Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya

(Kej 49:29-32; 50:15-26a; Mat 10:24-33)

“Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, Atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia Menjadi Sama Seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."(Mat 10:24-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Benediktus, Abas, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Yesus, Guru dan Tuhan kita, dalam melaksanakan tugas pengutusanNya telah menderita sengsara dan wafat di kayu salib demi keselamatan seluruh dunia seisinya. Maka kita semua yang beriman kepadaNya, sebagai murid-murid atau pengikut Yesus diperingatkan olehNya : “Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya”. Jika dalam melaksanakan tugas pengutusan, atau menghayati panggilan kita harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan derita hendaknya tidak mengeluh atau merasa tersiksa. Derita yang harus kita alami kiranya tidak sebanding dengan yang telah dialami oleh Yesus. St Benediktus yang kita kenangkan hari ini kiranya telah berusaha untuk meneladan Yesus, Guru dan Tuhan, yaitu dengan hidup menyendiri dan bertapa. Maka baiklah saya mengajak kita semua untuk mawas diri salah satu keutamaan hidup beragama atau beriman yaitu lakutapa atau matiraga. Lakutapa atau matiraga antara lain berarti mengendalikan nafsu raga atau anggota tubuh sedemikian rupa sehingga tidak berbuat dosa atau melakukan apa yang jahat, jauh dari aneka macam bentuk keserakahan dan setia dalam hidup beriman dalam Situasi Dan Kondisi apapun. Kita hayati pesan Yesus “Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa, takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.

· "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga."(Kej 50:20-21), demikian kata Yusuf kepada saudara-saudaranya. Yang terbuang telah menjadi penyelamat bagi saudara-saudaranya yang membuangnya, itulah yang terjadi. Apa yang dihayati oleh Yusuf ini kiranya dapat menjadi teladan bagi kita semua orang beriman. Di dalam keadaan damai, biasa-biasa saja mungkin kita tidak tehitung atau bahkan kurang diperhatikan dan dibuang. Penyelamat memang akan berarti dalam situasi dan kondisi yang tidak selamat. Kita semua dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan, maka baiklah kita tidak merasa kecil hati dan takut ketika dalam situasi dan kondisi damai tidak difungsikan atau dibuang, tetapi ketika ada situasi dan kondisi yang tidak selamat kesitulah kita harus tampil untuk menyelamatkannya. Saya yakin di lingkungan hidup dan kerja kita ada sesuatu yang perlu diselamatkan atau dibereskan dan diperbaiki, entah itu perilaku sesama kita atau aneka macam sarana-prasarana. Sebagai orang beriman marilah kita hayati pesan ini :”Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan melalui diri kita yang lemah dan rapuh ini”: kita semua dipanggil untuk senantiasa berbuat baik dalam situasi dan kondisi apapun dan dimanapun. Kita cermati dan perhatikan mereka yang mungkin kurang makan dan minum untuk kebutuhan hidup sehari-hari, sambil berkata “Aku akan menanggung makanmu, dan makan anak-anakmu juga”

“Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!” (Mzm 105:1-4)



This post first appeared on Super Komplit, please read the originial post: here

Share the post

Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya

×

Subscribe to Super Komplit

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×