah zaman sekarang katanya, belum lagi suasana keuangan belum mantap, untuk sendiri aja tak cukup apalagi harus menanggung keluarga lanjutnya. Mendadak HP Ridwan yang terletak di meja kerja di ruangan sebelah dalam berbunyi, sehingga Ridwan permisi masuk meninggalkan Vonny dan Reza. Kini keduanya hanya berdua dan terlihat bahwa Vonny agak kikuk, karena dirasakannya mata Reza semakin binal mengincar tubuhnya yang merayang di bawah baju tanktop tipis. Terutama bagian buah dada serta pahanya menjadi sasaran menyebabkan Vonny ingin lebih menarik ujung tanktop ke bawah serta berusaha merapatkan belahan pahanya agar tak bisa di"intip". Agaknya Reza makin berani dan mulai yakin bahwa wanita muda di hadapannya "kepanasan" menantikan kegiatan yang lebih menjurus maksud tertentu. Ketika Reza ingin menggeser duduknya lebih maju kearah meja untuk meletakkan cangkir kopinya, maka muncullah Ridwan yang ternyata telah menukar bajunya dan telah memegang kunci mobil.
"Eeh, mau kemana koq udah tukar baju ?, tanya Vonny kaget dan menjadi agak gugup karena hal ini di luar dugaan dan tak pernah dibicarakan lebih dahulu, padahal ini sudah termasuk rencana Ridwan dan Reza sejak kemarin dikantor.
"Harus balik ke kantor sebentar say, ada transaksi Forex dan hedge funds tak dapat ditunda, kalau engga rugi", jawab Ridwan, "setengah jam pasti udah balik, Reza tolong temani istri saya sebentar, nanti makan malam sama sama, saya ntar mau beli sate kambing, Reza doyan kan ?", lanjut Ridwan.
Vonny kini sadar bahwa hal ini pasti diatur oleh Ridwan dan agak jengkel juga "dijebak" namun sebelum ia sempat protes Ridwan telah bergegas keluar kedepan garasi, masuk ke dalam mobil Nissan Qashqai Trail dan kemudian melaju ke arah jalan setelah menutup pintu garasi di belakangnya, meninggalkan istrinya Vonny yang sangat terombang ambing di antara rasa tak nyaman, agak takut tapi juga tergoda oleh kenyataan bahwa kesempatan untuk selingkuh kini terbuka lebar !!! Ridwan memang telah agak lama merayu dan akhirnya berhasil membujuknya sejauh mungkin antara lain dengan mengajaknya membaca pelbagai kisah sangat erotis yang semarak di pelbagai weblog,  sehingga rasa ingin tahu untuk mencoba bagaimana rasanya ML dengan lelaki asing tergugah tinggi, juga dengan lelaki pribumi asli berkulit hitam legam kasar sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih sebagaimana khasnya orang keturunan.

Hanya diperkirakannya bahwa semua akan berlangsung tahap demi tahap, kenalan, ketemu dan ngobrol basa basi dulu beberapa kali sebelum memasuki taraf lebih lanjut, tidak langsung sedemikian cepatnya. Vonny ingin rasanya lari keluar tapi mana mungkin dengan pakaian seperti itu selain itu untuk mundur dari permainan "sandiwara" yang tak langsung telah disetujuinya sendiri juga terlambat. Dari sudut matanya Vonny melihat senyum mesum Reza. Reza yang memang sudah bersepakat dengan Ridwan kini memperoleh kesempatan seluasnya untuk mulai melakukan aksinya. Telah disepakati dengan Ridwan bahwa ia boleh menggarap Vonny asalkan tidak disakiti apalagi dilukai. Boleh dibujuk, dirayu, didesak dan yah sedikit dipaksa bolehlah, selama satu jam penuh Ridwan belum akan kembali, demikian perjanjiannya, jadi Reza lumayan punya waktu. Apa yang tak diketahui oleh Reza bahwa sebenarnya Ridwan berniat untuk beberapa menit kemudian kembali lagi ke rumahnya, mobil akan di parkir di depan rumah sebelah, masuk diam-diam lewat pintu kecil samping garasi, lalu mengintip peristiwa swinger Vonny dengan Reza si Office Boy yang beruntung. Reza melihat betapa gugupnya Vonny menghadapi situasi yang sama sekali tak diduganya itu, oleh karena itu Reza berusaha sedikit mengalihkan pembicaraan sehingga lebih mudah untuk mendekati.
"Ibu senang bunga ya, bagus amat anggreknya yang dipasang dekat jendela, ngerawat sendiri bu ?", Reza pura-pura menunjuk ke arah bunga anggrek merah muda berbintik-bintik yang memang dipasang dekat jendela.
Vonny merasakan bahwa ini kesempatan untuk sedikit menghindar tatapan mata Reza yang sangat haus selama ini, dan bangun dari tempat duduknya untuk berjalan ke arah bunga anggreknya.
"Iya, saya coba coba sendiri, baru mulai bulan lalu entahlah bisa tahan apa engga", Vonny telah berdiri didepan jendela dengan hiasan anggrek kesayangannya.
Tapi justru dengan berdiri di hadapan jendela itu maka sinar matahari semakin menyorot dan menyebabkan silhouette tubuhnya semakin jelas di balik tanktop tipisnya. Selain itu Reza malahan memperoleh kesempatan untuk ikut berjalan dan kini telah berdiri di belakang Vonny, semakin lama semakin dekat sehingga tubuh mereka hampir berdempetan dan Vonny merasakan hembusan nafas hangat Reza di belakang lehernya. Kemudian dirasakannya tangan Reza berada di atas pundaknya , berdiam sejenak disitu kemudian mengelus serta meraba kulitnya yang mulai merinding, sebelum bibir hangat Reza menyentuh leher dan bahunya.
"Wah relax bu relax dikit, pundak ibu terasa sangat tegang otot ototnya, coba duduk lagi di sofa panjang bu, nanti saya pijat pasti ibu senang dan hilang tegangnya" ujar Reza meneruskan usahanya.
Vonny ingin membalikkan tubuhnya namun dengan sigap Reza telah memeluk pinggangnya yang ramping dengan tangan kirinya, sementara ciumannya dileher dan belakang telinga Vonny semakin gencar. Sejenak kemudian Vonny merasakan kedua tangan Reza memegang pundak dan belakang lehernya yang lalu diurut dan dipijat sehingga dirasakan sedikit nyaman mengurangi ketegangan.

"Ennngmmh, udaaah ah, jangan mas, saya kan istri orang, tak baik kalau ini ketahuan orang", protes Vonny masih berusaha mengendalikan diri, walaupun ia tahu bahwa penolakannya tak sepenuh hati.
"Emmmh, saya engga tahan lihat badan ibu, sudah lama saya pingin meraba, kini kan kita berdua, tak ada yang tahu, nikmati bu, kehausan ibu nanti akan hilang", suara Reza mendesah di telinga Vonny.
Sementara terus memijit dan mengurut dengan tangan kanannya Reza melingkarkan lengan kirinya di pinggang Vonny dan perlahan lahan ditariknya mundur selangkah demi selangkah menjurus kearah sebuah bangku panjang, semacam sofa yang empuk dan cukup lebar. Vonny menengadahkan kepalanya dan menghembuskan nafas lembut yang lama kelamaan menderu semakin cepat, kedua tangannya meraih kebelakang memegang kepala Reza yang berada di belakang lehernya sambil terus menciumi bergantian kedua telinganya, menyebabkan Vonny semakin kegelian. Langkah demi langkah Reza setengah menyeret Vonny kebelakang dan keduanya telah mencapai sofa empuk yang panjang itu dimana Reza langsung menghempaskan dan meletakkan "mangsanya" yang masih berusaha segera bangun dan berdiri. Namun Reza lebih sigap dan tubuhnya yang cukup tegap berat telah menindih Vonny, dan karena rontaannya itu maka justru ia kini dalam posisi tertelungkup. Dengan keadaan ini maka Reza dengan mudah menindihinya dan secara sangat pandai ia tetap memijit dan mengurut leher pundak Vonny, sementara pinggul yang begitu bulat menggairahkan ditindihnya.
