Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Antilla Hearst Castle di Sudut Desa

By Elly Kusuma


Antilla Hearst Castle di Sudut Desa


Cerah gerai matahari pagi
Sejumput ramah di sudut tepi
Lukis nama kecil menyambut
Pergi jauh jejak jejak jati diri

Kau boleh memanggilku anak kecil
Tumbuh di tong sampah kemiskinan
Namun sejangkalpun jangan halangi langkahku
Mengepak sayap luas di bumi Tuhan

Dari dua puluh lima tahun lalu
Kaki kecilku memginjak rantau
Membudi daya harapan dengan pupuk kejujuran
Membelah samudera merangkul lautan

Masih tertata rapi dalam ingatan
Betapa tuan menuding rendah
Tinggi sekali menepuk kesombongan
Memakiku seribu kali dalam umpatan

Aku bersabar kala itu
Karena aku yakin Tuhan bersamaku
Kali ini tuang jangan menyangkal
Hinaan tuan kala itu bukan guyonan

Hari ini sikacung kembali
Menata strata yg pernah kau kerdilkan
Aku hias lumut kerak menjadi lantai Antilla
Membongkar bilik menyulap nya menjadi bilik Hearst Castle

Aku sempatkan menjengukmu tuan
Apakah kau masih bersama keangkuhanmu
Lamborgini melaju dengan perkasa
Menujumu ucapkan salam perjumpaan

si kacung berdiri di depan pintumu
Menyapamu dalam ketidakberdayaanmu
Menunggu tentara
Tuhan menjemput

Tuan bangun!
Lihatlah aku dengan gagah ku
Gubuk yang kau tirikan kini menjadi istana
Anak kecil dan kacung yang kau hina
Tiga puluh tahun silam kini memiliki segalanya

Lihat aku tuan!
Sombongkanlah dirimu dihadapanku
Makilah aku sesuka hatimu seperti dulu
Akan aku beli semua tudinganmu

Namun untuk apa Tuan?
Lantai Antilla dan gedung Hearst Castle
Menjulang tinggi di sudut Desa
Untuk apa!!

Kasih sayangmu tiga puluh tahun lalu
Lebih aku rindukan mendekap peluk balaianmu
Perih itu tak akan ada habisnya
Terasa sakit diantara tetesan airmata

Bangun tuan!
Peluklah aku dan akui aku
Panggil aku sebagai anak kesayanganmu
Agar kisah ini berakhir manis

Imbalan Tuhan pada do'a ibuku yang kau sia-siakan

Prenduan 03 Feb 2023



Oase Aksara


Marilah berpuisi denganku
Kala mendung mengintip
Haru menggebu jiwa dan sukma
Degup kencang sayup mengutuk
Pijar lara desah menunduk

Katakanlah kepadaku tentang apa saja
Seribu kesanggupan melintasi jenuh jera
Agar namamu kekal terus mengabadi
Dilubuk relung ringkih kurus nan senja

Masih kuingat cerita leluhur
Tentang ramahnya gemulai gempita
Nyiur melambai di tepi Bengawan Solo
Olle olang paraona alajere berlayar ke Madura

Betapa romantisnya ibu pertiwi
Memperlakukan anak Bangsa serta cucu cicitnya
Berbudi luhur asas pundi-pundi Pancasila
Melambai manja lewat cinta paras sang Saka

Marilah berpuisi denganku
Bersama iringan nada irama-irama
Sasando, aramba, serunai, angklung dan rebana
Menabuh memetik merdu di altar Nusantara
Karena bumiku benar-benar gemah ripah loh jinawi

Bumiku cinta dan bercita-cita
Perjuangan bangsa tumpah darah
Indonesia perdamaian bersahaja
Ketentraman, kesuburan, keadilan, kemakmuran

Tapi kini
Aku teriris melihat bumi tumpah darah
Tak sama dalam nanar luka berpijar
Peradaban nenek moyang tercabikkan
Perkembangan yang memperkosa memalukan

Semua berubah dalam mindset baru
Keramahan itu kuno
Menghormati itu kuno
Menyayangi sesama itu kuno
Lagu daerah itu kuno
Musik daerah itu kuno
Akhlak itu kuno
Mengaji itu kuno
Menutup aurat itu kuno
Gak gokill

Gak viral
Gak level
Gak Narsis
Bahkan ibu pertiwi kau sebut katrok dan norak
Dengan bangga kau panggil ia besti

Dawai berdawai....

