Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Dear Cinta,


Mungkinkah Kau tahu semua isi hatiku?
Jika kau menginginkan seseorang yang baik, memang pantas jika kau tidak menunjukku. Cukuplah kebaikanku seperti apa yang kau kira. Tiada yang perlu aku banggakan hanya untuk satu hati, bahkan beribu hati. Aku sama sepertimu sebagai manusia biasa, menginginkan makan dan minum, butuh dihargai, dicintai, dan dipedulikan apa yang menjadi keinginginanmu. Akupun terlahir dengan sebuah keyakinan, keyakinan yang baik bagi sebagian orang dan keyakinan yang tidak dipilih bagi sebagian lagi. Keyakinan kepada Tuhan, keyakinan untuk hidup, keyakinan untuk berhasil, dan keyakinan untuk menjadi manusia yang bermanfaat.

Mungkinkah kau sadar dengan jalan pikiranku?
Adanya perbedaan alasan untuk memilih. Siapa yang akan aku pilih jika semuanya itu sama? Dan yang berbeda harus aku samakan? Memang ada, tapi sama pada suatu hal. jika mereka sama dengan mereka yang gila. Apakah mereka setuju? Ketika kau menuntut persamaan itu semestinya ada, tidakah kau temukan dalam diri saya? Aku memikirkanmu, aku membayangimu, aku berprasangka padamu…pernahkah kau berpikir, terbayang, dan menyangkaku yang akhirnya kau berharap tidak ingin lepas dari kehidupanku? Mungkinkah itu?

Apa yang kau lihat tentang aku?
Usiaku memang tak setua bumi, masih perlu mencari kematangan dalam hidup. Tumbuh dengan sejuta impian, dan berharap berbuah kenyataan. Aku bukanlah hantu yang bersuara tanpa berwujud fisik. Mungkin semestinya aku rela, mencintaimu tanpa perlu kau melihat siapa aku? Tangisku karena rindu yang tak bisa kau dengar, kelamku karena tak bisa menyentuh hatimu. Apakah cinta ini dosa untukmu? Mungkin benar berdosa, jika rasa cintaku ini sebuah kekhilafan yang seharusnya tidak ada?

Apa yang kau dengar sama dengan apa yang kau lihat tentang aku?
Dulu aku tidak tahu, kenapa burung merpati yang lebih besar dari genggamanku, Nampak kecil saat dia terbang jauh di awan. Bagaimana ini bisa terjadi? Orang yang tahu, mengajariku mengapa itu bisa terjadi, aku hanya cukup mendengarkannya. Dan apa aku puas dengan semua itu. Bagaimana jika aku terbang bersamaan dengan burung merpati, apakah akan sama antara yang aku dengar dengan yang aku lihat? Bagiku tidak cukup menilai sesuatu hanya dengan apa yang dilihat atau didengarnya. Terkecuali bagi seseorang yang sudah menaruh kepercayaan terhadapnya. Iya tentu, kau tak akan mengikuti perkataan seorang dokter, kalau kau tidak menyimpan rasa percaya kepadanya. bagaimana mungkin hati ini tenang, kalau pintaku pada Tuhan penuh keraguan? Asked? Asked? Asked to myself? Kapan kau mau mempercayaiku dengan pendengaran dan penglihatanmu  sendiri?  Bukan dari yang lain.

Apa yang sebenarnya kau temukan dari diriku?
Ini tidaklah sama seperti aku yang tengah berjalan, lalu kutemukan bingkisan yang tidak aku ketahui pemiliknya. Karena bukan suatu yang hilang yang aku cari, tapi yang bersembunyi. Aku yakin, Tuhan itu ada dan tidak pernah hilang, aku yakin, cinta itu ada tapi bersembunyi sebagai rahasia dibalik rahasia. Dan aku menyerah disaat belum menemukannya, karena itulah aku membuatnya seakan hilang. Jika kau sebagai Insan yang tahu, mengapa kau tak mau mengajariku? Jika kau kini mengaku tak mengerti, tidakkah kau menginginkanku untuk saling berbagi denganmu? Berbagi yang belum aku tahu, dan berbagi yang belum kau temukan. Karena sampai kapanpun aku tidak bisa menjadi manusia yang sempurna, tapi berharap belajar berbagi dengan cara yang sempurna.

Siapa sebenarnya seseorang yang lebih kau pedulikan dibalik aku ingin memperpdulikanmu?
Seandainya kau bertanya, “Apa yang akan kau pedulikan dari diriku?” kau tidak perlu mengurusku agar bahagia. Aku cukup dengan kehidupanku sekarang”. Mungkin ini sulit bagiku untuk menjawabnya. Apa yang bisa aku pedulikan? Apa akan cukup rasa cintaku hanya ditunjukan dengan rasa kepudilian, hingga aku peduli tidak memilikimu? Mengenalmu? Menyapamu? Tersenyum untukmu? Semua kembali seperti sedia kala dimana aku tidak pernah melihatmu, mendengar namamu, dan bermimpi kau menjadi milikku. Seperti inikah cinta yang kau inginkan? Mencintai lalu melupakan?

