Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Bukan Takut Mencinta Hanya Lelah Saja

Tags: kamu tapi bisa


Aku bukan Rachel di film Heart yang menyukai Farrel dimana Farrel lebih menyukai Luna. Bukan pula Mae di Get Married yang menyukai Rendy dimana hubungannya tak direstui. Aku hanya seorang pengecut. Aku tidak mempercayai siapapun dan mungkin karena itu aku tidak Bisa berkomitmen.

Orang bilang aku tidak mau mencoba, aku tidak berusaha. Ya mereka maha benar. Tapi mereka tidak mengerti yang terjadi sebenarnya sebelum kepercayaan itu hilang sepenuhnya.
Namaku Gia Indri Hutama. Anak dari pemilik perusahaan Hutama. Identitasku yang terbongkar membuatku sulit mendapatkan cinta. Ini kisahku.

Sebuah kenyataan putih abu-abu adalah masa pertama kali aku merasakan jatuh cinta. Ternyata begitu rasanya kehilangan kata-kata saat berhadapan dengan orang yang disukai. Kupikir hanya akan bisa sebatas mengaguminya namun ternyata dia datang sendiri padaku tanpa terduga. Dia awalnya mendekatiku mengatakan dirinya single baru putus dari kekasihnya dan bodohnya aku percaya. Dia menyatakan perasaannya dan kasus baruku dimulai. Ternyata begitu rasanya saat orang yang disuka menyatakan perasaannya sampai hampir kehilangan akal sehat. Beruntung Tata, sahabat dekatku menamparku dengan kata-katanya.
"Gia dia tidak single. Dia kemarin habis keluar dengan pacarnya. Aku lihat sendiri," kata Tata.
"Tapi dia bilang dia sudah putus."
"Gia siapa yang kau percaya aku yang sudah berteman lama denganmu atau dia orang yang baru saja masuk ke dalam kehidupanmu?"
Tamparan kata-kata itu begitu keras masuk menyayat dadaku. Aku yang hanya sebatas menjawab iya tidak tapi tiba-tiba keraguan menyerangku. Sampai akhirnya aku menggantung jawabanku dan lelaki itu datang dengan sendirinya mengaku.
"Gia aku mau minta maaf."
"Aku yang harusnya minta maaf, Brian."
"Gia aku benar-benar minta maaf. Kamu tidak perlu menjawab apa-apa. Aku akan membuat pengakuan. Aku sebenarnya masih pacaran dengan Alya. Aku berbohong karena ditantang teman-temanku. Kata mereka kamu anak pemilik Hutama. Mereka taruhan kalau aku bisa mendekatimu maka aku menang. Tapi ternyata kamu terlalu baik aku tidak tega. Maaf Gia."
Hantaman cukup keras memasuki pikiranku. Otakku tak mampu berpikir. Seperti patung berdiri tak mendengar kata-kata setelahnya. Yang aku tahu dia berlalu dari hadapanku dan tak ada yang tahu rahasia itu. Patah hati pertama sebelum memiliki.
Lelaki kedua yang berhasil masuk ke dalam hidupku bernama Satria. Dia tidak pandai berkata-kata tapi langsung action. Tata sampai tak bisa berkata-kata. Ia sampai menggerakkan kepalaku membentuk anggukan. Akhirnya dialah pacar pertama. Awalnya kami backstreet karena aku tak mau identitasku terbongkar. Dia sangat perhatian dan romantis. Secara fisik dia sempurna. Tapi akhirnya setelah rahasiaku terungkap Satria berubah. Dia mulai menuntutku berdandan mengikuti trend karena tahu aku anak pemilik perusahaan Hutama.
"Gia kamu benar anaknya pemilik Hutama? Penampilan kamu kenapa biasa seperti ini Gia. Kasihan orang tua kamu dikira nggak diurus."
"Ya aku kan memang seperti ini Satria kamu juga tahu sendiri."
"Setelah aku tahu tidak akan aku biarkan. Aku akan mengajari kamu berdandan yang lebih cantik. Ini rambut kamu bagusnya di smoothing. Muka kamu polosan banget. Ini pakai krim dan bedakku dulu. Jangan lupa pakai body lotion biar nggak burik."
Bahkan gara-gara itu aku jadi tahu dia memakai bedak dan pemutih wajah. Bodohnya aku menuruti Satria. Tata yang melihat perubahanku menjadi cemas.
"Gia ada yang salah dari kamu. Ini bukan style kamu."
"Ta, help me! Satria yang mau aku seperti ini."
"Dan kamu nyaman?"
"No. Seperti katamu ini bukan aku, Ta. Aku tidak kenal lagi siapa aku."
"Kalau begitu kamu harus hentikan. Jika Satria marah, mundur Gia. Kamu harus mengambil keputusan. Masa depanmu masih panjang."
Aku ingat kata-kata Tata. Pada akhirnya Satria melepaskanku. Aku belajar satu hal relationship bukan untuk menghilangkan jati diri.
Lelaki ketiga yang masuk ke dalam hidupku Prada. Dia teman belajar. Kupikir aku nyaman dan dia pun juga. Tapi tiba saatnya dia menyatakan perasaan aku meragukannya. Bagaimana jika suasana menjadi berbeda, seperti aku dengan Brian dan Satria. Aku tidak ingin kenyamanan itu berakhir. Akupun menolaknya dan itu tetap merubah suasana. Canggung, menghindar dan terjadilah dia pergi, putus komunikasi. Tidak ada persahabatan diantara laki-laki dan perempuan titik-bold-underline.
Lelaki keempat yang datang ke dalam hidupku bernama Lucky. Dia berhasil menjadi pacar keduaku. Tata sedari awal tidak setuju tapi akulah yang menjalaninya. Lagi-lagi aku backstreet. Awalnya berjalan lancar sampai terbuka satu per satu. Dia menyuruhku membawakan tas ranselnya, sepatunya, buku, menyuruhku mengerjakan tugas-tugasnya dan berulang setiap hari. Begitu identitasku terbongkar dia meminjam uang sakuku, meminta dibayarkan ini itu dengan dalih akan diganti. Dia semakin berubah menjadi orang yang tak kukenal. Puncaknya saat dia mencekikku dan mencengkram pergelangan tanganku erat seraya tertawa. Aku kesakitan dan dia minta maaf. Sampai Tata melihat bekas luka di pergelangan tangan dan leherku.
"Gia ulah siapa itu?"
"Lucky."
"Apa kubilang dia itu terlalu mencurigakan."
"Dia sudah minta maaf. Dia bilang bercanda."
"Bercanda? Itu namanya melukai. Dia nggak waras. Bisa-bisanya dia bilang bercanda. Tapi kalau besok lagi terulang kamu mau apa Gia?"
"Ta, terima kasih sudah mengkhawatirkanku."
"Gia udahan sama dia. Aku nggak tega kamu diperlakukan seperti pembantu, disuruh bayarin ini itu, sekarang malah dilukai. Itu nggak sehat Gia."
"Aku pikir-pikir dulu Ta. Nanti pertimbangkan lagi."
Sampai akhirnya keputusanku bulat saat Lucky bertingkah aneh. Gestur tubuhnya mencurigakan. Sebelum dia melakukannya aku menyudahi hubungan kami.
"Lucky kurasa ini sudah berlebihan."
"Sok polos kamu Gia."
"Ini bukan tentang mencari sebuah benefit, Ky. Ini hubungan dua orang manusia bukan salah satu jadi nggak usah cari-cari keuntungan kamu. Game over. Aku tidak bisa mempercayaimu lagi. Cari saja orang lain yang mau diperlakukan seperti ini." Semenjak hari itulah hari-hariku semakin jauh dari cinta dan semakin rumit. Satu dua yang datang selalu berulang dengan hal yang sama.

