Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Hirup Debu Batubara Setiap Hari, Warga Panjang Bandar Lampung Mengeluh Batuk dan Sesak Napas

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Warga di Bandar Lampung hingga kini masih mengeluhkan adanya polusi udara yang berasal dari sejumlah stockpile Batubara. Setiap hari warga dipaksa menghirup debu batubara yang masuk ke pemukiman.

Polusi Debu Batubara dari sejumlah stockpile di Bandar Lampung hingga kini masih terus terjadi. Fenomena El Nino berdampak musim kemarau berpanjangan ditambah angin yang bertiup kencang, mengakibatkan debu batubara beterbangan hingga masuk ke pemukiman warga.

Warga di Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung, mengeluhkan adanya polusi debu yang berasal stockpile batubara di wilayah setempat. Setiap hari warga harus membersihkan lantai rumahnya dari debu batubara yang terbawa angin.

Pantauan Kupastuntas.co di lokasi, debu batubara mengotori lantai rumah warga hingga teras minimarket. Tukang parkir minimarket di Way Lunik, Supriyadi mengatakan, debu tersebut berasal dari beberapa stockpile batubara yang ada di wilayah Way Lunik.

"Ada beberapa stockpile batubara di sini bang. Di sekitaran sini banyak stockpile batubara. Salah satunya punya GML (Global Mahardika Logistik)," kata Supriyadi, Kamis (19/10/2023).

Supriyadi mengungkapkan, saat musim kemarau panjang seperti saat ini ditambah angin yang bertiup kencang, mengakibatkan semakin banyak debu batubara yang masuk ke rumah warga dan tempat usaha.

"Tiap beberapa jam harus menyapu terus karena kotor oleh debu batubara. Ini saja bisa dilihat sudah hitam," kata Supriyadi sembari menunjukkan lantai minimarket yang dikotori debu batubara.

Ia mengatakan, setiap hari harus memakai masker terutama saat pergi ke luar rumah atau aktivitas di luar rumah. Hal ini dilakukan karena debu batubara beterbangan kemana-mana ditiup angin.

"Kalau tidak pakai masker ngeri debunya. Takut mengancam kesehatan juga. Karena sudah ada beberapa warga yang batuk-batuk mungkin karena sering menghirup debu batubara ini," ungkapnya.

Ia berharap, Pemda bisa menindaklanjuti keluhan warga yang merasa resah dengan adanya polusi debu stockpile batubara.  "Harapannya agar pemerintah bisa menindaklanjuti masalah ini, karena debu batubara ini sangat berbahaya buat kesehatan,” imbuhnya.

Sutartih, pemilik warung makan di Way Lunik juga mengeluhkan adanya debu batubara yang beterbangan kemana-mana hingga masuk rumah dan tempat usaha.

"Iya nih debu batubara yang tertiup angin menempel di barang dagangan semua. Debu batubara semakin banyak bertebaran sejak musim kemarau panjang ini. Harus rutin dibersihkan, apalagi kemarau ini debunya bertebaran kemana-mana karena angin yang kencang," ucapnya.

Warga lainnya, Rosit juga mengeluhkan banyaknya debu batubara yang masuk ke rumahnya. Dampaknya, lantai rumahnya berubah menjadi hitam karena adanya debu batubara tersebut.

"Sudah dua mingguan ini debunya parah. Lantai rumah saya jadi hitam karena adanya debu batubara yang masuk. Meskipun baru saja dipel tidak lama kemudian pasti warna hitam lagi. Karena anginnya kencang sehingga banyak debu batubara masuk rumah,” katanya.

Ia mengatakan, adanya debu batubara yang masuk rumah ini sangat berbahaya bagi anak-anak kecil khususnya yang masih bayi. “Sudah ada juga yang kena batuk-batuk dan sesak napas karena debu batubara ini. Maunya sih ada upaya dari perusahaan yang punya stockpile batubara agar debu ini tidak terbang jauh-jauh. Sehingga tidak mengganggu warga,” ujarnya.

Lokasi stockpile batubara milik perusahaan ini berada tidak jauh dari pemukiman warga. Jaraknya tidak sampai satu kilometer. Meskipun sudah dibuat jaring-jaring penahan, namun tetap sama masih banyak debu batubara yang masuk ke rumah warga.

Yusuf, warga lainnya di Kelurahan Way Lunik mengatakan, banyak dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya stockpile batubara terutama terhadap kesehatan dan lingkungan. Ia berharap, stockpile batubara yang ada di Way Lunik saat ini ditutup.

Yusuf mengungkapkan, pemasangan jaring untuk mengantisipasi dampak debu dari stockpile batubara itu tidak memiliki fungsi dan pengaruh yang maksimal. Karena debu batubara masih tetap masuk ke rumah-rumah warga.

"Jadi kalau bisa ya ditutup saja kalau cuma bikin resah warga, terus hanya mementingkan kelompok-kelompok tertentu. Sedangkan masyarakat yang merasakan dampaknya,” ungkapnya.

Yusuf mengatakan, jika keberadaan stockpile batubara tidak ada polusi debu yang ditimbulkan, warga setempat tidak akan mempermasalahkannya. Dan sepanjang tidak mengganggu serta mengancam kesehatan masyarakat.

Agus, warga lainnya mempertanyakan kinerja pihak terkait yang terlibat dalam melakukan pengawasan stockpile batubara baik dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) maupun DPRD Bandar Lampung.

"DLH dan DPRD harus punya komitmen untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan dengan keberadaan stockpile batubara ini. Kalau memang nggak bisa nanti warga yang akan bertindak,” tegasnya

Agus mengatakan, sesuai aturan penimbunan batubara minimal berjarak 1 kilometer dari pemukiman warga. Namun kenyataannya kini malah berada di tengah-tengah pemukiman warga.

"Ini di tengah pemukiman warga malah diizinkan, dan kenapa sampai hari ini tidak ada tindakan yang dilakukan oleh DLH dan DPRD. Ini yang membuat saya prihatin. Harus ada langkah konkrit untuk mengatasi persoalan tersebut," ujarnya. (*)

Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Jumat 20 Oktober 2023 dengan judul “Warga Hirup Debu Batubara Setiap Hari”



This post first appeared on Kupastuntas.co - Portal Berita Lampung Terpercaya, please read the originial post: here

Share the post

Hirup Debu Batubara Setiap Hari, Warga Panjang Bandar Lampung Mengeluh Batuk dan Sesak Napas

×

Subscribe to Kupastuntas.co - Portal Berita Lampung Terpercaya

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×