Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

FLIM GATOT KACA HARUSNYA BANJIR APRESIASI. ADA TANTANGAN DAN HARAPAN BESAR YANG TERSELIP DI DALAMNYA

Hallo sahabat bacabagus…

Hari ini adalah hari ketujuh film Satria Dewa Gatot Kaca ditayangkan di bioskop-bioskop Indonesia. Berbagai kalangan banyak yang memuji dan mengapresiasi hadirnya Flim superhero ini. Namun, tak sedikit pula yang memberi kritik bernada kurang baik.

Saat agenda gala premiere Flim Ini, di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, bacabagus turut mendengar dengan seksama penjelasan dari Sang Sutradara Hadung Bramantyo dan semua yang terlibat di dalamnya mengenai film ini.

Banyak pernyataan yang dilontarkan. Tapi, ada dua hal yang perlu digarisbawahi. Dengan segala kekurangan flim ini di mata khalayak, ada tantangan besar dan harapan besar yang terselip dalam tubuh flim Satria Dewa Gatot Kaca ini.

Untuk mengawali itu, sebelumnya, bacabagus turut mengapresiasi dengan hadirnya flim ini (pada 9 Juni 2022) setelah dua tahun tertunda akibat pandemi Covid-19. Pastinya banyak sekali proses yang dilalui sampai flim ini benar-benar bisa tayang. Spesialnya, flim ini layak ditonton semua usia. Sekali lagi, semua usia.

Dalam film Satria Dewa: Gatot Kaca, Hanung ingin mencoba untuk mengubah stereotip yang ada di masyarakat. Dia menjadikan film ini berkonsep Yin dan Yang, dimana di dalam hitam ada putih.

“Di dunia nyata kan juga seperti itu. Kita lihat kok kayaknya baik, tapi kok ternyata begitu ya. Ya begitulah, orang tahu semuanya. Itu yang mendasari keinginan saya. Jadi buat apa kita masih harus stereotip?” kata Hanung.

Satria Dewa: Gatotkaca didasari dari tokoh pewayangan Gatotkaca yang menceritakan titisan dari tokoh tersebut. Artinya, Yudha di flim ini adalah sebagai titisan Gatot Kaca yang ditugaskan untuk menjadi pahlawan para Pandawa.

Ia bertekad memproduksi flim ini karena selain entertain, ia juga ingin menjaga sejarah dan budaya Indonesia. Namun, satu persoalan yang menjadi tantangan besarnya adalah persoalan itu saat ini dianggap kurang keren oleh beberapa kalangan muda. Sehingga ia dan segenap tim memutar otak agar ini menjadi menarik.

Hanung memadukan zaman dahulu dan sekarang untuk menghasilkan karya flim yang epik. “Di mata anak-anak mud aini kurang keren. Coba, ketika bilang ‘chakra sudarsana’, kayak nama rektor. Padahal itu azimatnya. Ya, emang itu Namanya. Pakem itu tidak bisa dirubah. Itulah yang harus kita olah agar lebih menarik.”

Hal itu menjadi tantangan besar Sutradara Hanung selain harus berjibaku dengan pandemic Covid 19 saat proses penggarapan flim ini yang seharusnya lokasinya di berbagai tempat untuk membuat kota Astinapura. Namun, karena kendala itu, hanya berpusat di Yogyakarta saja.

Adapun harapan besar yang terselip dalam flim ini adalah, selain berharap bisa diterima masyarakat, ia berharap flim ini mampu mengangkat kelompok-kelompok wayang lainnya. Seperti; wayang barata, museum wayang Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dan lain sebagainya.

“Kalau flim wayang Gatot Kac aini bisa naik dan keren, itu pasti wayang orang-orang itu pasti akan lebih hidup. Jadi, saya berharap doa dari semuanya, agar wayang-wayang yang masih dianggap kampungan itu bisa naik semuanya. Aamiin,” pungkas Hanung disusul terikan Aamiin dan sorak seiisi ruangan.



This post first appeared on Baca Bagus, please read the originial post: here

Share the post

FLIM GATOT KACA HARUSNYA BANJIR APRESIASI. ADA TANTANGAN DAN HARAPAN BESAR YANG TERSELIP DI DALAMNYA

×

Subscribe to Baca Bagus

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×