Vonny tak sanggup banyak bergerak atau berontak dalam keadaan tak menguntungkan itu, hanya kedua tangannya saja terkadang menggapai ke belakang berusaha melepaskan diri dan mendorong tubuh yang menindihnya. Semua sia sia saja, bahkan dengan pergulatan itu tanktop yang dipakainya telah tersingkap naik ke pinggangnya, menyebabkan punggungnya jelas terpampang. Sebagaimana umumnya wanita pemakai tanktop tidak mempunyai perlindungan BH di bawahnya, dan ini diketahui pula oleh Reza, tangannya yang memijit leher pundak Vonny kini mulai berani turun ke bagian depan.
"Aaiiih, ooooooh, mas udah dong, jangan terusin, suami saya pasti sebentar lagi pulang, jangan aah, lepas dong, tolong saya, enggga mauuu", Vonny semakin liar menggeliat ketika dirasakannya jari-jari Reza menaiki lereng bukit kembarnya dari samping dan mulai bergerilya menekan meremas remas.
Menduga bahwa perlawanan Vonny sudah sangat menurun maka Reza semakin berani, ditarik serta disingkapnya tanktop berwarna merah muda itu dengan sigap melawati bahu dan kepala Vonny dan hanya dalam waktu beberapa detik bagian atas tubuh Vonny telah telanjang tanpa penutup apapun. Tanktop itu sengaja dibiarkan oleh Reza menyelubungi kedua bahu dan lengan Vonny menyebabkan mangsanya itu sementara agak "terjirat-terbelenggu" sehingga sukar berontak melepaskan diri. Vonny semakin panik dan meronta ronta, tak diduganya bahwa Reza begitu berani melangkah sejauh itu, tapi semua usahanya tidak memberikan hasil, sementara tubuhnya kini hanya tinggal memakai CD string.
"Tenaaaang aja bu, tenaaaang, relaaaax, pasti ibu engga nyesel, pak Ridwan pasti masih sibuk, apalagi mau beli makanan dulu, ibu nikmati aja permainan saya, engga ada yang tahu bu", Reza menghibur sambil meneruskan aksinya, kini telah ditemukannya puting yang segera dipilin dan dicubit cubitnya.
Vonny tak berdaya menghadapi serangan yang bertubi-tubi itu, hanya kedua betis kakinya menekuk menghentak hentak, sementara kedua tangannya yang berusaha mencakar ke belakang kini dipegangi dan ditelikung oleh tangan kiri Reza, dan ini sangat menambah nafsunya sehingga si otongnya berdiri.
Mendadak Reza bangun dan membalikkan tubuh Vonny sehingga terlentang yang segera ditindihnya lagi, kedua pergelangan tangan Vonny yang langsing diletakkan diatas kepala dan dicekalnya dengan hanya satu tangan kiri, sementara tangan kanannya menggerayangi dan meremas buah dada Vonny. Mulut Reza yang cukup besar dengan bibir tebal itu segera mencakup mulut Vonny yang jauh lebih kecil sehingga gelagapan, terutama ketika dirasakannya lidah Reza yang berbau rokok berusaha membelah bibirnya untuk memasuki rongga mulutnya. Karena Vonny tidak mau langsung membuka mulutnya maka Reza menarik dan mencubit puting buah dada yang telah mencuat itu, menyebabkan Vonny merasa amat kengiluan dan tak sadar meringis ingin berteriak, disaat mana lidah Reza menerobos masuk !.
"Auuuuw, eemmppfhh, sshhhh", hanya desis itu yang keluar dari mulut Vonny yang kini dirajah Reza.
Vonny semakin kewalahan menghadapi serangan Reza, tubuhnya yang baru mandi kini mulai dibasahi kembali keringat karena pergumulannya dan perlawanannya yang sia-sia, tanpa disadari lidahnya mulai ikut "bersilat" melayani lidah Reza, ludah keduanya semakin tercampur, bau rokok yang sebenarnya tidak disenangi Vonny sudah tak diperdulikannya lagi, sapuan lidah Reza kini menyapu langit� rongga mulut Vonny menyebabkan timbul rasa geli, apalagi disertai remasan cubitan Reza di puting susunya. Reza merasakan di cekalan tangan kirinya bahwa geliatan pergelangan tangan Vonny berkurang, entah memang Vonny sudah mulai lelah, atau memang nafsu birahinya sendiri sudah terbangun sehingga tak mempunyai semangat untuk melawan. Kesempatan ini segera dipergunakan sebaik-baiknya oleh Reza dengan sigap dan tak terduga menarik celana dalam string Vonny sebagai penutup aurat terakhirnya. Vonny memekik kecil sambil meronta namun semuanya telah terlambat, kini sempurnalah tubuhnya yang kuning langsat putih terbuka di depan mata Reza, disertai dengan senyuman lebar kemenangan. Merasa yakin bahwa Vonny tak akan melawan lagi Reza melepaskan cekalan tangan kirinya di kedua nadi mangsanya dan segera tangan Vonny secara refleks melintang didadanya dan berusaha menutup celah selangkangannya. Sambil menatap naik turunnya buah dada montok Vonny akibat memburunya nafas sebagai tanda ketegangan akan apa yang terjadi selanjutnya Reza melepaskan kemaja dan kaos serta sekaligus jeans serta celana dalamnya. Kini dua insan berlainan jenis telah bugil bagai Adam dan Hawa ditaman firdaus : wanita keturunan muda belia dengan kulit putih kuning langsat tubuh montok terlentang disofa dalam posisi tak berdaya menghadapi seorang lelaki pribumi bertubuh kekar, berkulit hitam gelap dengan alat kejantanan telah tegang mengacung siap tembak membantainya.
"Udah mas, jangan diterusin, saya engga mau, nanti ketahuan orang, saya kan bersuami dan sebentar lagi pulang, jangan mas, saya akan rahasiakan peristiwa ini, tapi hentikan dong", Vonny berusaha tenang walaupun degup jantungnya telah sangat cepat karena menahan emosi yang tak terkekang.
"Jangan takut, ibu tak akan saya sakiti, ibu sebenarnya kepingin merasakan petualangan juga, tak usah malu lah bu, semua biasa saja, tubuh ibu yang muda juga ibarat bunga harus banyak disiram air", Reza berusaha menenangkan Vonny sambil kini tubuhnya mulai menindih mangsanya yang terlentang.

Reza yang nafsunya telah sangat memuncak itu ragu sebentar: apakah istri boss-nya di kantor ini akan dipaksanya untuk menyepong alat kejantanannya, tapi setelah beberapa detik diputuskannya untuk tidak melakukan hal itu saat ini, mungkin dalam kesempatan berikutnya.
揕ebih baik sekarang justru gue yang jilatin memeknya si amoy bahenol ini  agar dia betul-betul terangsang sehingga menggeliat kehausan bagaikan hysteris mohon dipuaskan, ya ini siasat terbaik saat ini�, demikian keputusan Reza.