Semua berlomba-lomba dengan cara baru
Sejarah dan identitas terkikis begitu rapi
Menculik akhlak budi Bangsa dengan teliti
Tak satupun tersisa dalam makna bait baru

Atas semua ini siapa yang pantas di salahkan
Karena sebenarnya Bangsa itu adalah tangan kita sendiri
Terlena dalam oase melihat namun buta aksara

Mari berpuisi denganku
Biar Tuhan yang menyaksikan

Prenduan, 10 02 2023



Izinkan aku Tuhan


Layar sang bayu di riak gelombang
Ruang samudera gugur manja di tubuh ilalang
Bergumul fajar di punuk senyum luntur menyumbang
Geger memecah samudera berhembus perlahan

Angin laut memantul bernyangi melompat-lompat
Menghempas tepian kembang layar terlampau
Di hamparan buih rasa menggenggam lepas hantam
Sunyi menyeks kicauan gemuruh ombak melesat menerkam

Setumpuk Rasa Menelanjangi Belenggu kerinduan
Kepulangan tak sampai-sampai
Mengecup batin berlabuh riuh mencungkil kenangan
Sebait bungkam menusuk ozon di antara hitungan musim

Lampu-lampu laut naik turun berdesir
Berziarah di nyals bayang-bayang menggigil
Wajah lelah meretas waktu di setiap langkah
Pecahnya merintih kegabutan syair para ambigu

Garis titik merayap terseret jam lewat waktu
Mengayun jemari menyurst berbisik lembut
Prinsip-prinsip merayu terbang jatuh maju mundur

Nahkoda bisu arah melaju bagai gerutu
Berselancar sekerat iba mendayung nirmala
Mulai berseteru berkibar berdayung bianglala

Aku berlayar menjauh dari sepi
Membaca rasa bertempur dengan diri sendiri
Maka izinkan aku mengemit asa
Mencakar dunia milikMu Tuhan

Prenduan 11022023



Izinkan aku Tuhan


Layar sang bayu di riak gelombang
Ruang samudera gugur manja di tubuh ilalang
Bergumul fajar di punuk senyum luntur menyumbang
Geger memecah samudera berhembus perlahan

Angin laut memantul bernyangi melompat-lompat
Menghempas tepian kembang layar terlampau
Di hamparan buih rasa menggenggam lepas hantam
Sunyi menyeks kicauan gemuruh ombak melesat menerkam

Setumpuk rasa menelanjangi belenggu kerinduan
Kepulangan tak sampai-sampai
Mengecup batin berlabuh riuh mencungkil kenangan
Sebait bungkam menusuk ozon di antara hitungan musim

Lampu-lampu laut naik turun berdesir
Berziarah di nyals bayang-bayang menggigil
Wajah lelah meretas waktu di setiap langkah
Pecahnya merintih kegabutan syair para ambigu

Garis titik merayap terseret jam lewat waktu
Mengayun jemari menyurst berbisik lembut
Prinsip-prinsip merayu terbang jatuh maju mundur

Nahkoda bisu arah melaju bagai gerutu
Berselancar sekerat iba mendayung nirmala
Mulai berseteru berkibar berdayung bianglala

Aku berlayar menjauh dari sepi
Membaca rasa bertempur dengan diri sendiri
Maka izinkan aku mengemit asa
Mencakar dunia milikMu Tuhan

Prenduan 11022023



Tarianku


Gemulai selendang cantik anggun bergerak anggun beriringan
Lentik jemari alur memanjang lekuk halus ambang melintang
Menjerit runtuh gairah ambisi ambring-ambringan
Hilang lenyap kharisma lesmana elok sentosa dogma berbelang belang

Membentang babar mengembang terkatung-katung
Cerita baru dimulai dari lembut badai tubuhmu
Satria gagah perkasa tinggi besar menggaung gema
Sketsa bahari balada baiduri bungkam membabat bara

Intonasi-intonasi kehidupan tak berani mempermainkanmu
Sungguh istimewa Tuhan memberimu karunia
Sumber kebahagiaan diantara simpul cambuk pecandu
Bulir dasawarsa dalam dekade kesempurnaan jiwa

Menarilah dengan anggun liukkan makna keagungan daya
Anak perempuan, gadis-gadis, beserta dayang-dayang
Bercengkrama berbaur menikmati derap derajat dendang bermartabat
Kau tetap di muliakan dalam diagram dinasti kemulyaan

Ini adalah diplomasi diplomat yang perlu di dokumentasikan
Dinar-dinar indah berharga, se berharga dialek dalam dialog
Itulah engkau yang akan hidup di tiap-tiap dimensi
Menyimpan mahakarya identitas mahalnya sang budaya

Tari Piring Sumatera Barat
Tari Tor-tor Sumatera Utara
Tari kelindan Sumatera Selatan
Tari Sigeh dari Lampung
Joget Lambah dari Riau
Sekapur Sirih dari Jambi
Tari Andun Bangka Belitung
Ronggeng dari Jakarta
Jaipong Jawa Barat
Gambyong Jawa Tengah
Jaran kepang Jawa Timur

Itu semua sebagian kecil kekayaan Bangsa
Selaras sepadan menjadi perbincangan negara-negara di dunia
Bhineka Tunggal Ika merampas ketakjuban
Semua bola mata dunia tertuju kepadanya

Aku Bangga memilikimu

Prenduan, 13 02 2023









This post first appeared on Kata Bintang, please read the originial post: here

Share the post

Antilla Hearst Castle di Sudut Desa

×

Subscribe to Kata Bintang

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×