Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Jalan-Jalan Sehat, Melihat Kangean dari Dekat

Awalnya saya tidak menyangka bahwa alun-alun Arjasa menjadi pusat kegiatan Masyarakat Kangean. Sebab, saya pikir masyarakat di Pulau Kangean ini tidak peduli dengan olah raga. Ternyata tidak. Prediksi saya di luar espektasi.

Justru sebagian besar masyarakat yang tinggal ke kecamatan Arjasa ini berbondong-bondong memadati jalan yang melingkari alun-alun. Memang, tidak semua orang berjalan kaki atau jogging. Ada pula yang naik sepeda angin atau sepeda pancal. Bahkan, tidak sedikit yang memarkirkan mobil dan sepeda motornya, lalu mereka menikmati suasana sejuk di pagi hari.



Seperti kebiasaan saya, jeprat-jepret untuk mengambil gambar dari kamera gawai, tidak bisa dihindarkan. Meski sedikit agak risih (seba dilihat banyak orang), saya cuek saja. Saya menganggap saja seperti orang kota baru tiba di pedesaan.  Sehingga seperti kagum suasana lingkungan sekitar dan mengabadikannya.

Saya kira, memang satu-satunya yang menulis artikel sambil berjalan santai mengelilingi alun-alun. Jadi, kalau pejalan lainnya fokus dengan jalan dan gerak berolah raga, saya sibuk menulis artikel ini. Ini bagian dari keasyikan berada di pulau ini.

Tidak salah jika pulau ini dijuluki pulau cukir.

Mengapa dijuluki pulau cukir? Menurut banyak sumber bacaan, dulu pulau Kangean ini terdapat ribuan ayam bekisar. Ayam bekisar ini merupakan ayam hutan yang memiliki kekhasan tersendiri. Baik bunyi, bentuk dan kondisi fisik lainnya. Sehingga, ayam ini sebenarnya banyak dicari orang. Selain memiliki keunikan tersendiri, juga bisa sebagai hiburang di rumah.

Ternyata tidak hanya ayam cukir. Di pulau ini memiliki budaya, tradisi, makanan dan kearifan lokal lainnya yang beragam. Nah, fakta lain yang tidak kalah menakjubkan, ternyata saya baru menyadari bahwa dari hitungan waktu otomatis di HP, pulau Kangean masuk wilayah Indonesia bagian tengah. Jadi, beda satu jam dengan kota Sumenep. Sungguh, saya terkejut. Hal ini diketahui sejak beberapa kilometer sebelum kapal sandar di pelabuhan.

Fakta unik lainnya, ternyata meskipun masuk.wilayah kabupaten Sumenep, masyarakat di Kangean juga memiliki bahasa yang khas. Saya menyebutnya bahasa Kangean. Memang setiap orang memiliki idiolek berbeda. Namun, dialek bahasa Kangean sepertinya sama. Tindak tutur masyarakatnya (menurut amatan sederhana saya), relatif sama dan khas. Fakta inilah yang membedakan antara bahasa Kangean dengan bahasa daerah lainnya, termasuk bahasa Madura.

Kemudian, fakta unik lainnya sungguh mengagumkan. Yakni, ternyata suku masyarakat Kangean cukup beragam. Orang yang saya jumpai, berasal dari Jawa, Madura, Kangean sendiri, dan lainnya. Bahkan, informasi dari sahabat guru, juga ada suku dari oseng Banyuwangi, Bajo, Bugis dan lainnya. Ini menunjukkan bahwa kondisi masyarakatnya majemuk. Namun demikian, semua masyarakat tampak selaras dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Misalnya, terdapat masyarakat pendatang yang memiliki restoran. Ternyata sangat diminati oleh masyarakat lokal. Meskipun masakannya ala Jawa, justru ramai dikunjungi pembeli. Demikian juga para ASN, banyak juga yang berasal dari luar pulau Kangean. 

Nah, pagi ini menjadi pagi cukup istimewa. Selain saya bisa jogging, juga bisa menikmati antusiasme masyarakat Kangean berolah raga. Tidak itu saja, bahwa di Kangean ini juga ramai berolah raga badminton dan sepak bola.

Tidak saja sehat ketika jogging di pagi hari. Namun, inspirasi juga terbentang luas. Baik untuk ditulis maupun dijadikan sebagai pengalaman hidup. Ayo ke Kangean. 



This post first appeared on Kata Bintang, please read the originial post: here

Share the post

Jalan-Jalan Sehat, Melihat Kangean dari Dekat

×

Subscribe to Kata Bintang

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×