Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Awakening

Tags: kamu tuhan sudah


"Put, Bayu Sudah on the way?" tanyaku saat ragu akan berangkat meeting.
"Katanya sudah sampai parkiran. Tapi kok lama," jawab Putri yang bersiap-siap pergi.
"Sorry, telat. Bannya rewel. Sudah siap semua. Nggak ada yang ketinggalan?"
"Yang ketinggalan Kamu, Bay," celetuk Putri.
"Ya, maaf. Tadi malam lembur. Ini bahannya sudah siap tinggal presentasi."
Tiba-tiba intuisiku bicara untuk menyerahkannya pada mereka berdua.
"Berhubung Bayu sudah datang yang berangkat kalian berdua."
"Nah, nanti siapa yang persentasi?"
"Kamu bisa, Bay," kataku seraya menepuk bahu.
"Panggilan darurat, Bos?" tanya Putri.
"Feelingku berkata hari ini kita yang menang tendernya."
"Aamiin."
"Sukses kalian berdua. Hati-hati. Tetap tenang, relaks. Goal kita penting tapi jangan memaksakan diri."
"Ok. Siap. Kita berdua berangkat."
Akupun kembali duduk di kursi. Kantor sepi. Hari ini tidak seperti biasanya aku belum bermimpi meskipun sudah terlelap. Waktu menunjukkan pukul 11.22.
Aku berdiri membuat kopi dengan seduhan air dari dispenser. Kulihat dari jendela ada anak remaja yang berjalan cepat seraya menutup telinganya.
Tiba-tiba kode angka yang kutunggu muncul di sebuah acara televisi. Aku meletakkan kopiku di meja dan berlari mengejar remaja itu.
"Hei, jaket biru!" panggilku tapi anak itu semakin mempercepat jalannya. Akhirnya aku berlari menghampiri dan berhasil menghentikannya.
"Tunggu!"
"Siapa? Ada urusan apa denganku? Aku dilarang berbicara dengan orang asing."
Aku tertawa. Keras juga anak ini. "Apa suara laki-laki itu yang menyuruhmu mengabaikanku?"
"Tidak ada siapa-siapa di sini," jawabnya.
"Lantas mengapa kau tutup telingamu dan berjalan cepat? Apa bukan karena suara ramai itu yang mengganggu?"
Wajah remaja itu terheran-heran.
"Ikutlah ke kantorku. Aku bukan orang asing," ajakku.
"Kau ingin menculikku?"
Aku tertawa. "Apa aku terlihat seperti penculik?"
"Tidak sih."
"Lalu kau akan menolak ajakanku? Baiklah supaya aku bukan seperti orang asing di matamu maka kuperkenalkan diriku. Aku Ari. Kau baru saja melewati kantorku," kataku seraya mengulurkan name tag.
Remaja itu masih diam.
"Ikutlah denganku. Wajahmu terlihat pucat. Mungkin kau butuh beristirahat sejenak di kantorku. Aku punya sesuatu untukmu."
Akhirnya luluh juga remaja yang belum memperkenalkan namanya itu akhirnya ikut denganku.
"Aku Abi. Masih SMA."
"Dan kau membolos sekolah. Kau berjalan cepat agar tak terlihat gurumu," tebakku. "Dan aku tahu alasanmu membolos itu," lanjutku.
"Menurut kakak apa alasanku?"
"Suara itu mengganggumu bukan? Kau pasti baru-baru ini mengalaminya? Ketika di kelas kehilangan konsentrasi karena mereka mengelilingimu. Mereka pikir kamu bisa merasakan kehadiran mereka. Ditambah energimu memancarkan ketakutan menjadi santapan mereka. Kau pikir kau gila dan semakin tidak bisa menceritakannya pada orang lain."
"Bagaimana kakak bisa tahu?"
"Intuisiku yang mengatakannya. Suara laki-laki yang kau dengar itu menyuruhmu untuk tenang dan jangan takut."
"Kenapa? Ada apa denganku? Kenapa tiba-tiba saja terdengar? Bagaimana aku tidak takut? Tidak ada orang yang mendengar kecuali aku, mereka mengatakan aku gila halusinasi. Padahal jelas-jelas suara itu keras ditelingaku."
"Sebenarnya tanda-tandanya sudah ada sejak lama hanya kamu yang tidak menyadarinya. Pasti kau sudah melalui banyak hal. Mungkin tidak punya teman suka menyendiri. Tiba-tiba kau intoleran dengan sesuatu. Kepalamu sering merasa pusing. Kau pernah terjatuh. Kau sering melihat kode-kode alam. Bahkan kau merasa begitu dekat dengan alam."
"Bagaimana bisa tahu?"
"Ya aku juga pernah mengalaminya. Awal kebangkitan itu adalah masa-masa sulit jika sendirian. Mungkin karena itu hari ini aku dikirim Tuhan sebagai perantara untuk menyampaikannya. Kau sedang memasuki tahap spiritual awakening. Kemampuan yang terbangkitkan berbeda-beda. Mungkin kau memiliki kekuatan di pendengaran. Tingkat sensitifitasmu akan berkembang perlahan. Kuncinya jangan takut. Semakin kamu takut semakin banyak yang mendekat."