Reza menurunkan kembali wajahnya dan mulai menciumi leher Vonny, menjalar mengendus meniup-niup telinga kiri kanan, sementara tangan kiri meremas memijit dua gundukan daging putih di dada sambil memilin putingya, sedangkan tangan kanan turun ke arah pusar, bermain sebentar disitu lalu semakin turun mendekati bukit venus yang dihiasi rambut halus yang jelas sangat dirawat dan sering dicukur. Vonny berusaha menggeliat dan meronta namun terlihat bahwa perlawanannya tidaklah sepenuh hati seperti seorang wanita yang sedang mempertahankan mati-matian kehormatannya. Ketika mulut Reza dari leher turun ke buah dadanya untuk menggigiti putingnya, terlihat Vonny hanya memalingkan wajahnya ke samping sambil mendesah lembut, sementara kedua tangannya bahkan memegangi rambut Reza. Ciuman dan cupangan Reza beralih dari kedua puting kemerah-merahan yang telah terlihat mengkilat basah mencuat ke atas kini menurun pusar yang disedotnya dengan rakus, lalu semakin merantau mendekati pusat kewanitaan Vonny. Tangan kiri Reza tetap aktif di puting yang semakin mengacung dan peka, sementara tangan kanannya meraba mengusap bagian dalam paha Vonny yang putih merangsang itu.
"Aaaah, udaaah dong, geliii, bapak nakal amat sih, udaah dong suami saya pulang nih, ntar ketahuan", Vonny mendesah sambil berusaha mengatur nafasnya yang semakin memburu menahan nafsu.
"Udah tanggung bu, kepalang basah, nikmati aja lah, bapak masih sibuk di kantor", Reza menghibur dan sekaligus melanjutkan penjelajahannya - sementara wajahnya telah menempel di daerah lipatan bagian dalam paha Vonny, mengecup dan menyupanginya dengan mesra sehingga memerah jambu.
Vonny tetap memalingkan wajahnya , dengusan nafasnya bersilih ganti dengan pekikan kecil kegelian jika Reza menggigit bagian dalam pahanya yang sangat peka itu. Geliatan dan liukan serta rontaannya makin menjadi ketika Reza mulai mencium daerah bukit kemaluannya. lidah Reza yang lebar kasar menjulur-julur keluar bagaikan ular mencari mangsa, mendekati celah sempit yang tersembunyi. Setelah di temukan maka lidah itu menjilati tepi bibir pelindung vagina Vonny, membasahinya dan akhirnya berusaha menyelinap masuk ke bagian lebih dalam. Sambil melakukan kegiatannya itu Reza telah berhasil menaikkan kedua paha Vonny dan ditekuknya dibagian lutut serta diletakkannya di pundak kiri kanannya. Kini terpampanglah bukit kemaluan Vonny didepan wajahnya, sementara mangsanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri ke kanan sambil menggigit bibir bawahnya.
"Hmmmmh, memeknya wangi amat bu, bukan wangi sabun tapi harum wanita yang pengen digituin", celoteh Reza bagaikan perayu ahli dalam film bokep, menyebabkan pipi Vonny semakin memerah.
Menduga bahwa Vonny sudah ikut terbangun gairahnya dan tak akan melawan maka Reza tanpa ragu menjulurkan lidahnya menyelinap masuk ketengah liang surgawi yang telah dicium sebelumnya. Lidah yang kasap itu mengusap menjilat dinding vagina Vonny semakin lama semakin dalam, menerobos ke atas ke bawah, selintas menyentuh lubang saluran air kemih yang kecil namun cukup peka. Akibatnya Vonny menggelinjang kegelian - hal mana tak pernah dialami sebelumnya dengan Ridwan suaminya sendiri, dan tak diduganya bahwa office boy suaminya yang kini tanpa rasa jijik melakukan hal ini.

Reza semakin meningkatkan usahanya untuk memanjakan istri boss-nya, setelah liang kecil itu maka berikutnya lidahnya merantau keatas diantara lipatan bibir kemaluan Vonny untuk mencari sebutir daging kecil yang tersembunyi. Setelah ditemukannya maka dengan lahap namun hati-hati disentuhnya daging merah itu dengan ujung lidahnya, disapu, diusapinya, dijilatnya, di-emut-emut dengan bibirnya sendiri, kemudian dijepitnya mesra di antara giginya, kemudian dijilatinya kembali. Ibarat terkena aliran listrik Vonny meronta menggeliat-geliat menahan rasa geli tak terkira sambil memekik manja.
"Ooooh, udaaah bang, geliiiii, auuuuw, geliiii bang , saya ngga tahaan lagi, aaaaah , saya mau pipiiiis", Vonny mendesah dan mendengus sambil memekik ketika dirasakannya cairan lendir keluar mengalir membasahi vaginanya, menandakan bahwa ia telah mencapai orgasmus dan liang kenikmatannya kini siap menerima batang kemaluan sang pejantan yang sedang menjarahnya.
Reza juga merasakan bahwa bibirnya yang melekat di dinding vagina Vonny semakin basah lengket-lengket terulasi oleh air mazi pelumas wanita, dan kini tibalah saatnya untuk memasuki lubang sengama Vonny. Dengan penuh kepuasan Reza menatap wajah Vonny yang agak mengkilat karena keringat, penisnya yang telah menegang itu dipegangnya dengan tangan kiri kemudian diarahkannya ke liang surgawi, dan...... perlahan namun pasti, milimeter demi milimeter batang rudal itu memasuki tubuh Vonny..
"Ooooooh, aaaauh, aaaaah, pelaaan pelaaaan ya bang, aaaahh, ssssh, oooooh bang Rezaaaaa", Vonny mendesah dan mengeluh ketika dirasakannya kemaluan office boy itu menusuk dan menggali semakin dalam sehingga akhirnya amblas semua, bulu kemaluannya telah bersatu dengan bulu kemaluan Reza.
"Hhhmmmhhh, ooooh nikmaaaatnya, ibu masih peret gini, latihan kegel tiap hari ya bu ?", tanya Reza sambil mulai dengan gerakan pinggulnya maju mundur yang disambut oleh Vonny dengan putaran pinggulnya, membuat Reza semakin bergairah menumbuk-numbuk rahim istri boss-nya.
Kedua insan berlainan jenis itu telah mandi keringat, sangat mengasyikkan melihat kontras-nya warna kulit merek, Vonny dengan kulit yang halus kuning langsat sedang ditindih digeluti oleh pria berkulit kasar dengan warna coklat tua kehitaman. Namun pada saat ini tak ada perbedaan atau pemisahan antara keduanya, yang ada hanyalah gairah nafsu birahi menguasai keduanya, desahan, dengusan, rengekan, rintihan dan geraman keduanya silih berganti. Semakin lama terlihat keduanya melupakan segalanya, gerakan maju mundur pinggul Reza semakin cepat walaupun pinggangnya telah dijepit paha Vonny. Kedua tangan Vonny telah memeluk tubuh Reza seolah tak ingin melepaskannya, rasa panas dan gatal menguasai vaginanya ketika terus menerus digesek dengan cepat , akhirnya...............
"Oooohh, ibuuu , aaaah, nyonya bahenooool, abang mau banjir nih", dengusan Reza di telinga Vonny.
"Iyyaaaaahhh, ooooooohh, sssssshhhhh, teruuuuuuusss, iyaaaaaa, masukiiiiiiin teruuuuus, iyyyyaaaa", bagai histeris Vonny mencakar lengan Reza dan menggigit bahunya ketika mereka bersama mencapai klimaks dan office boy itu menyemburkan lahar panasnya berulang ulang kedalam rahim Vonny.

