Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Apa Salah Tahu-Tempe?

“Kalian ini semuanya mental-mental tempe!”, bentak si fulan A kepada para siswa yang baru masuk di sekolah tersebut.

“Masih mending mental tempe daripada mental tahu. Nah, kalian ini mental-mental tahu!”, sahut si fulan B menimpali bentakan si fulan A. Otomatis saja, para siswa baru yang ada di hadapan mereka berdua tertunduk. Takut.

Begitulah kira-kira gambaran masa orientasi siswa baru atau bisa juga kita jumpai dalam diklat. Mungkin di antara kita semua ada yang pernah mengalami sebagaimana nasib adik-adik kelas di atas. Atau mungkin ada di antara kita yang dulunya berperan sebagai kakak-kakak kelas, sebagaimana yang saya gambarkan sebagai si fulan A dan si fulan B.

Kita tidak sedang membicarakan si fulan A atau si fulan B. Kita juga tidak sedang membicarakan para siswa baru yang menjadi bahan plonco dalam masa orientasi yang tergambar di atas. Yang akan kita bicarakan adalah mental-mental Tempe dan tahu. Ya, dua jenis makanan asli Indonesia tersebut sangat sering –bahkan selalu- dikait-kaitkan dengan kata mental.

Biasanya sih, yang dikehendaki dengan frase mental tahu-tempe adalah sebuah kondisi mental yang pengecut, penakut, pecundang dan yang semisalnya. Maksudnya adalah untuk merendahkan, melecehkan, mengejek atau mendiskreditkan seseorang yang dilanda kondisi-kondisi mental tadi. Ketika ada para pengecut, tahu tempe-lah yang selalu terkaitkan. Ketika ada para penakut, pecundang dan yang semisalnya, tahu tempe-lah yang jadi korban. Entahlah, apa salah Tahu Dan Tempe sehingga selalu dikaitkan dengan kondisi mental mudah ciut seperti itu.

Apa Salah Tahu dan Tempe?

“Apa salah kami berduaaaa???!!!”. Mungkin itulah kalimat yang diteriakkan oleh tahu dan tempe jika seandainya keduanya diberikan kemampuan untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi. Ya wajar saja. Tanpa alasan yang jelas, tahu dan tempe selalu dikambing-hitamkan atas kondisi mental mudah ciut seperti tersebut di atas. Jadi, andalah yang harus menyiapkan segudang argumen yang kuat untuk menjawab pertanyaan yang tak tersampaikan itu.

Padahal nih, kalau kita mau sedikit meluangkan waktu untuk browsing dan tanya ke mbah Google tentang seluruh kebaikan tahu tempe, pasti akan muncul segudang jawaban. Di antaranya nih: tekstur tahu tempe yang lembut. Allah ta’ala ciptakan tahu tempe dengan tekstur lembut, sehingga tahu tempe bisa dan cocok dikonsumsi oleh semua orang dan semua kalangan usia. Bisa dibilang, tahu tempe adalah MAKANAN SEJUTA UMAT. Coba kalau Allah ta’ala ciptakan tahu tempe teksturnya keras seperti daging kerbau, misalnya. Wah, tidak terbayang deh. Karena lembutnya tekstur, tahu tempe tidak pernah nyelilit di gigi orang yang mengonsumsinya. Tidak ada satupun kabar yang menyebutkan seseorang yang slilitan tahu tempe. Selain itu, bahan makanan yang murah meriah dan berbahan dasar kedelai ini sangat mudah diolah menjadi aneka masakan lezat.

Berbicara mengenai kebaikan dan manfaat tahu dan tempe, ternyata keduanya sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia. Bahkan menurut sebuah penelitian terhadap 250.000 orang Jepang oleh Japan’s National Cancer Centre Research Institute tahun 1982 menunjukkan mereka yang setiap hari mengkonsumsi tahu memiliki resiko yang rendah terhadap penyakit kanker lambung. Senyawa genistein yang ada dalam tahu bekerja menghambat gen penyebab kanker. Genistein juga terdapat dalam susu kedelai, tempe dan bubuk kedelai.