"Mengapa harus aku?"
"Jangan tanyakan mengapa! Karena manusia tidak tahu jawabannya. Hanya Tuhan yang tahu. Tapi kalau boleh menjawab mungkin akan ada tugas baru untukmu. Karena Tuhan akan menitipkan sesuatu pada orang-orang yang Tuhan percaya mampu."
"Maksudnya?"
"Kau sudah melewati proses jungkir balik dihidupmu. Masa kecil yang tidak menyenangkan, orang-orang yang terasa asing denganmu sekalipun itu keluargamu. Kau mencari tahu siapa dirimu, mengapa kau terlahir berbeda. Seolah hidupmu dipenuhi hal-hal yang tidak menyenangkan. Itu yang kumaksud adalah amanah baru setelah digembleng habis-habisan. Tuhan menyatakan kamu sudah pantas, kamu lulus ujian."
Air matanya menetes.
"Aku sangat ketakutan. Aku pikir aku gila. Tidak ada orang yang menerangkan ini padaku. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa. Aku sampai menarik diri dari lingkunganku. Benar aku tidak punya teman. Mereka memandangku aneh dan menjauhiku karena pemikiranku yang tidak sama. Aku sudah berkali-kali minta penjelasan Tuhan mengapa aku harus mengalaminya tapi Tuhan belum memberiku jawaban."
"Menangislah jika ingin menangis. Laki-laki boleh menangis tapi jangan terus-terusan. Karena kamu bukan Takemichi."
Abi mengerti maksudku. Dia sedikit tersenyum saat kubandingkan dengan Takemichi di anime Tokyo Revenge.
"Jadi hari ini kakak adalah jawaban dari pertanyaanku."
"Kau tahu seiring berjalannya waktu kau akan terbiasa dengan suara gaduh itu. Suara memanggil namamu, meminta tolong, suara tertawa dan lainnya. Kau ingat, kau punya Tuhan. Jika kau takut ingatlah selalu Tuhan bersamamu."
Abi terdiam cukup lama memandangi kopi yang kutinggalkan di meja tadi.
"Kau mau minum?"
"Ah, tidak! Terima kasih," jawabnya.
"Bi, ada banyak orang bunuh diri karena mereka tidak sekuat kamu. Mereka itu orang yang putus asa, jauh dari Tuhan saat proses seleksi itu terjadi. Beruntunglah kamu menjadi salah satu orang terpilih. Tapi ingat jangan sombong. Setelah kemampuanmu dibangkitkan bantulah orang yang membutuhkan. Karena awakening itu baru proses permulaan. Nanti bertahap akan diupgrade. Setelah memahami konsepnya kamu jangan menyerah. Tetap semangat menjalani harimu. Abaikan apa yang ingin kamu abaikan. Kerjakan apa yang bisa kamu kerjakan. Lepaskan ego di diri agar kamu tidak merasa berat. Waktumu dan waktu Tuhan, keinginanmu dan keinginan Tuhan berbeda. Ingat itu."
"Iya, Kak. Aku akan ingat kata-kata itu."
"Tubuhmu akan terdampak pada setiap proses pergerakan alam. Contohnya ketika retrograde planet, bulan baru, purnama, gerhana. Kamu harus mencari cara untuk mengatasinya. Jangan kalah pada situasi."
"Terima kasih atas pencerahannya. Apa aku boleh main ke sini jika butuh sesuatu dengan kakak."
"Tentu. Pintu ini akan selalu terbuka. Biasanya orang-orang seperti kamu akan muncul lewat mimpi tapi entahlah hari ini kau muncul sendiri tanpa harus kucari."
Abi bingung.
"Yah, mungkin kau bingung. Tapi itulah pekerjaan sampinganku. Membantu orang yang butuh dikuatkan."
"Sekali lagi terima kasih, Kak. Aku akan pulang ke rumah dan menenangkan diriku."
"Jangan membolos lagi. Jika kau bingung bertanya atau bercerita pada siapa di sekolah carilah guru agamamu. Hanya mereka yang spiritualis yang akan memahamimu."
"Hah?"
"Intuisiku mengatakan begitu. Mungkin beliau bisa membantumu di sekolah."
"Baik, Kak. Aku pamit. Kapan-kapan aku akan main lagi."
"Ya, tentu saja. Hati-hati."
Lelaki paruh baya yang mengikuti Abi menoleh seraya berterima kasih padaku.
Awalnya menyeramkan tapi semakin lama akan semakin terbiasa.
Tiba-tiba ada nenek-nenek muncul di depanku saat berbalik. Sungguh mengagetkan. Nenek itu tertawa dan menghilang.









This post first appeared on CERPENIK, please read the originial post: here

Share the post

Awakening

×

Subscribe to Cerpenik

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×