Sepuluh menit kemudian keduanya bergegas ke kamar mandi untuk mengeringkan keringat dari tubuh mereka, Vonny kembali merapihkan baju tank-top-nya, sedangkan Reza memakai lagi seragam kantornya. Satu jam kemudian mereka makan bersama hidangan yang di beli oleh Ridwan, ketiganya ngobrol dengan santai dan tanpa ada rasa risih, seolah-olah tak ada yang terjadi sama sekali. Vonny juga merasakan sangat puas dengan petualangannya itu, meskipun dalam hati kecilnya muncul keraguan apakah lebih baik berterus terang kepada suaminya mengenai kenikmatan terlarang yang dialaminya. Namun disudut lain di hatinya pun bertanya-tanya apakah ia akan tahan godaan untuk menolak keinginan Reza seandainya ia kembali datang secara tak terduga ketika suaminya Ridwan sedang keluar. Pepatah mengatakan bahwa sesuatu yang terlarang justru mempunyai daya tarik untuk dilakukan. Yang tidak diduga oleh Vonny bahwa suaminya Ridwan - setelah mendengar sendiri dari Reza bagaimana mula-mula perlawanan Vonny berubah menjadi sambutan gairah - bahkan merencanakan swinger berikutnya: tak hanya dengan seorang, namun dua office boys sekaligus! Kalau selingkuh hanya dengan satu lelaki memang dapat dianggap bahwa seorang istri yang kesepian mencari pengganti sejenak, artinya satu tubuh digantikan dengan satu tubuh. Tapi satu tubuh seorang suami kan tak mungkin bisa digantikan dengan dua tubuh lelaki - apakah reaksi Vonny, setuju dan akan menyerah dikuasai dua lelaki ataukah ia akan memutuskan bercerai meninggalkan Ridwan ???.




Beberapa hari setelah peristiwa swinger pertama itu batin Vonny terasa tak tenang. Perasaan bersalah melanda dirinya akibat terhanyut melayani hasrat seksual Reza, office-boy kantor suaminya (baca kisah sebelumnya). Padahal awal mula peristiwa itu adalah akibat ulah suaminya sendiri, Ridwan, yang "mengizinkannya" berpakaian minim untuk menggoda si office-boy. Vonny memenuhi permintaan suaminya karena Ridwan berhasil meyakinkannya bahwa ia hanya sekedar ingin merasakan sensasi seksual pada saat ada pria lain yang dengan gairah birahi memperhatikan tubuh molek istrinya. Apa mau, di tengah permainan 'sandiwara' mereka berdua menggoda Reza, suaminya mendadak harus ke kantor untuk mengurus transaksi forex yang penting. Vonny sampai beberapa minggu setelah peristiwa itu masih segan atau belum berani menceritakan kejadian selanjutnya kepada Ridwan, yaitu disaat ia malahan terjebak dalam permainannya sendiri. Saat Ridwan memintanya untuk menceritakan apa yang terjadi ketika ia meninggalkan mereka berdua di rumah, maka Vonny hanya berani bercerita sampai bagian dimana ia membiarkan office-boy suaminya itu memijat bagian pundak, punggung dan pinggulnya yang montok. Reaksi suaminya malah sama sekali diluar dugaan Vonny ! Ridwan sama sekali tak terbakar api cemburu, tapi malahan mendengarkan penuturannya dengan penuh minat dan perhatian! Vonny sendiri yang justru merasa semakin bersalah sehingga ia malahan berpura-pura merasa tak nyaman dan menolak untuk melanjutkan permainan "menyerempet bahaya" yang diusulkan suaminya. Ridwan tampak di luar seolah memaklumi perasaan istrinya, namun sebenarnya di dalam benak dan fantasynya permainan ini masih jauh dari usai, ini baru permulaan. Ridwan telah terjerumus semakin jauh kedalam fantasy liarnya sendiri. Di sisi lain, Vonny berusaha memendam pergumulan batinnya dan melayani Ridwan suaminya semakin mesra di ranjang. Vonny merasa sedikit tenang karena tidak terjadi perubahan sikap dari sang suami terhadap dirinya ketika mereka ML bergelut penuh mesra. Vonny sama sekali tak menyangka kalau kehangatan yang ditunjukkan oleh Ridwan adalah hasil dari semakin terpenuhinya fantasy liar suaminya itu. Perempuan cantik itu tidak mengetahui bahwa suaminya ikut menyaksikan dirinya ketika melakukan persetubuhan terlarang bersama si office-boy dari salah satu sudut tersembunyi di rumah mereka. Hati nurani Vonny akhirnya mengalahkan rasa keraguan dan malunya. Seminggu setelah peristiwa itu Vonny mengakui sejujurnya peristiwa itu kepada suaminya, Ridwan ketika mereka selesai ML di tengah malam minggu. Dengan tubuh keduanya masih mandi keringat dan telanjang bulat Ridwan pun mengakui bahwa peristiwa swinger itu memang telah diaturnya - hal mana sudah diduga keras oleh Vonny, karena Ridwan kelihatannya dengan sengaja meninggalkannya berdua bersama Reza di rumah mereka yang sedang mampir membawa barang titipan kantor. Setelah itu bahkan Reza semakin sering mampir ke rumah mereka dan Vonny pun semakin lama semakin "terbiasa" untuk melayani keinginan Reza yang memang masih bujangan. Ridwan sendiri tidak keberatan untuk istrinya digauli oleh office-boy kantornya dan bahkan mengetahui dari Reza bahwa ada beberapa pegawai kantor mereka yang juga naksir dan berkeinginan untuk ikut swinger. Karena pasangan muda ini termasuk kelompok generasi muda yang mengikuti alur "open-marriage" maka Vonny pun tidak begitu melarang Ridwan jika "jajan", meskipun ada pula rasa sedikit cemburu. Vonny hanya meminta kepada Ridwan agar tak sembarangan saja "jajan" dengan setiap wanita jalang, namun dengan partner yang kurang lebih cukup setara dan terjamin tidak mengidap penyakit kelamin. Ridwan berjanji untuk sangat memilih - seandainya memang ada - serta akan "terbuka" sebelumnya untuk memperkenalkan wanita yang akan digaulinya. Untuk tujuan mana Ridwan mencari pasangan dari kelompok teman atau rekan akrabnya yang telah menikah dan juga open-marriage. Ini lebih safe karena pasangan seperti inipun memperhatikan sekali segi kesehatan demi pernikahan mereka sendiri. Namun sampai sekitar tiga bulan agaknya Ridwan belum menemukan pasangan lain yang dapat diajak untuk tukar partner, sementara itu Vonny telah terbiasa menerima Reza sebagai variasi kehidupan sex-nya dan beberapa orang di kantor yang juga mengincar Vonny semakin penasaran saja. Setelah kurang lebih tiga bulan maka Ridwan mulai mempunyai fantasy lain yaitu bagaimana kiranya jika Vonny digauli tak hanya oleh satu lelaki asing, namun sekaligus oleh dua atau bahkan tiga lelaki. Fantasy ini pernah dikemukakannya namun Vonny masih ragu menolak, karena merasa ngeri melayani lebih dari satu orang, takut disakiti alasannya, walaupun terkadang muncul pula rasa ingin tahunya. Hal ini dimaklumi sepenuhnya oleh Ridwan dan ia tak mau memaksa istrinya meskipun semakin lama godaan di-fikirannya semakin bertambah, apalagi Reza pun semakin sering menceritakan bahwa dua orang di kantor yang sudah amat "ngebet" karena selalu mendengarkan pengalaman hangat Reza. Kedua pegawai kantor yang sangat naksir Vonny itu bernama Rizak, berasal dari