Next.
"Gia aku mau bilang aku suka sama kamu."
"Ingatlah kamu punya istri dan anak di rumah." Aku mendorong laki-laki itu dan pergi. Aku merasa harga diriku jatuh disukai laki-laki yang sudah berumah tangga. Dia pikir pernikahannya mainan.

Next.
"Gia aku rela putus sama pacarku sekarang, kalau kamu mau sama aku."
"Kamu mau aku jadi pelakor? Waras kamu ngomong gitu?" Aku mengabaikannya.

Next.
"Gia besok aku mau nikah. Tapi aku mau ngomong ini ke kamu. Sebenarnya aku suka kamu tapi aku tahu pasti kamu menolakku."
"Buat apa kamu ngomong itu ke aku. Aku nggak perlu tahu. Kasihan calon istrimu. Aku tidak mau ikut campur urusan kalian. Tolong rahasiakan saja ini. Anggap kamu nggak pernah ngomong."

Next.
"Gia si R masih suka spam chat dan telepon kamu?"
"Masih. Tapi kuabaikan."
"Bagus Gia. Ternyata dia tebar jala kemana-mana. Kamu jadi salah satu mangsanya. Aku habis baca story-nya."
"Sepertinya intuisiku benar tentang dia. Thanks Ta semakin meyakinkanku."

Next.
"Gia gimana Mas M yang menawarkan ta'aruf?"
"Bercanda kali tuh orang. Lihat aja statusnya di handphone-ku."
"Oh my God. Alhamdulillah Tuhan masih melindungimu Gia. Dia udah lamaran sama cewek lain gini. Jangan-jangan dia tebar jala seperti si R. Dasar laki."

Next.
"Gia Mas F kelihatan sholeh banget ya."
"Ta jangan lihat dari covernya."
"Baik kan orangnya. Kenapa nggak sama Mas F aja?"
"Ta biasanya kamu lebih jeli soal laki-laki. Kali ini keahlianmu berpindah padaku."
"Hah, kenapa?"
"Orang seperti Mas F lebih berbahaya Ta. Dia menggunakan kedok agamanya untuk menebar jala."
"Eh, sembarangan. Kok aku nggak percaya."
"Perbuatannya sama kayak Lucky dulu Ta. Nyaris dan aku bisa kabur."

