Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Imamnya Ahlussunah Wal Jama'ah

IMAMNYA AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

Inilah biografi dari salah satu ulama besar kaum muslimin sepanjang sejarah. Beliau berstatus sebagai mujtahid mutlak. Seorang ahli fiqh sekaligus imamnya ahli hadits. Keilmuannya yang luas menjadikan madzhab fiqihnya diikuti jutaan manusia sepanjang generasi, dan masih tetap eksis hingga hari ini.

Beliau adalah al imam Ahmad Bin Hanbal rahimahullah, sang pendiri  madzhab Hanbali yang hidup di generasi tabiut tabi’in. Nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi. Dalam keseharian beliau dipanggil dengan nama Abu ‘Abdillah.

Sang imam terdidik dengan baik sejak masa kecilnya. Peran sang ibu dalam mengarahkan dan memberikan bimbingan terhadap Ahmad kecil sangatlah besar, terlebih setelah ayahnya wafat. Sehingga beliau sering disebut-sebut sebagai salah satu ulama yang kreatornya adalah seorang ibu.

Sang imam rahimahullah memiliki ciri fisik dan penampilan yang menarik, seperti yang diungkapkan oleh al Maimuniy :

ما أعلم أني رأيت أحدًا أنظفَ ثوبًا ولا أشد تعاهدًا لنفسه في شاربه وشعر رأسه وشعر بدنه ولا أنقى ثوبًا وأشده بياضًا من أحمد بن حنبل

 “Aku tidak pernah melihat ada orang yang bajunya selalu bersih dan yang paling menjaga penampilan dirinya dalam urusan rambut kelapanya, kumis dan juga rambut di seluruh badannya. Tidak ada yang bajunya lebih putih dan bersih dari Ahmad bin Hanbal.”[1]

Sanjungan ulama untuknya

Tak terhingga sanjungan dan pujian para ulama terhadap imam Ahmad rahimahullah. Dalam kitab Siyar a’lam Nubala saja, al imam adz Dzahabi ketika menuturkan kisah kehidupan beliau hampir mencapai 200 halaman. 

Yang di dalamnya bertabur berbagai komentar dan pujian para ulama terhadap imam Ahmad. Ini belum lagi ditambah dari kitab-kitab sejarah lainnya dan manaqib (biografi) yang khusus membahas pribadi agung yang satu ini.

Sehingga di bab ini saja, jika kita mau, bisa disusun satu buku tersendiri tentang pujian dan sanjungan ulama terhadapnya. Berikut diantara sanjungan ulama kepadanya :

Muhni bin Yahya berkata :

قد رأيت ابن عيينة، ووكيعا، وبقية، وعبد الرزاق، وضمرة، والناس، ما رأيت رجلا أجمع من أحمد في علمه وزهده وورعه،

 “Aku telah bertemu dengan Sufyan bin Uyainah, Waki’, Baqiyah, Abdurrazaq, Dzamrah dan sejumlah orang (besar). Aku tidak pernah melihat seseorang yang seperti Ahmad dalam hal mengumpulkan ilmu, sifat zuhud dan sifat wara’.”[2]

Imam Abdurrazaq berkata :

ما رأيت أحدا أفقه ولا أورع من أحمد بن حنبل

“Aku tidak pernah melihat ada orang yang lebih faqih dan lebih wara’ melebihi Ahmad bin Hanbal.”[3]

Qutaibah berkata :

خير أهل زماننا ابن المبارك، ثم هذا الشاب -يعني: أحمد بن حنبل- وإذا رأيت رجلا يحب أحمد، فاعلم أنه صاحب سنة

“Sebaik-baik orang di zaman kita adalah Abdullah bin Mubarak, kemudian pemuda ini, yakni Ahmad bin Hanbal.  Jika aku melihat ada seseorang yang mencintai Ahmad, maka tahulah aku dia adalah pengikut sunnah.”[4]

Ia juga mengatakan :