Jambi; satunya lagi bernama Fuad mempunyai darah Arab, berasal dari Madura, keduanya adalah sopir dari direksi. Karena pendapatan mereka sebagai sopir rupanya tak memadai kebutuhan mereka berdua dengan keluarga masing-masing, maka di waktu senggang di luar jam kantor mereka juga bersedia melakukan segala macam reparasi kecil-kecilan di rumah. Mereka kebetulan sangat terampil bukan hanya untuk dalam soal mesin mobil namun juga misalnya memasang saniter kamar mandi, mesin cuci, alat dapur, selain itu untuk persoalan listrik yang tidak terlalu susah mereka pun cukup mahir. Banyak pegawai kantor tingkat atasan sering memakai tenaga mereka untuk reparasi atau renovasi kecil-kecilan di rumah mereka. Lagipula keduanya memasang tarif harga "miring" dan hasilnya cukup memuaskan. Setelah memasuki bulan kelima Reza sempat menggauli Vonny dua kali, ia pun telah menceritakan kepada Ridwan bahwa Rizak dan Fuad mempunyai keinginan untuk ikut meramaikan swinger dengan Vonny. Tentu saja Ridwan sendiri tidak buta dan menyadari betapa kedua sopir direksi itu selalu memandang istrinya dengan penuh gairah jika Vonny kebetulan datang di kantor, terutama jika Vonny memakai blouse tipis agak terbuka dan rok mini yang "menantang". Ridwan mempertimbangkan apakah untuk peristiwa gang-bang pertama itu sebaiknya Vonny akan diberikannya obat perangsang - mungkin dicampur dengan alkohol, sehingga Vonny mungkin akan sedikit 'lupa daratan'. Meskipun telah sering juga swinger namun jika menghadapi keroyokan tiga pria yang haus sex pasti istrinya akan "shock" , dan Ridwan tak mau istrinya mengalami trauma sehingga mungkin selanjutnya akan sama sekali menolak bukan saja dengan Reza namun dengannya sendiri. Oleh karena itu Ridwan meminta kepada Reza dan juga kepada Rizak dan Fuad agar sedikit sabar dan menantikan kesempatan baik yang semuanya akan direncanakan dengan seksama dan cukup hati-hati. Untuk mempersiapkan istrinya mengalami gang-bang pertama itu Ridwan berusaha sejauh mungkin 'memanaskan' Vonny dengan sering mengajaknya menonton DVD yang isinya terutama gang-bang wanita Asia berbadan kecil mungil dengan beberapa lelaki bulé atau pejantan berkulit gelap, kebanyakan Negro; semuanya berbadan kekar berotot dan penis panjang besar berbeda dengan ukuran Asia. Pelbagai DVD dengan film semacam itu di zaman cyber modern ini sangat mudah di-download gelap dari websites pelbagai negara diluar Indonesia, misalnya Jepang, Korea, Rusia, Belanda, juga USA. Karena "sensor" fihak berwajib Indonesia masih jauh ketinggalan maka halangan sensor itu dengan mudah dapat di "tembus" oleh kaum awam biasa saja asal tidak terlalu gaptek, lalu direkam ke dalam DVD. Telah lebih dari dua minggu lamanya Vonny "diloloh" dengan pelbagai blue-film semacam itu dan persepsi yang semula kelihatan ngeri dan "jijik" semakin lama menjadi lebih biasa, lebih tenang serta rileks jika melihat amoy Jepang atau Korea kewalahan hampir pingsan digarap ketiga lubangnya oleh lelaki Negro bertubuh raksasa untuk ukuran Indonesia dengan batang kejantanan mereka yang terlihat menyolok sangat diluar proporsi. Kini hanya tinggal menunggu waktu yang cocok saja: dimana Vonny sedang sendirian di rumah, lalu Reza sebagaimana biasa mampir untuk memberikan "service" - dan disaat mereka sedang asyik dengan foreplay maka kedua pejantan lain akan ikut nimbrung meramaikan dan memberikan "extra-service". #################### Sebulan lalu Ridwan membelikan Toyota Aygo sebagai hadiah ulang tahun Vonny yang ke 23, dan karena garasi mereka sudah penuh dengan Nissan Qasqhai milik Ridwan, maka Ridwan mengusulkan agar di depan garasi mereka dilengkapkan dan ditutup atasnya dengan karport. Vonny setuju dengan usul Ridwan karena merasa sayang juga kalau mobil barunya berwarna silver metallic itu selalu basah terguyur selama musim hujan. Untuk melaksanakan pembuatan carport itu Ridwan mengatakan pada Vonny bahwa mungkin Reza mengenal buruh pembangunan yang dapat dipercaya membuat karport. Tentu saja Ridwan tidak menceritakan bahwa sebetulnya kedua sopir direksi kantornya yang memang telah lama mengincar istrinya itu akan membangun karport dan sekaligus diberikan "bonus istimewa". Setelah bersepakat dengan harga akhir maka pada hari Jum'at tengah hari, ketika tugas kantor selesai Fuad dan Rizak diajak oleh Ridwan kerumahnya, dan mereka mulai mengukur berapa besar dan tinggi karport yang akan mereka bangun. Pada kesempatan mana kedua pejantan itu beberapa kali sempat mengintip dari samping dan belakang ketika Vonny berjalan keluar masuk rumah. Turun naik jakun mereka disertai mata melotot ketika menyaksikan betapa yahud goyangan pantat sekal Vonny. Demikian pula betis dan paha putih mulus yang mengintip keluar ketika Vonny turun naik dari mobil barunya, menyebabkan si ujang dan si otong mereka terasa amat sesak di dalam celana dalam mereka. Ridwan menanyakan Vonny apakah ia keberatan jika kedua "buruh pembangunan" memulai pekerjaan mereka membangun karport itu di hari Minggu esok hari dan Senin berikutnya karena kebetulan Senin itupun hari libur fakultativ. Ridwan juga sebetulnya tidak perlu bekerja di kantornya, hanya kebetulan dipagi hari Senin itu ada meeting dengan direksi perusahaan. Vonny tidak keberatan karena hari Minggu ia ingin berjalan-jalan dan shopping ke sebuah pusat perbelanjaan yang baru dengan Ridwan. Oleh karena itu akhirnya disepakati untuk kedua pegawai kantor itu memulai membangun pondasi karport dihari Minggu. Sedangkan hari Senin keesokannya Rizak dan Fuad mengatakan baru datang agak sore karena mereka harus tugas kantor dahulu. Padahal Ridwan telah mengatur bahwa kedua sopir itu digantikan tugasnya oleh rekan-rekan sopir lain, sehingga mereka dapat datang dipagi hari. Di hari Senin yang telah direncanakan itu maka Reza diberikan tugas sebagai 'perintis' jalan : setelah Ridwan berangkat ke kantor untuk meeting maka Reza akan datang 'menagih jatah'nya setelah selama hampir tiga minggu "puasa", sedangkan Fuad dan Rizak diatur baru akan datang jika Reza sudah 'sibuk' di dalam. Kedatangan Reza pun tak diberitahukan kepada Vonny – seolah-olah semuanya "surprise". Namun kali ini Reza harus menahan diri untuk tidak langsung "ngejos", melainkan merangsang serta meng-oral Vonny habis-habisan sehingga beberapa kali orgamus. Semalam sebelumnya Ridwan pun mengajak Vonny menyaksikan DVD serial berturut-turut dengan pelbagai adegan super hot, dimana isinya kurang lebih sama yaitu para istri yang kelihatan alim setia akhirnya terjebak dan jatuh ke dalam genggaman beberapa lelaki berkemampuan dan stamina luar biasa. Tanpa disadari Vonny bagaikan