Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Bunga pengkolan




===============================PART 1===================================

Assalamualaikum Wr, Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT dan semoga tercurahkanlah segala rahmatnya kepada kita semua..
tak lupa bershalawat kepada baginda nabi Muhammad SAW semoga termasuklah kita dalam safaat beliau kelak

tak lupa syukur atas nikmat Tuhan yang begitu besar atas segala pengalaman dan cerita yang luar biasa yang telah saya alami
biasanya saya memasukan cerita motivasi dalam note facebook pribadi saya.mulai hari ini saya masukan juga disini semoga bisa menjadi pelajaran
dan memotivasi kita selalu menjadi pribadi yang lebih baik.
========================================================================

26 Oktober 2018...
Angin terdengar tak bersahabat, tertetes titik-titik kecil air di kening membuat suasana jalan menjadi tak terkendal, terlihat orang2 berlari menyelamatkan diri dari serangan halus air yang jatuh dari langit, kendaraan yang berpacu lebih kencang dari biasanya, tak mau peduli lagi dengan keadaan sekitar waktu pun menunjukan angka 18.25 di arloji silverku kesayanganku yang sedikit berkarat menandakan malam telah semakin pekat

ku persiapkan motor bututku bersiap untuk kembali menjalankan rutinitas di salah satu bimbingan belajar, motor pun ku pacu menuju tujuan berikutnya,
lampu jalan terkadang menyilaukan mata begitupula embun-embun air yang jatuh membasahi tangan dan angin yang meniupkan debu berterbangan yang terkadang
bersinggungan dengan mata.

tak ada kompromi lagi terhadap langit, kali ini air turun bagaikan peluru karet, memaksa diri untuk menepi, dalam air yang telah bercucuran, jarak pandang pun semakin menipis, lampu jalan pun terlewati satu persatu,airpun seakan tak mau bersahabat lagi menyerangku dengan beribu pasukannya, namun kasat terlihat di kejauhan cahaya remang2 di pinggir jalan, disanalah ku berhenti mencoba menyelamatkan diri, ternyata hanya sebuah gerobak pengkolan yang menjual jajanan khas yang banyak di nikmati bocah-bocah hingga kaum milenial sekalipun termasuk saya pribadi adalah penikmat jajanan pinggir jalan ini.

ku teduhkan motorku, dan melepas helmku tersentak ku terkaget dengan suara yang memecah alunan suara hujan, "Pak....Tidak pesan?"
kualihkan mataku menuju sumber suara tersebut dan kupandang dengan seksama seorang anak kecil berjilbab yang menawarkan dagangannya
"ah tidak dek" ku menolak karena perutku yang kurasa masih penuh. " Enak loh pak" katanya memotong percakapan yang hendak kulanjutkan, membuatku terdiam sejenak, kulihat di sebelah kanan anak itu seorang laki2 sebaya sedang membereskan sampah dari dagangannya. terlihat lampu flash di langit berulang2, ku pandangi keadaan sekitar yang membuatku mengerti bahwa hujan ini tak akan berhenti begitu dengan cepat."Boleh deh saya pesan 10rb yang pedas ya" ujarku dan disambut dengan cepat "ok ditunggu pak"

Kuperhatikan setiap gerak geriknya, dulu juga sempat terbesit dalam pikiranku untuk memulai usaha ini, saya melihat usaha ini dapat berkembang dengan sedikit improvisasi, sehingga kuperhatikan setiap langkahnya menggocok adonan telur hingga menggoreng, semua dilakukan oleh gadis kecil ini dengan gesit, sesekali ku melirik kearah laki2 di sampingnya yang terdiam pula ikut melamun, dalam hatiku terbesit, ini bukan pekerjaan yang harus dilakukan anak sekecil ini selagi itu berbahaya dan juga menyita waktunya untuk belajar dan bermain, mengapa bukan laki-laki itu yang melakukan pekerjaan ini,gumamku dalam hati dan kumulai obrolanku dengan gadis ini" siapa namanya dek" dia menjawab " saya azhara klo bapak?" pikirku anak sekecil ini bagaimana bisa berkomunikasi dengan sangat baik, "saya fahmi, azhara tau nda arti namanya apa?" dia sontak menjawab "padang pasir kan pak yang tandus itu" aku pun tertawa "bukan2....artinya bukan itu..itukan sahara" terlihat dahinya mengkerut mendengar sanggahanku " mau tau artinya?" ku bertanya balik kepadanya memancing rasa ingin tahunya yang kuyakin lebih besar dibandingkan orang yang telah baya... terlihat dia mengganguk dengan cepat sambil tangannya bergerak lihat menggoreng dan mengadukan adonannya dengan beberapa telur. "Azhara itu artinya bunga" terlihat dia kembali mengangguk "kamu suka bunga apa zahra?" dia terlihat berpikir "bunga teratai karena dia bisa hidup di air" belum sempat ku bertanya alasannya dia sudah menjawabnya. tiba2 laki2 yang disampingnya berdiri "mau dibungkus pak?" katanya kepadaku "tidak usah pak, saya ingin makan dsini sambil menunggu hujan reda kataku kepadanya, anda bapaknya?" ku bertanya, iya katanya samar2 terdengar,  tangannya gemetaran membuat ku fokus memperhatikan setiap geraknya, lalu zahra menaruh segala jajanan yang telah kupesan di piring yang kemudian diangkat oleh bapaknya hendak memberikannya kepadaku, kemudian kuperhatikan zahra memperhatikan gerak ayahnya dengan cemas, membuat aku semakin bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, tangannya gemetaran mengangkat piring yang berisi jajanan ringan yang bahkan tidak mencapai 100 ons, tiba2 jatuhlah semua jajanan itu kelantai begitu pula sang ayah yang tersungkur ke tanah, dengan tanggap respon kutangkap tangan ayahnya berusaha menahannya agar tak jatuh, dan zahra segera membersihkan jajanan yang telah jatuh ketanah itu. "maaf paman nanti saya ganti yang baru" ku katakan kepada zahra "tidak apa2, tidak usah di ganti. biarkan saja." kemudian terdengar sayup suara si ayah meminta maaf juga, ku tepuk bahunya memberi isyarat kalau semua baik2 saja, tidak perlu meminta maaf. "tidak apa2 mungkin hujan jadi licin" terdengar hujan semakin deras ditemani angin kencang yang terkadang berhembus ke wajahku. "temani saja saya bercerita, hitung2 sambil menunggu hujan" ujarku. terlihat mata mereka yang sayup menandakan rasa putus asa yang besar, entah mengapa aku bisa merasakannya...