ولولا أحمد، لأحدثوا في الدين، أحمد إمام الدنيا

“Seandainya bukan karena perjuangan Ahmad, akan banyak hal-hal baru dalam agama. Ahmad adalah imam di dunia ini.”[5]

Al imam Syafi’i rahimahullah berkata :

خرجت من بغداد، فما خلفت بها رجلا أفضل، ولا أعلم، ولا أفقه، ولا أتقى من أحمد بن حنبل

“Ketika aku keluar meninggalkan Baghdad, tidaklah aku tinggalkan padanya seorang pun yang lebih wara’, paling bertakwa, paling faqih, dan paling berilmu dari pada Ahmad bin Hanbal.”[6]

Beliau juga berkata :

ما استفاد منا أكثر مما استفدنا منه

“Aku tidak pernah mengambil manfaat dari seseorang yang lebih banyak dari manfaat yang kuambil darinya.”[7]

Ishaq bin Ruhawaih berkata :

أحمد حجة بين الله وبين خلقه

“Ahmad adalah hujjah antara Allah dengan makhluk-makhlukNya.”[8]

Ibnu Madini berkata :

أعز الله الدين بالصديق يوم الردة، وبأحمد يوم المحنة

“Allah menjaga kemuliaan agama ini dengan Abu Bakar Shidiq di waktu ketika banyak orang murtad, dan dengan Ahmad bin Hanbal di waktu terjadi fitnah Qur’an dianggap makhluk.”[9]

Abu Ubaid berkata :

ما رأيت رجلا أعلم بالسنة منه

 “Aku tidak mengetahui adanya orang yang lebih mengetahui sunnah melebihi dirinya.”[10]

Hasan bin Rabi’ berkata :

ما شبهت أحمد بن حنبل إلا بابن المبارك في سمته وهيئته

 “Aku tidak pernah menyerupakan Ahmad bin Hanbal kecuali dengan Abdullah bin Mubarak dalam masalah adab dan prilakunya.”[11]

Yahya bin Ma’in berkata :

أرادوا أن أكون مثل أحمد، والله لا أكون مثله أبدا

“Aku berharap bisa seperti Ahmad bin Hanbal. Dan demi Allah, aku tidak pernah bisa seperti dia selama-lamanya.”[12]

As Sukuni berkata :

ما رأيت مثل أحمد بن حنبل

 “Aku tidak pernah melihat ada orang seperti Ahmad bin Hanbal.”[13]

Hajaj bin Sya’ir berkata :

 ما رأيت أفضل من أحمد، وما كنت أحب أن أقتل في سبيل الله ولم أصل على أحمد، بلغ -والله- في الإمامة أكبر من مبلغ سفيان ومالك

 “Aku tidak mengetahui adanya orang yang lebih utama dari Ahmad. Aku tidak suka meski terbunuh di jalan Allah jika itu membuatku tidak bertemu dengannya. Demi Allah dalam masalah keimaman dia telah sampai pada derajat lebih agung dari pada apa yang bisa dicapai oleh Sufyan dan Malik.”[14]

Beliau juga berkata :

ما رأت عيناي روحًا في جسد أفضل من أحمد بن حنبل

“Aku tidak pernah melihat dengan kedua mataku jasad yang ada ruhnya yang lebih baik dari Ahmad bin Hanbal.”[15]

Amru an Naqid berkata :

إذا وافقني أحمد بن حنبل على حديث، لا أبالي من خالفني

“Jika hadits yang ada padaku telah disepakati oleh Ahmad bin Hanbal, aku tidak perduli lagi dengan siapapun yang menyelisihinya.”[16]

Ibnu Abi Hatim berkata :

سألت أبي عن علي بن المديني وأحمد بن حنبل، أيهما أحفظ؟ فقال: كانا في الحفظ متقاربين، وكان أحمد أفقه

 “Aku pernah bertanya kepada ayahku, siapa diantara Ali bin Madini dengan Ahmad bin Hanbal yang paling banyak hafalan haditsnya ? Ayahku menjawab : ‘ Keduanya serupa dalam hafalan, hanya saja Ahmad lebih faqih.”[17]