di berikan obat perangsang karena sesudah itu Ridwan sengaja langsung tidur, padahal diketahuinya dari bunyi yang khas bahwa Vonny dibawah selimut melakukan masturbasi. Memang setelah menyaksikan pelbagai blue-film DVD itu Vonny mengharapkan akan memperoleh "nafkah" dari suaminya. Namun karena Ridwan dilihatnya beberapa kali "melenggut dan mendengkur", maka dengan sedikit kecewa ia mencari solusi lain dengan bermasturbasi. Tak disadarinya bahwa semua tarikan nafas mendesah-desah dan hentakan pahanya di bawah selimut ketika mengalami orgasmus tak lolos dari telinga suaminya. Sekitar jam tujuh pagi setelah minum kopi tubruknya Ridwan telah meningalkan rumah dengan alasan menghindarkan kemacetan. Vonny menghantarkan sampai ke pintu rumah dan melihat bahwa kedua buruh pembangunan yang kemarin telah memulai membangun karport memang belum datang. Akibat sudah terlanjur bangun dan sulit untuk tidur kembali maka Vonny memutuskan ke dapur untuk masak air penyeduh teh yasmin kesukaannya, karena salah satu pembantunya pulang kampung karena ada yang sakit. Sedangkan pembantu yang satunya sedang berada di rumah tante Vonny karena setelah operasi kakinya masih tak dapat melakukan tugas sehari-hari melayani suaminya yang kena stroke. Tak lama kemudian Vonny dikejutkan oleh bunyi ketokan di pintu pagar di depan. Vonny curiga bahwa kemungkinan besar Reza, karena semua tamu atau pengunjung lain biasanya membunyikan bél disitu. Vonny sebetulnya agak sangsi untuk membuka pintu karena ia sebenarnya merencanakan untuk mandi dan keramas, diharapkannya bahwa Ridwan akan tak terlalu lama meeting di kantor. Dengan agak ragu Vonny mengintip dari balik tirai ruang tamu dan dilihatnya memang Reza yang masih menunggu dengan motornya. Jika dibiarkannya si office-boy terlalu lama berdiri di depan pintu pagar besi, maka mungkin akan menarik perhatian tetangga pula. Oleh karena itu Vonny dengan agak terpaksa menyambar kunci tergantung dan berjalan di pekarangan depan menuju pintu pagar besinya. Agak terenyuh juga sanubari Vonny karena dirasakan bahwa hasrat kewanitaannya semalam tak terpuaskan oleh Ridwan. Diingatnya pula bahwa Reza sudah hampir tiga minggu tidak datang dan biasanya office-boy itu akan langsung 'menerkamnya' bagaikan harimau kelaparan melihat kijang lemah. Setelah membuka pintu depan rumah dan juga pintu pagar besi ke jalanan maka Vonny menyambut Reza dengan senyum manis kemudian berjalan balik masuk. Di ambang pintu barulah Vonny menyadari bahwa ia masih memakai baju daster tipis yang biasa hanya dikenakannya di kamar tidur dan di dalam rumah, tak pernah hingga pintu pagar. Tanpa sadar wajah Vonny memerah malu. Baju daster itu terbuat dari bahan tipis tembus cahaya sehingga sinar matahari pagi mencetak tubuh montok bahenolnya, bahkan sebagaimana biasanya di bawah daster itu Vonny tak memakai BH. Selain itu Vonny memakai celana dalam V-string super mini yang hanya menutup selangkangannya, kedua bongkah pantatnya sama sekali terbuka, dan dibagian depan pun hanya pas-pasan menutup belahan vaginanya. Penutup aurat super mini itupun masih agak basah di bagian depan karena lendir kegairahan wanitanya yang mengalir keluar akibat masturbasinya semalam dan juga pagi tadi. Rona merah menerpa pipi Vonny ketika dengan sudut matanya ia melihat tatapan Reza tak berkedip sambil memarkir motornya di bawah kerangka karport yang sedang dibangun. Setelah itu sebagaimana biasanya Reza melangkah perlahan-lahan memasuki pintu rumah , kali ini matanya terus mengikuti semua goyang gemulai istri boss-nya, mulai dari pinggang sampai ke belahan pantat dan pahanya. Meskipun Vonny sudah sering melayani Reza namun kali ini merasa sangat jengah karena pakaiannya yang sangat menantang dan sebetulnya hanya dipakai dalam kesempatan hanya berdua di kamar tidur dengan Ridwan suaminya. Untuk menukar baju sudah terlambat, ah sudah kepalang mau diapain lagi, masa bodoh lah demikian akhirnya keputusan Vonny sambil melangkah kembali ke arah dapur. "Bang Reza udah ngopi belum, saya lagi bikin téh nih jadi bisa sekalian dibuatkan", tanya Vonny. "Udah bu, barusan sebelum berangkat ditempat kost. Oh ya bu, pintu depannya dikunci lagi apa dibiarkan saja, nanti datang pekerja untuk karport engga bu?", Reza pura-pura bertanya sambil tak hentinya meneguk ludahnya melihat badan begitu menantang. Selain puting buah dada yang mencuat bagaikan ingin dicubit, juga celana dalam Vonny sedemikian mini sehingga seolah ia telanjang bulat. Pada umumnya Reza mengunci kembali pintu pagar depan itu, namun kali ini Vonny agak ragu-ragu karena kedua pekerja bangunan sebentar lagi akan datang. Jika ia telah sibuk "melayani" si office-boy maka Vonny segan juga untuk menghentikannya, namun demi keselamatannya maka Vonny meminta agar Reza kembali ke pintu pagar untuk menguncinya : "Dikunci aja lah bang, biarin ntar mereka ngebél", ujar Vonny berjalan amat gemulai keluar dari dapur dan kemudian duduk disofa ruang tamu. Reza tersenyum karena ia hanya berpura-pura menghampiri pagar besi ke jalan, sengaja diadunya gembok dengan pintu besi secara keras sehingga seolah-olah si gembok terkunci dan itu didengar Vonny. Padahal kunci gembok itu hanya dicantolkan begitu saja , tapi tetap terbuka sehingga Fuad dan Rizak akan mudah masuk ke dalam rumah dan akan ikut meramaikan peristiwa gang-bang. Demikian pula setelah masuk Reza memutar kunci pintu rumah dua kali secara keras - seolah-olah 'mengunci' dua kali - padahal ia hanya memutar sekali mengunci, sedangkan bunyi kedua adalah ketika kunci itu dibukanya kembali - artinya pintu rumah Vonny pun seperti pagar kini tak terkunci. Kemudian Reza membalik dan berjalan menuju sofa besar dan empuk di ruang tamu, sofa mana sudah sering menjadi saksi bisu swinger Vonny dengan office-boy yang beruntung ini. Dilihatnya Vonny telah berada di sofa itu dengan menekuk paha serta lututnya. Dalam posisi setengah duduk itu maka baju daster yang dalam keadaan berdiri pun memang hanya setinggi atas lutut kini semakin tertarik ke atas, menyajikan sepenuhnya kedua betis langsing dan sebagian besar paha putih mulus Vonny. Reza yang telah terbiasa dengan pemandangan menggairahkan itu tak luput menelan liurnya, apalagi ketika Vonny seolah malu berusaha menarik dasternya ke bawah sambil menggigit bibir bawahnya. Biasanya Reza langsung menerkam nyonya istri tuannya itu namun kali ini ia berusaha menahan diri dengan menempatkan diri duduk di belakang Vonny. Tubuh nyonya majikan yang sudah sering dinikmatinya kini agak rebah bersandar tubuhnya dan dengan lembut disingkapnya rambut di belakang leher Vonny lalu kuduk yang