apa bapak baik2 saja " tanyaku singkat kepada bapak yang terlihat gemetaran itu, "tidak apa2 pak" katanya kemudian menunduk terlihat juga zahra anak yang terlihat ceria di awalnya ikut tertunduk, sempat hening tiba2 zahra meneteskan air mata dan menangis, langsung memeluk sang ayah. dalam hatiku berkata anak ini pasti telah mengalami masa-masa yang sulit. "zahra kenapa menangis" tanyaku cemas kepadanya.. "ayah mau pergi..zahra gag mau sendiri!!!" ucapnya sambil terhenti terisak2 karena tangisnya. langsung ku alihkan pandanganku ke ayahnya, kusoroti matanya tajam menyampaikan isyarat ingin tahu apa yang terjadi. "perkenalkan saya triono, saya penderita GBS pak" menjawab tatapan mataku kepadanya "GBS apa pak?penyakit keras kah?"tanyaku kemudian dibalas anggukan kepalanya mengiyakan pertanyaanku. "saya didiagnosis 2 bulan yang lalu" kembali menjawap, namun aku masih diam menunggu jawaban yang bisa lebih memuaskan batinku. "saya di vonis dokter terkena penyakit kelainan jantung, semua urat syaraf saya mengalami kemunduran fungsi, begitupun suara saya yang semakin hari makin tidak jelas terdengar" kali ini ku mengangguk mendengarkan penjelasannya dan membuatku sadar dan mengerti mengapa suaranya begitu kecil dan susah terdengar." kata dokter semua syaraf saya akan melemah seiring hari bertambah, ujungnya yah saya akan lumpuh total pak" terlihat dia tersenyum kecil kepadaku, "yang sebulan atau dua bulan mungkin" katanya membuat mataku terbuka lebih lebar, jantungku berdegub mulai tak beraturan, ditemani suara hujan yang tak lagi berirama."dah sebulan ini saya di nafkahi anak saya dari hasil jualan ini pak, gerobak ini juga hasil pemberian kakeknya yang juga telah tiada." batinku makin tak karuan bagaimana anak berumur 12 tahunan ini melakukan ini semua,"rumahnya dimana pak" ku bertanya "ini rumah kami" sontak pertanyaanku di jawab oleh zahra. disambut oleh ayahnya kembali menjawab "yaaa inilah pak..jalanan dan gerobak ini rumah kami" bapak itu memberikan penjelasan "semua harta dan rumah kami telah di jual untuk pengobatan saya yang berujung nihil" sungguh benar2 keadaan yang tragis yang pernah ku dengar selama ini. istri bapak kemana? tanyaku.. dibalas senyum terlihat jelas dari gestur bibirnya yang masih bisa kuperhatikan, "dia sudah meninggalkan kami berdua..di di dia" tiba2 dia menangis tak kuasa membendung kesedihan atas keadaannya. tanganku memegang bahunya menunjukan rasa prihatinku dan memberikan isyarat kepadanya untuk tetap kuat."di di dia meninggalkan kami" kembali terputus perkataannya karena isak tangisnya. lengkap sudah suasana kesedihan ini di tambah suara guntur di langit yang menambah bumbu2 kesedihan ini.kembali ku tepukan tanganku mencoba mengatakan semua akan baik2 saja.

jujur saja malam itu pun membuatku bingung,ku berharap mendapatkan solusi terhadap situasi ini. kembali ku pandangi kembali zahra si bunga yang selalu menemani sang tangkai, dan sang ayah yang berasa pasrah terhadap keadaan, dalam sekejab Allah yang maha kuasa pun memberikan jalan untuk mereka berdua. zahra gadis pengkolan telah mendapatkan kesempatan pendidikan yang lebih baik, dan sang ayah yang bisa menerima pengobatan yang lebih layak.
mau tau kelanjutan ceritanya...bersabar ya dilanjutkan ke part 2



Part 2 = Pengkolan menjadi emas
...
IG:@Luppiespy



This post first appeared on LuPpI3 D BLoGs, please read the originial post: here

Share the post

Bunga pengkolan

×

Subscribe to Luppi3 D Blogs

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×