Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Menghilang Lagi

Tags: ergi nggak sarah

 


Cerita Sebelumnya Menunggu Pesannya



“Din, Din,” sapa Ergi. “Khawatir ya?” lanjutnya.

Aku diam tak mempedulikan Ergi.

“Selamat pagi! Assalamualaikum. Kalau ada yang salam harus dijawab apa,” godanya. 

“Walaikumsalam,” jawabku ketus.

“Masya Allah suaranya,” pujinya.

Aku menaruh tasku di bangku dan segera keluar kelas.

“Mau kemana?” tanya Ergi mengikutiku.

“Cari tempat ramai biar Nggak ada yang salah paham,” ujarku ketus karena pagi-pagi Ergi sudah berulah.

“Oh iya ya, kalau berduaan yang ketiga setan,” celetuk Ergi.

Aku berhenti dan membalikkan badan. “Gi, mau kamu apa sih?” 

“Aku mau seorang Dina Priska jadi pacarku,” jawabnya tegas.

“Aku sudah bilang nggak. Catat itu.” Aku berjalan cepat ke arah kantin meninggalkan Ergi.

Tiba-tiba Ergi berada di sampingku. “Tak semudah itu Rosalinda, Ferguso tidak akan menyerah.”

“Nggak nyambung.”

Sampailah di kantin aku duduk setelah memesan segelas es teh.

“Aku mau cerita tentang kemarin,” katanya seraya duduk di depanku.

“Aku nggak butuh laporanmu.”

“Tapi aku butuh menyampaikan. Tadi malam kamu terlalu khawatir. Aku senang. Ternyata seorang Ergi bisa membuat Dina Priska panik.”

“Aku nggak panik,” tukasku.

“Oke aku ganti Dina Priska khawatir pada Ergi,” katanya merevisi sembarangan.

“Biasa saja tuh,” ketusku.

“Jadi kirim pesan berkali-kali dan panggilan masuk itu masih belum cukup bukti?” tanyanya menggoda. “Kemarin genk-ku sedang asyik main Playstation tiba-tiba ada kegaduhan. Aku dihubungi Rio. Mau tak mau langsung ke tempat kejadian perkara kebetulan waktu dalam perjalanan ada tawuran di sana. Sumpah aku dan genk Blaster nggak terlibat. Aku ke kantor polisi hanya menjadi saksi. Akhirnya tengah malam aku dibebaskan.”

Entah mendengar ceritanya aku sedikit lega.

“Nanti aku antar les ya?” Ergi menawarkan diri.

“Hari ini aku libur,” jawabku cepat.

“Besok?” 

“Libur juga,” ujarku berbohong.

“Besoknya lagi?”

“Libur.”

“Kenapa libur terus? Ujian bentar lagi lho,” protesnya.

“Bukan urusanmu.”

“Din, aku sudah berhenti merokok.” Ergi melapor.

“Terus?” Aku tak tertarik. "Siapa yang nanya, Gi?"

“Kamu masih nggak mau sama aku? Kalau aku rajin sholat, rajin ke masjid, pindah sekolah kamu masih nggak mau?” Dia memberondong pertanyaan.

Aku menggeleng.

“Yah, berarti tetap tidak ada harapan ya?” keluhnya.

“Sekolah yang rajin, Gi. Nggak usah mikir pacaran,” saranku.

“Iya ya. Nanti kalau jodoh kita ketemu lagi.” Ergi membelokkan kata-kataku.

Sarah mendatangiku ke kantin. Aku sedikit terselamatkan. Melihat Ergi dia menagih janji. “Ergi, katanya kemarin kamu mau traktir aku?”

“Kapan aku bilang begitu?” tanya Ergi sambil mengingat-ingat.

“Pura-pura lupa lagi. Katanya janji seorang laki-laki harus dipegang. Apaan baru janji kemarin sudah lupa,” sindir Sarah.

“Iya, aku ingat semangkok bakso saja kan? Nggak pakai minuman.”

“Pelit banget. Sepaket dong!” ejek Sarah.

“Ye, nglunjak!”

“Ya kan nanti kalau aku haus, aku tersedak. Mau tanggung jawab?”

Ergi meletakkan uang sepuluh ribu di meja. “Ini berhubung hari ini aku sedang baik hati!” ujarnya seraya pergi dan bersiul-siul.

“Itu anak hari ini aneh. Iya nggak, Din?” tanya Sarah mengamati gerak-gerik Ergi.

“Masa bodoh ah, Sar. Ergi juga ngapain diurusin. Sudahlah pesan itu bakso buruan sebelum bel bunyi,” jawabku.

Saat istirahat pertama dan kedua Ergi sama sekali tak terlihat bersliweran. Ia tidak berkumpul dengan genk-nya. Sarah celingukan mencari Ergi niatnya mau berterima kasih.

“Rin, sepupumu sehat?” tanya Sarah.

“Kenapa?” tanya balik Irina.

“Tingkahnya hari ini aneh. Tidak seperti biasa,” jawab.

“Ergi kan memang begitu. Aslinya baik.” kata Rio.

“Ergi serem tahu. Genk-mu juga Rio. Ini misteri yang belum terpecahkan. Seorang Ergi tumben baik sama aku. Bisa-bisanya aku dikasih sepuluh ribu. Buat naik angkot masih sisa ini,” ujar Sarah kemudian. “Serius deh aku jadi kepo ini. Pertama dia jadi baik, kedua jam istirahat begini tidak kelihatan batang hidungnya biasanya ganggu Dina, ketiga tidak bersama genk blaster kalian. Ini kan aneh, ini sangat aneh. Nggak lagi gangguan jiwa gara-gara ditolak Dina kan itu orang?”

Semua tertawa melihat Sarah.

“Sar, kayaknya kamu yang nggak sehat. Kebanyakan drama,” celetuk Rio.

"Sembarangan kamu. Sontoloyo kamu Rio. Sama aja kayak Ergi. Dasar genk candy."

"Udah, Sar. Masuk yuk! Masuk! Darah tinggi nanti kamu," ajakku seraya merangkulnya. 


--------------------------
To be continue












This post first appeared on CERPENIK, please read the originial post: here

Share the post

Menghilang Lagi

×

Subscribe to Cerpenik

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×