Tahu dan tempe mengandung berbagai zat yang bermanfaat bagi tubuh. Di antara beberapa zat yang terkandung dalam tempe adalah: asam lemak tak jenuh yang berguna untuk menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh. Tahu dan tempe juga kaya akan vitamin, di antaranya vitamin yang larut air (yakni vitamin B kompleks) dan vitamin yang larut lemak (yakni vitamin A, D, E dan K)

Kandungan mineral dalam tahu dan tempe juga tak kalah komplitnya. Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.

Ternyata oh ternyata, tahu dan tempe juga mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menangkal radikal bebas dan anti aging (penuaan dini). Di dalam tahu dan tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas.

Dan masih banyak sekali kebaikan dan manfaat yang kita dapatkan setelah mengonsumsi tahu dan tempe ini. So, tidak selayaknya dong kita menjadikan tahu dan tempe sebagai kambing hitam atas kondisi mental seseorang yang identik dengan kepecundangan.

Mbok ya diganti gitu loh. Jangan mental tempe gitu. Coba diganti: Dasar mental perokok! gitu kek. Karena memang rokok justru yang cocok disematkan kepada mereka-mereka yang memiliki mental bebal dan semisalnya. Ya, karena rokok itu buruk dan tidak memiliki kebaikan dan manfaat sedikitpun bagi tubuh.

Permasalahan Ada Pada Lisan!

Aduh, kenapa sih kok jadi runyam begini urusannya? Iya dong, memang runyam. Sesungguhnya permasalahan utamanya ada pada lisan orang-orang yang mengucapkannya. Perkara ini bukan perkara ringan bro, tapi menyangkut permasalahan menjaga lisan. Nah loh.

Allah ta’ala memerintahkan kita untuk senantiasa menjaga lisan. Kita bisa menemukan banyak perintah Allah untuk menjaga lisan di berbagai tempat dalam Al-Qur’an. Kita ambil contoh:

Allah ta’ala berfirman (artinya), Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar” (QS. Al-Ahzab : 70-71)

Coba kita renungkan bersama, bagaimana perasaan kita ketika ada seseorang yang mengatai-katai kita dengan ucapan seperti di atas? Sedih, sudah pasti. Sakit hati, tentu iya. Padahal Allah ta’ala juga berfirman (artinya), Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesunguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (QS. Al-Ahzab : 58)

Dalam banyak hadits, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan hal yang sama. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyifati seorang mukmin dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallaahu ‘anhuma, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya), Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya (HR. Bukhari)

Dalam riwayat imam Muslim, Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, “Siapakah orang muslim yang paling baik?”, Beliau menjawab, Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya”.

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya), Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib manjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya (HR. Muslim)

Dilarang Mencela Makanan!

Ucapan di atas juga mengandung makna mencela makanan. Dalam hal ini yang dicela adalah tahu dan tempe. Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan. Jika suka beliau makan, jika tidak beliau tinggalkan (HR. Bukhari-Muslim)

Lemah Lembut Dalam Penyampaian

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya), Tidaklah sikap lemah lembut ada pada sesuatu melainkan akan menghiasinya dan tidaklah sikap lemah lembut itu dicabut kecuali akan membuatnya menjadi jelek (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya),Sesungguhnya Allah Maha Lemah Lembut dan mencintai kelembutan dan Dia memberikan kelemah lembutan tidak seperti dia memberikan kekasaran(HR. Muslim)

Jadi, mari kita hentikan budaya bodoh semacam di atas dan beralih kepada kebiasaan baik yang bersumber dari ajaran Islam. Allaahua’lam bish shawaab.


Filed under: Adab dan Akhlak, Kesehatan Tagged: diklat, khasiat, lisan, manfaat, orientasi, tahu, tempe


This post first appeared on ||Catatan Aqil Azizi|| | Kebenaran Lebih Layak Dii, please read the originial post: here

Share the post

Apa Salah Tahu-Tempe?

×

Subscribe to ||catatan Aqil Azizi|| | Kebenaran Lebih Layak Dii

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×