Abu Zar’ah berkata :

ما رأيت أحدا أكمل من أحمد

 “Aku tidak melihat ada orang yang lebih sempurna dari Ahmad.”[18]

Beliau juga berkata , “Ketika Ahmad bin Hanbal wafat, aku kumpulkan karya-karyanya, ternyata mencapai lebih dari 12 pikul. Tidak ada riwayat atsar dan hadits yang tertulis dengan tinta baik di sampul kitab atau di dalam isinya, kecuali semua telah dihafal olehnya dengan jalur perawinya.”

Abu Abdillah al Busanji berkata :

ما رأيت أجمع في كل شيء من أحمد بن حنبل، ولا أعقل منه

 “Aku tidak pernah melihat ada orang yang mengumpulkan segala sesuatu dari Ahmad bin Hanbal. Dan tidak ada yang secerdas dia.”[19]

Imam Nasa’i berkata :

جمع أحمد بن حنبل المعرفة بالحديث والفقه والورع والزهد والصبر

 “Ahmad telah mengumpulkan kema’rifatan, fiqih, hadits, wara’, zuhud dan juga kesabaran.”[20]

Shalih bin Muhamad Jazrah berkata :

أفقه من أدركت في الحديث أحمد بن حنبل

“Orang yang paling paham hadits yang pernah aku jumpai adalah Ahmad bin Hanbal.”[21]

Bisyr bin Harits berkata :

قام أحمد مقام الأنبياء، وأحمد عندنا امتحن بالسراء والضراء، فكان فيهما معتصما بالله

 “Seakan-akan Ahmad berada di maqam para nabi. Ahmad telah diuji dengan ujian kesenangan dan kesulitan. Dan dalam dua ujian itu, ia berpegang teguh kepada Allah.”[22]

Putranya Abdullah bin Ahmad bin Hanbal pernah mendengar Abu Zur`ah mengatakan, “Bapakmu (Ahmad) menghafal satu juta hadits.”

Maka dia bertanya :

فقيل له: وما يدريك؟

“Dari mana anda mengetahuinya ?”

Abu Zur’ah menjawab :

ذاكرتُه، فأخذتُ عليه الأبواب.

“Dia pernah menyebutkannya semua kepadaku,  lalu aku menjadikannya sebuah buku.”[23]

Ahmad bin Husain berkata :

سمعتُ رجلا من خُراسان يقول: عندنا أحمد بن حنبل، يرون أنّه لا يُشبه البَشَر، يظنّون أنّه من الملائكة

“Aku pernah mendengar seorang laki-laki dari khurasan berkata : Sebagian orang-orang kami menganggap bahwa Ahmad bin Hanbal tidaklah mirip dengan manusia, dia mirip dengan malaikat.”[24]

Bersambung....

_____________

[1] Shifatusshafwah ( 2/340)

[2] Siyar A’lam Nubala (11/191)

[3] Siyar A’lam Nubala (11/195)

[4] Ibid

[5] Ibid

[6] Tarikh an Dimashq, Ibn Asakir (5/272)

[7] Jami’ li ulum li imam Ahmad (18/534)

[8] Siyar A’lam Nubala (11/196)

[9] Ibid

[10] Ibid

[11] Ibid

[12] Ibid

[13] Siyar A’lam Nubala (11/198)

[14] Ibid

[15] Tarikh Baghdad (5/21)

[16] Siyar A’lam Nubala (11/198)

[17] Siyar A’lam Nubala (11/198)

[18] Siyar A’lam Nubala (11/198)

[19] Ibid

[20] Siyar A’lam Nubala (11/199)

[21] Ibid

[22] Ibid

[23] Siyar A’lam Nubala (11/187)

[24] Tarikh Islami (18/77) 

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 



This post first appeared on Kajian Ulama, please read the originial post: here

Share the post

Imamnya Ahlussunah Wal Jama'ah

×

Subscribe to Kajian Ulama

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×