Next.
"Gia Mas T gimana?"
"Moms bilang sekarang udah nikah jadi nggak usah tanya dia lagi."
"Yah, keduluan kamu Gia."
"Bukannya keduluan tapi memang dianya udah punya Ta. Orang tua Mas T nggak setuju, maunya dijodohin sama aku. Tapi aku bisa apa Ta. Tuhan berkehendak lain. Udah bukan zaman Siti Nurbaya."

Mereka-merekalah sekumpulan penyebab aku tak bisa mempercayai laki-laki manapun. Jika orang bilang aku tak berusaha lalu apa yang pernah kulakukan itu semua. Pada akhirnya aku hanya lelah, lelah bertemu dengan orang yang salah. Bagiku mereka yang datang hanya ingin bermain-main saja. Aku sudah menarik orang-orang yang salah masuk ke dalam hidupku tapi mereka maha benar bilang enak terlahir menjadi anak pengusaha Hutama, dikarunia paras cantik. Mereka bilang cantik-cantik tapi nggak laku, buat apa kaya kalau tidak punya pasangan. Mereka hanya melihat sisi materi dan fisik tanpa tahu kehidupan yang sebenarnya. Kekayaan bisa merubah siapa saja, tapi kekayaan tidak bisa mendatangkan cinta yang sejati. Kekayaan dan paras wajah justru adalah sebuah kekurangan yang berimbas dimanfaatkan.
Diusia 30 tahun aku hanya bisa menatap Tata menggendong bayi mungilnya. Wajahnya terlihat bahagia. Tiba-tiba wajahnya serius menatapku.
"Gia kau sudah 30 tahun. Jangan kau pukul rata lelaki yang ingin mendekatimu. Anggap saja dulu kau sedang sial. Tapi percayalah pasti akan ada akhir dari kesialan itu. Kau sudah banyak belajar dari kesalahan memilih dimasa lalumu. Kau sudah terlatih sekarang. Pasti Tuhan akan mengirimkan padamu seseorang yang bisa memahamimu, dia yang bisa menerima kamu apa adanya bukan karena orang tuamu tapi karena inner beauty kamu. Betapa susahnya menjadi seorang kamu yang masih berdiri sekarang tapi aku percaya akan ada saatnya nanti bersama the one. Aku turut prihatin dengan kisah kamu. Kudoakan kebahagiaan untukmu selalu. Happy Birthday sahabatku Gia."
Bukan pertama kali kudengar kata-kata Tata itu. Semakin bertambah usiaku semakin aku tahu kehidupan ini sangat berliku. Seperti naik roller coaster. Kita tidak pernah tahu akan seperti apa, bagaimana lintasannya. Kita hanya perlu naik dan roller coaster pun berjalan. Jika takut tutuplah matamu anggap tak melihat dengan begitu kita hanya tahu apa yang ingin kita lihat saja. Pengalaman naik roller coaster berbeda-beda ada yang terlihat senang, pucat, ketagihan atau bahkan ada yang tidak mau naik lagi. Kadang kehidupan seperti itu tergantung kita yang menjalaninya. Tak bisa dibandingkan dengan yang lain.
Akhirnya si pengecut ini hanya bisa berkata sudahlah terima saja nasib ini. Tak bisa percaya orang terkadang karena memang orang yang kita temui itu tidak bisa dipercaya. Seperti kata Tata hanya karena kita bertemu orang yang salah bukan berarti semuanya yang akan datang juga salah.
Ada yang diuji dengan ekonomi, keluarga, pekerjaan, cinta bahkan ada yang tak cukup satu variabelnya. Kerjakan saja ujian hidup kita. Semoga lulus masing-masing karena kita tidak pernah tahu apa di depan sana yang menanti kita. 
Begitulah cerita hidupku tentang cinta dan aku tidak menyalahkan takdir atas pertemuanku dengan mereka-mereka yang telah menghilangkan kepercayaanku. Aku Gia Indri Hutama berdoa semoga semua makhluk berbahagia.

---‐---------------------
Bila ingin hidup damai di dunia
Bahagialah dengan apa yang kau punya
Walau hatimu merasa semua belum sempurna
Sebenarnya kita sudah cukup semuanya
Bila dunia membuatmu kecewa
Karena semua cita-citamu tertunda
Percayalah segalanya telah diatur semesta
Agar kita mendapatkan yang terindah
Impianmu terbangkanlah tinggi
Tapi selalu pijakkan kaki di bumi
Senyumlah kembali, bahagiakan hari ini
Buatlah hatimu bersinar lagi
Bila ingin lebih damai di dunia
Berbagilah bahagia yang telah kau punya
Kini hatimu terasa semua lebih sempurna
Karena kau hidup dengan seutuhnya
(ADERA)




This post first appeared on CERPENIK, please read the originial post: here

Share the post

Bukan Takut Mencinta Hanya Lelah Saja

×

Subscribe to Cerpenik

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×