Dari mana kau ingin memulai kehidupan, tanpa sedekit rasa cinta yang kau berikan pada sesuatu?
Aku tidak akan mengatakan bahwa kau orang yang tidak memiliki cinta. hanya dikarenakan kau tak pernah bisa mencintaiku. Entahlah, Cuma kau yang tau untuk siapa rasa cintamu sebenarnya. cinta untuk siapa, karena apa, untuk apa. Hai, apa lagi yang ingin kau tuntut? Katakan, katakan dengan kemuliaan bahasamu, kesantunanmu sebagi insan. Tunjukan yang ingin kau miliki, agar aku bisa memberikannya untukmu. Kekayaan dari kesederhanaankukah? Kepandaiaan dari kebodohankukah? Kebagusan dari keburukankukah? Iya, dengan ini kau bisa memberikan cinta untuk memulai sesuatu. Memulai dengan kesempurnaan. Aku akan menangis jika melihatmu seperti ini, bertatap dengan ketidakberdayaanku, Asked? Asked? Asked to myself?. “Apalagi yang belum dia dapatkan? Hingga beratus kali aku mengulang dan tak mendengarkan hatiku berbisik, “Hai, Apalagi yang belum kau berikan?” Apa hidupmu akan kau isi dengan menuntut dan menuntut? Katakan, “aku manusia yang punya cinta, cinta yang akan aku bawa untuk memulai hidup dengan memberi bukan banyak menuntut.”

Kenapa kau tidak memberikan kesempatan pada seseorang yang ingin minta kau ajari? Kau ingin mengajariku? Apa yang akan kau ajarkan? Kenapa tak diriku saja yang mengajarimu? Atau apa kau ingin menungguku sempurna agar mampu mengajarimu tentang hidup dan cinta?
Mungkin, kau tak sedang menungguku menjadi sempurna, tapi menanti dirimu sendiri menjadi sempurna, dan berharap yang sempurna bisa kau dapatkan, tanpa perlu menunggu yang tidak sempurna menjadi sempurna untuk dicintai bahkan dimiliki. Aku coba ‘kan mengerti semua yang menjadi kemauanmu, tapi bukan karena cinta ini, justru karena aku siapa kau, aku bukan milikmu, kau pun tak mau jadi milikku. Jika kau mengartikan cinta seharusnya bisa mengerti kemauan, bagaimana penerimaanku melihatmu dengan kekeliruanmu, perasaanmu untuk orang lain, apa aku akan membiarkannya? Cinta bukanlah seharusnya tapi bagaimana kita bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kau sendiri pernah mengatakan?. Aku mencintaimu, kau perempuan-aku laki-laki, aku ingin memilikimu karena aku memang cinta, cinta karena kenormalanmu sebagai manusia. Coba kau Tanya padaku, “Apa yang kau pilih dari wanita hingga kau suka padanya? Jika aku jawab, “Otaknya.” Lalu kau membalasnya, “Oh iyah, bagaimana jika wanita itu tidak memiliki tubuh seksi?” Apa kau akan tetap melihat otaknya, sampai kau mau mencium dan memeluk otakku?”. Cinta memang tidak jatuh pada satu persoalan. Banyak hal yang perlu dipikirkan dan dipelajari. Yang aku tahu dari kamu, kau pintar, tahu agama, murah senyum, ini yang membuat aku merasa kurang disisimu jika harus bersanding pada satu ikatan. Aku hanya mau, kau bisa salurkan kelebihanmu untuk melengkapi kekuranganku. Mengajariku mana-mana yang belum aku ketahui, bukankah itu mulia untukmu?

Kapan kau bisa butuh aku, dengan latarbelakangku yang berbeda?
Perubahan tidak terjadi begitu saja, ada proses yang selalu mengikutinya. Maukah kau sabar melewati proses itu atau menyerah? Cukup mudah menerima perubahan, tapi sulit membawa perubahan itu. Rasa butuh pasti ada pada setiap manusia. Saat ini kau mungkin tidak butuh makan, karena kau sedang tidak dalam keadaan lapar. Berberapa saat kemudian, kau merasa lapar, lalu kau mencari sesuatu untuk kau makan. Kebutuhan tidak terletak karena ketiadaan, tapi karena keadaanmu yang menjadikannya ada kebutuhan. Mungkin ini sebabnya, keadaan sosialmu berbeda dengan keadaan sosialku. Aku butuh kasih sayangmu, tapi kau tak butuh kasih sayangku. Apa yang sebenarnya kau butuhkan, cinta? kemewahan hidup? Keindahan dunia dengan kekuasaanku? Kebaikan budi dengan keangkuhanku yang tidak kau mengetahuinya? Aku akui, aku tidak sanggup jika kau menuntutku untuk memenuhinya?

Bagaimana pendapatmu,

Apakah kau menginginkan kesamaan itu sebagai hal penyatu? Apa masih bisa kau jalankan dinamika hidup dengan kesamaan? Kau tunggu dengan melamun , berharap malam datang menggantikan siang. Kenapa kau berharap malam jika semestinya siang bertemu dengan siang sebagai kesaamaan yang kau inginkan. Entahlah, “siang” apa yang kau inginkan untuk “siang” yang sudah ada?
Semoga kau bahagia denga hidupmu….@¿-


 Sumber Gambar : nourishing-the-soul.com


This post first appeared on Penalesia, please read the originial post: here

Share the post

Dear Cinta,

×

Subscribe to Penalesia

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×