Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

MEDIA ATAU ALAT PERAGA DALAM KEGIATAN BELAJAR MATEMATIKA di SD.

Media/alat peraga Dalam Kegiatan Belajar Matematika di SD.

Menurut Elly Estiningsih (1994), kegiatan belajar-mengajar di kelas sebenarnya dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) Tahap kegiatan, yaitu: tahap penanaman Konsep, tahap pemahaman konsep, dan tahap pembinaan keterampilan konsep.

1.      Tahap Penanaman Konsep.
KBM penanaman konsep merupakan kegiatan dalam proses belajar mengajar yang menitik beratkan pada penyampaian konsep baru bagi Siswa. Konsep baru ini bagi siswa adalah konsep dasar yang tergolong dalam pengertian pangkal, aksioma dan definisi. Pada tahap ini guru berusaha mengoptimalkan fungsi panca indra siswa dengan dibantu media/alat peraga konkret. Siswa diupayakan mendapat pengalaman menentukan atau mengidentifikasi mana konsep dan yang bukan konsep. Dalam tahap ini siswa juga diajak untuk mendengar dan melihat wujud konkret dari konsep, dan menghayati serta menggunakan intuisi untuk memahami konsep. Media dalam hal ini “alat peraga” yang digunakan pada umumnya berwujud benda konkret, model, pengalaman nyata, dan simulasi. Sedangkan “sarana” yang digunakan dapat berwujud Lembar Kerja.
2.      Tahap Pemahaman Konsep.
KBM pemahaman konsep merupakan kegiatan dalam proses belajar mengajar yang menitik beratkan pada penguasaan dan perluasan wawasan siswa tentang konsep yang telah dipelajari pada penenanaman konsep. Pada tahap ini siswa belajar lebih lanjut tentang konsep tersebut, yaitu yang berkenaan dengan sifat-sifat dan terapannya maupun pengembangan dari konsep itu sediri. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini, antara lain :(a) siswa perlu mempunyai kesiapan tentang konsep yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya, (b) siswa perlu mendapat pengalaman yang cukup dengan “variasi” konsep, (c) siswa perlu belajar tentang ciri, sifat, dan cara penerapan konsep, (d) siswa perlu diberi kesempatan mengkomunikasikan pendapatnya. Alat peraga yang digunakan dapat ditingkatkan menjadi bentuk gambar, film, slide, peta, grafik, dan diagram.
3.      Tahap Pembinaan Keterampilan Konsep.
KBM pemahaman konsep merupakan kegiatan dalam proses belajar mengajar yang menitik beratkan pada pembinaan keterampilan siswa tentang konsep-konsep yang dipelajari, baik pada tahap penanaman konsep maupun pada tahap pemahaman konsep. Oleh karena itu dari pengertian tahap ini, guru harus tahu konsep-konsep dasar ataupun konsep-konsep yang terkembang dari konsep dasar mana yang membutuhkan pembinaan keterampilan. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam KBM tahap ini, antara lain: (a) siswa dilatih mengingat dan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari pada tahap KBM sebelumnya, (b) siswa perlu dilatih bekerja hanya menggunakan “simbol”, tidak lagi ada alat peraga yang digunakan lagi, (c) latihan dengan waktu terbatas, untuk memperkecil waktu maksimum yang biasa digunakan siswa (dalam hal ini dapat bersifat lomba), dan (d) dalam rangka “evaluasi”. Media/alat peraga yang dapat digunakan ini sudah tidak berupa benda-benda konkret, melainkan berupa soal yang didektekan guru, lembar tugas, lembar permainan lomba atau pertandingan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat media/alat peraga matematika, meliputi:
§  Dibuat dengan bahan yang cukup kuat, supaya tahan lama
§  Bentuk dan warnanya diusahakan menarik
§  Dibuat secara sederhana, mudah dikelola dan tidak rumit
§  Ukurannya dibuat sedemikian rupa, sehingga seimbang dengan ukuran fisik siswa
§  Dapat menyajikan konsep matematika (bentuk nyata, gambar, diagram)
§  Sesuai dengan konsep . Misalnya bila membuat alat peraga segitiga berdaerah dari karton atau triplek, mungkin anak beranggapan bahwa segitiga itu bukan hanya rusuk-rusuknya saja, tetapi berdaerah, jelas ini tidak sesuai dengan konsep segitiga.
§  Peragaan itu supaya merupakan dasar untuk timbulnya konsep abstrak
§  Bila diharapkan siswa belajar aktif (individual atau kelompok), alat peraga itu supaya dapat dimanipulasikan, yaitu dikutak-katik seperti diraba, dipegang, dipindahkan atau dipasang dan dicopotkan.
§  Bila memungkinkan, buatlah alat peraga yang “multiguna”, atau berfungsi banyak.
Penggunaan media/alat peraga matematika dikatakan gagal apabila: (1) generalisasi konsep abstrak dari representasi konkret itu tidak tercapai, (2) hanya sekedar sajian yang tidak memiliki nilai-nilai (konsep-konsep) matematika, (3) disajikan pada situasi yang tidak tepat, (4) memboroskan waktu, (5) diberikan pada siswa yang mestinya siswa tersebut tidak memerlukan, (6) penyajian alat peraga itu tidak menarik, rumit, dan lain-lain.  Selain kegagalan tersebut ada tambahan yang salah/keliru tentang contoh generelalisasi sebagai berikut:
§  Pembelajaran matematika yang baik adalah pemebalajaran matematika yang selalu menggunakan media/alat peraga,
§  Setiap alat peraga dapat digunakan untuk menyampaikan setiap konsep matematika.

Semua konsep matematika selalu dapat diajarkan melalui/menggunakan alat peraga.


This post first appeared on Kawan Cerdas, please read the originial post: here

Share the post

MEDIA ATAU ALAT PERAGA DALAM KEGIATAN BELAJAR MATEMATIKA di SD.

×

Subscribe to Kawan Cerdas

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×