Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Hari Pertama



Cerita Sebelumnya Pembalasan


"Gi, ayo masuk kelas. Ada razia," kata si jabrik tiba-tiba mengagetkan.

"Serius? Aku pakai sepatu putih lagi," celetuk Ergi sambil garuk-garuk kepala.

Aku dan Sarah saling memandang lalu tertawa dengan kelakuan mereka. Hari ini aku melihat Ergi lagi. Hari pertama masuk setelah di skors seminggu.

Bel berbunyi. Ergi cabut begitupun aku dan Sarah kembali ke kelas. Kudengar hari ini ada razia ke kelas-kelas. Aku tahu suasana kelas akan terasa mengerikan untuk teman-teman yang sepatunya tidak hitam, rok di atas lutut, baju tidak dimasukkan, tidak memakai ikat pinggang dan menyimpan hal tak pantas di handphonenya. Tapi aku baik-baik saja karena aku tak merasa melakukan pelanggaran.

"Selamat pagi. Kalian tahu ini hari apa? Tadi pagi di gerbang bapak lihat ada murid yang melanggar aturan sekolah. Jadi hari ini kita adakan razia mendadak. Tas taruh di atas meja! Satu per satu maju ke depan!" seru Pak Ale.

"Yah!" keluh beberapa anak di kelas.

Wajah teman-temanku terlihat lesu.

Satu per satu maju dari baris kanan depan.

Satu guru menggeledah isi tas, satu guru merajai handphone dan Pak Ale pengamat ulung urusan seragam.

"Fian angkat tangan kamu!" Seru Pak Ale mencurigai sesuatu.

Begitu Fian angkat tangan Pak Ale berdecak. "Ini seragam dari mana? Bagaimana bisa masuk kurang bahan begini. Pusar kamu kelihatan itu. Mau jadi penari ular?"

Seisi kelas tertawa.

"Stop! Jangan tertawa nanti tiba giliran kalian!" seru Pak Ale.

Pak Ale menyerahkan secarik kertas merah ke Fian antrian nomer menuju ruang BP.

"Eci sepatu kamu warna apa itu? Aturannya kan hitam, kaos kaki putih di atas mata kaki. Itu aturan siapa, dari mana. Ini nomer antrian kamu. Selanjutnya maju!" seru Pak Ale menjaring satu per satu murid yang melanggar aturan.

Ada sepuluh anak yang kena jaring laba-laba Pak Ale. Tak bisa kubayangkan pasti Ergi juga kena. Aku jadi ingin lewat depan kelasnya nanti, mengejeknya.

"Baik terima kasih atas kerjasamanya. Yang dapat kartu merah jangan lupa ke ruangan saya jam istirahat nanti. Sekian. Terima kasih."

Begitu Pak Ale keluar, kelas menjadi gaduh.

Ketika Bu Inggit masuk kembali hening.

Tak terasa jam istirahat pertama pun tiba. Sarah mengajakku melihat siapa saja yang terjaring laba-laba Pak Ale.

"Ergi pasti kena ini, Din. Aku ingin hina-hina dia. Puas banget pasti aku," kata Sarah terlihat bahagia.

"Itu Ergi, Din. Kena kan dia. Nggak kaget sih. Emang dia bandel udah langganan di Pak Ale," celetuk Sarah.

Aku hanya tersenyum melihat Sarah puas.

"Eh, Din Din. Baik banget mau lihat aku ke sini," celetuk Ergi begitu percaya diri.

"Jangan ge-er, Gi. Malas banget lihat kamu. Kita mau ke perpus. Ya kali mau lihat kamu. Kamu kan udah langganan antri masuk situ," ejek Sarah.

"Nomer empat belas. Nomer empat belas," panggil suara dari dalam ruangan BP.

"Nomer kamu tuh, Gi," kataku saat melihat kertas merah di tangan Ergi.

"Aku masuk dulu ya, Din Din," pamit Ergi dengan senyum-senyum genit.

"Serah!" ejek Sarah.

Tak lama kami mendengar suara Pak Ale keras. "Alamak! Ergi baru hari pertama masuk setelah di skors sudah bikin ulah. Kamu ini benar-benar murid yang...," teriak Pak Ale.

"Yang teladan, Pak," jawab Ergi.

"Ah, sudahlah! Capek bapak ini sidang kamu. Lagi-lagi kamu. Kalau nggak kamu teman kamu. Kalian ini mau jadi apa nanti?"

"Jadi bapak yang baik buat anak-anak saya nanti, Pak."

Pak Ale pun tertawa.

"Berani benar ya Ergi sama Pak Ale. Parah tuh anak nggak punya etika," ujar Sarah.

"Biarlah, Sar. Itu urusan dia. Ke kantin aja, yuk! Aku lapar," ajakku.

---------------------------
To be continue








This post first appeared on CERPENIK, please read the originial post: here

Share the post

Hari Pertama

×

Subscribe to Cerpenik

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×