putih itu diciumi. Kedua tangan Reza menyelinap dibawah ketiak Vonny kemudian di remasnya kedua bukit kembar yang begitu sekal padat namun sekaligus kenyal menyebabkan pekikan geli keluar dari belahan bibir Vonny. Apalagi ketika jari-jari Reza menemukan puncak buah dadanya dan mulai memijit serta memilin terkadang mencubit putingnya yang semakin mengeras di bawah kain daster yang tipis. Vonny merinding kegelian ketika ciuman Reza menjalar dari belakang leher ke arah telinganya , menghembuskan nafas panasnya disitu lalu menjulurkan lidahnya keliang telinga Vonny. "Aaaaah, aaaiiih, geliiiiiii aaaah, nakal amaaaat sih, oooohh bang, geliiiiii dooong, sssssh oooh bang", desah Vonny berusaha membalikkan tubuhnya untuk membalas permainan Reza namun ditahan oleh pelukan lengan yang kuat, akibatnya Vonny semakin gelisah menghentak-hentakkan kakinya sehingga pahanya makin terpampang ke arah selangkangannya karena dasternya acak-acakan tersingkap ke atas. "Kenapa sayang, geli enak ya, nikmat dicubitin puting susunya ya, mau digigit itunya ya, ayoh bilang dulu sama abang mau diapain, mau digunyeng apa engga ?", Reza semakin menggoda mangsanya. "Engga, engga mau diapa-apain, lepasin ah, udahan mainnya, ntar kedengeran ama kuli bangunan ah", Vonny berusaha menggeliat sambil pura-pura bertahan namun birahinya semakin meningkat. Biasanya Reza tak begitu lama dengan fore-play namun kali ini justru Vonny yang dibuatnya makin 'blingsatan'. Sambil tetap menciumi leher dan telinga nyonya majikannya tangan Reza kini mulai menjalar di bawah daster tipis, dijelajahinya perut Vonny yang datar, jari-jarinya turun dan menemukan bulu halus di tepi celana dalam string yang begitu kecilnya. Dengan nakal dijepit dan ditarik-tariknya bulu sangat halus itu dengan telunjuk dan jari tengahnya sehingga Vonny semakin gelisah menggelinjang tak karuan. "Aaaiiiih, ngapain sih bang, cepetan dong kalo mau maen, ntar tuh kuli karport pada dateng, malahan suami saya juga keburu balik, auuuw geli aaaah, nakal amat sih maennya", Vonny terbakar rasa birahi karena Reza tak juga memasuki taraf berikut untuk memuasi nafsu syahwatnya yang telah meninggi. "Hmmmmhh, kerangsang benget ya nyonya amoy bahenol, uuwaaahh celana dalemnya kecil amat 'bu, udah demek basah begini, sini saya bantuin lepasin, iyaaaa begitu copot dah, mana wangi lagi", ujar Reza sambil mencium celana string yang telah dilorotnya kebawah melewati kedua kaki Vonny. "Udah engga sabaran ya 'bu, biasanya engga cepat basah kaya gini, ini didesa saya namanya meluya-luya, kenapa sih 'bu - semalem belum dapet jatah dari suami ngkali, ngaku deh 'bu ngga usah malu, kan udah biasa ngéwé sama saya", Reza semakin menggoda dan merangsang nyonya majikannya. "Nnnnnggghhh, sssssshhhh, aaaaaahhh, oooooohh, ssshhhhhh", itu sajalah yang keluar dari celah bibir Vonny. Rasa malunya masih berhasil menahannya untuk tak mengakui bahwa ia amat mengharapkan nafkah badaniah dari Ridwan semalam, namun tak diperolehnya sehingga terpaksa hanya masturbasi. Desah dan lenguh nafasnya semakin memburu, kedua mata Vonny setengah tertutup, wajahnya menengadah ke atas, lubang hidungnya kembang kempis menahan emosi kegairahan, bibirnya terbuka mengkilat karena sering digigit-gigitnya dan dibasahi oleh lidahnya. Penuh rasa tak sabar Vonny merangkuh kepala Reza dan mulutnya langsung diciumi oleh si office-boy, kumis baplangnya terasa menggelitik bibir seolah memberikan tanda agar Vonny pasrah menerima juluran lidah Reza yang kasar dan kasap itu. "Cuuppp, cuucppp, aaaahh, hhhmmmhhh, geregetan banget sih 'bu, udah ngebet ngga tahan lagi mau di roncé ya, iyah sini saya bantuin garukin, ininya yang gatel ya 'bu ?", Reza mengusap-usap bukit kemaluan Vonny, ujung telunjuknya mengitik mencoél-coél lipatan bibir vagina mencari sang kelentit. Wajah Vonny semakin merah padam mendengar celoteh Reza dan sambil mendesah dan melenguh tak teratur ia melepaskan kancing kemeja Reza, kemudian ditariknya kaos dalam dengan gerakan tak sabar, sebelum jari jemari lentiknya menarik ikat pinggang dan menurunkan ritsluiting lalu ditariknya celana dalam boxer berwarna hitam sang kekasih pengganti suaminya yang rajin memberikan "jatah". Langsung si "ujang" milik Reza muncul keluar dalam keadaan setengah tegang, dan Reza dengan sengaja melekatkan tubuh bagian bawahnya ke selangkangan wanita muda di bawah tindihannya. Vonny yang sudah mabuk birahi langsung merengkuh batang pentungan yang telah beberapa kali memasuki vaginanya, dicobanya untuk menarik batang itu membelah celah kewanitaannya, namun belum juga berhasil masuk karena Reza dengan sekuat tenaga mempertahankan taktiknya. Pada saat bersamaan Reza juga semakin jauh mengembara dengan jari tengah dan telunjuknya di bukit Venus berbulu halus, dicarinya klitoris yang tersembunyi di antara lipatan bibir kemaluan berwarna agak kemerahan, setelah ketemu segera diusap dan dipilin-pilin menyebabkan Vonny menjerit kecil. "Uuuummmhhh, ssssshhh, aaaaeeeemmmmhhh, geliiiii, aaaaaiiiih, abang nakaaaal, abaaag oooohhh", Vonny menggeliat meronta menggelepar karena merasakan kelentitnya bagai kena aliran listrik tinggi. Rasa malu Vonny telah hilang punah , jari-jarinya turun naik dibatang kemaluan Reza, mengocok dan menggenggam sekuatnya, terkadang kepala jamur yang coklat hitam itu dijepit di antara pahanya. "He he he, mau dicoblos ya nyonya manis, he he he ayoh minta dulu, bilang dulu abang sayang, saya minta dipuasin, minta dijarah, minta dironcé ama abang, ayoh minta dulu", sengaja Reza memasang harga karena ini termasuk siasat untuk mempersiapkan Vonny di-kerjai mereka bertiga. "Syarat" berikutnya yang harus dipenuhi oleh Vonny agar Reza bertindak lebih jauh memuaskan kebutuhan birahinya adalah sesuatu yang sampai saat ini belum pernah dilakukan Vonny. Meskipun Reza setiap kali telah meng-oral Vonny dan membawanya ke surga dunia, namun sebaliknya Vonny belum pernah "membalas" rangsangan sama. Reza yakin bahwa inilah saatnya untuk mengajak Vonny mengatasi rasa malunya untuk menyepong penis lelaki asing, karena Reza yakin bahwa wanita manis keturunan yang pada saat ini dalam kekuasaannya pasti telah sering meng-oral suaminya, Ridwan. "Abang juga mau nerusin ngejos, tapi si otong minta dimanja dulu nih ama nyonya seperti abang juga kan udah sering ngejilat mémék nyonya, kan nyonya pasti udah sering kan nyepong suami, jadi adil dong saling gantian", ujar Reza menyeringai sambil menyodorkan penisnya di hadapan wajah Vonny. "Iya lah 'bu , pake malu-malu segala , ntar pasti biasa , nih 'bu coba lihat kan laen bentuknya dengan yang biasa ibu lihat", desak Reza