Sudah pukul empat sore. Aku mempercepat langkah menuju resto Jangli untuk bertemu tiga sahabatku. Kulihat dari luar mereka duduk di sudut di dekat gemericik air kolam. “Maaf. Aku terlambat busnya lama.” Kutaruh tasku di atas meja tapi tangan Sheryl menyingkirkannya. “Kita pinjam uno stacko saja,” celetuk Sheryl tiba-tiba. “Buat apa?” tanyaku masuk ke dalam percakapan. “Yang kalah harus