kepada nyonya majikannya karena Vonny masih berusaha meléngos. "Pasti akan puas bu, ini pisang ambon rasanya laen 'bu, gede mateng tapi bukan disekep, ibu sendiri kan udah bécék gitu", Reza makin berani dan menémpélkan kepala penisnya dipipi Vonny, sambil perlahan-lahan dipegangnya kepala Vonny agar menoléh ke arah alat kejantanannya yang hitam itu. Namun rupanya Vonny masih merasakan risih untuk menyepong penis lelaki bukan suaminya sendiri, sehingga ia tetap menolak dan hanya mendesah-desah karena terus menerus dirangsang oleh jari-jari tangan Reza. Oleh karena itu Reza memutuskan untuk mengajak nyonya majikannya itu bermain oral dalam posisi '69'. Masakan sih kalau dirangsang, dijilati dan digigiti kelentitnya habis-habisan wanita muda dengan nafsu sudah ke-ubun-ubun tak akan mencaplok kemaluan lelaki di depan matanya meski penis itu bukan milik suami sendiri , demikianlah perhitungan Reza yang semakin menggoda Vonny. Dengan sigap Reza merebahkan tubuh Vonny di sofa yang lebar itu dengan punggung Vonny diarahkan ke pintu, karena diduga bahwa setiap saat Fuad dan Rizak akan masuk arena pertarungan. Dengan punggungnya membelakangi pintu maka Vonny yang sedang dirangsang dan mabuk birahi kemungkinan besar tak sadar bahwa dua lelaki pejantan segera masuk dan akan ikut menggagahinya. Setelah merebahkan tubuh Vonny yang ramping tapi montok itu dalam posisi menyamping kemudian Reza pun rebah menyamping dengan wajahnya mendekati selangkangan nyonya majikannya, sedangkan kemaluannya yang mengacung agak bengkok itu kini berhadapan dengan wajah Vonny. Tanpa menunggu komentar atau bahkan protes dari mangsanya, mulailah Reza mengendus-endus dan menciumi bukit Venus di hadapannya. Jari-jarinya melebarkan bibir kemaluan Vonny yang telah basah memerah dan lidahnya menyusup kecelah liang surgawi untuk menjilat-jilat. Bagaikan seniman penuh keahlian dan kesabaran lidah kasar Reza semakin mencelup ke dalam tengah dinding vagina dan kembali menjalar ke sana sini, menyentuh liang kencing Vonny yang sangat mungil, mencari G-spot dan menyeruak di antara lipatan atas bibir kelamin untuk menemukan sebutir daging kesayangannya. "Hhhhmmmmh, ccuuupppp, slrrrruuup, wuiiiiih bécéknya nih mémék ama madu asli, haruum manis kaya yang punya, sssshhh sluuurrp, cupppp , mana dia tuh itil nyonya, eeiiit eiiitt, naaah nongol ya, mau diisep-isep ntar digigit-gigit ya 'bu ?", lidah Reza menyerbu kelentit kesayangannya sementara kumis baplangnya kini menggelitik dinding vagina Vonny menyebabkannya semakin terangsang. Daya pertahanannya terakhir telah runtuh, tangannya masih menggenggam dan mengocok turun naik penis sang office-boy, sementara kepala rudal berbentuk jamur itu makin membesar melekat di pipinya. Hangatnya serta kegatalan yang terus menerus menguasai di dalam celah kewanitaan Vonny akhirnya mengalahkan perasaan malunya. Dengan hanya sedikit menoléhkan kepalanya Vonny telah menyentuh ujung rudal berbentuk topi baja milik si office-boy, kemudian batang dihiasi pembuluh darah yang melingkar itu dicekal dan mulai dikocok dengan menggerakkan tangannya turun naik semakin cepat. Setelah kemaluan Reza dirasakannya semakin menegang dan mengeras maka Vonny kini menjulurkan lidahnya dan mulai menyentuh belahan saluran kencing di tengah kepala penis di genggamannya itu. "Oooooohh, iyaaaah 'bu enaaaak, niiiih saya baleeeeees ngegaruk di mémék ibu, ooooh teruuuuus 'bu, masukin ke mulut dong, oooohhhhh pinteeernya nyonyaaaa", Reza merem melék dijilat pertama kali. Semula masih terlihat ragu namun akhirnya Vonny berusaha membuka mulutnya dan menjepit penis Reza di antara bibirnya, dibasahi dengan ludahnya lalu perlahan lahan dimasukkan ke dalam mulutnya. Sementara itu paha putih dan mulus Vonny menjepit sekuat-kuatnya menahan kenakalan jari-jari Reza yang memijit dan menekan serta mencubit kelentitnya. Air mani kewanitaannya semakin membasahi dinding vaginanya yang terasa semakin licin dan gatal mengharapkan alat kemaluan segera menikam. Namun Reza tak kenal menyerah dalam menjalankan tugasnya sebagai "perintis jalan" : jari telunjuk dan tengahnya kini menerobos masuk ke dalam vagina nyonya majikannya, sementara ibu jarinya kini menggantikan tugas mengusap-usap dan sekali-kali menyentil daging kecil diantara lipatan bibir bawah Vonny. Jari-jari tangan tangan Reza yang lain tetap menggenggam dan meremas-remas buah dada Vonny, menjepit kedua puting kiri kanan bergantian yang telah mengeras bagai kerikil. Lidah kasapnya tak henti-hentinya menyapu kelentit yang semakin menonjol keluar, semakin sensitif peka dan Reza mengetahui hal ini. Bergantian dengan lidahnya kini giginya ikut menjepit klitoris Vonny, digigit-gigit dengan mesra, digésér-gésérnya deretan gigi atas dan bawah kekiri kekanan sementara klitoris itu tetap dijepit diantara kedua barisan gigi itu, hal ini belum pernah dialami Vonny. Akibatnya Vonny merasakan rangsangan yang sama seperti kelentitnya itu dijepit dua jari kasar kemudian digéwel dan dipilin-pilin, ngilu sakit-sakit, tapi sekaligus nikmat tak dapat diuraikan ribuan kata, Vonny hanya dapat menjepit kepala Reza diantara kedua paha putih mulusnya, sementara jutaan bintang kecil bagai kunang-kunang beberapa menit kemudian meledak depan matanya. "Oooooouuummmppph, ssshhhhhh, teruuuuuuss baaaaang, geliiiiiiii amaaaaaat, saya ngga tahaaaan maauuuuuu ppiiiiiiipiiiisss, aaaaahhhh", tubuh Vonny menghentak hentak sambil mulutnya semakin cepat menyepong mengulum menjilat naik turun penis Reza bagaikan anak kecil asyik makan es krim. Reza dan Vonny yang telah dilanda badai nafsu itu sama sekali tak mendengar bunyi pintu terbuka. Disertai dengan jeritan hysteris tubuh Vonny kaku mengejang mengalami orgasmusnya yang pertama dan ini menyebabkan Reza menyeringai penuh kepuasan karena usahanya berhasil. Dengan kedua mata terpejam dan nafas tersengal-sengal Vonny tak menyadari munculnya dua sosok lelaki di pintu... Orgasmus Vonny kali ini berlangsung lebih lama dari biasanya karena Reza tanpa ampun melanjutkan rangsangan lidah dan giginya. Semuanya memang telah diatur dan direncanakan: selama tiga menit Vonny dikuras tenaganya - dan waktu itu lebih dari cukup bagi Fuad serta Rizak melepaskan pakaian serta sepatu mereka dan kini telah berdiri dengan bertolak pinggang sekitar dua meter dari sofa ...


This post first appeared on Kisah 17Thn | Cerita Dewasa Khusus 18 Tahun Keatas, please read the originial post: here

Share the post

Vonny dan Office Boy yang Beruntung

×

Subscribe to Kisah 17thn | Cerita Dewasa Khusus 18 Tahun Keatas

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×