PENGINGAT UNTUK PANITIA SHALAT ID

Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

Shalat hari raya harus benar-benar dijaga dan diperhatikan pelaksanaannya, agar ibadah yang agung ini bisa diikuti oleh segenap jamaah dengan perasaan khusyu dan hidmat.

Maka panitia sebagai penyelenggara, harus berupaya meminimalisir segala hal yang berpotensi bisa mengganggu atau mengusik jalannya ibadah tersebut.

Dan yang sering luput dari perhatian adalah penyelenggaraan shalat Id yang terlalu lama.

Jika shalat di adakan di masjid masih lumayan beruntung karena hawa panas sedikit teratasi dengan adanya kipas. Yang full menderita itu jika berada di tanah lapang, atau yang ikut shalat di masjid tapi kebagian di halamannya.

Betul Nabi ﷺ dulu shalat hari rayanya dikerjakan di lapangan, tapi pelaksanaannya sangat simpel, nggak banyak aneka acara. Beda dengan kita hari ini, padat merayap oleh agenda macam-macam.

Matahari sudah lumayan meninggi, tapi pelaksanaan rangkaian shalat Id belum juga selesai. Kalau sudah begini, jama’ah menjadi belingsatan, tidak khusyu’ lagi menyimak nasehat yang disampaikan oleh khatib diatas mimbar.

Faktor molornya shalat id memang beragam. Bisa jadi karena khatibnya lupa waktu, khutbah yang sunnahnya ringkas dan jelas berubah menjadi kuliah kelas bebas.  Tapi tidak sedikit juga ini disebabkan karena terlalu banyaknya tambahan acara, sambutan berjubel atau MC nya terlalu bertele-tele.

Jika khatib penyebabnya, tidak ada salahnya panitia mengingatkan sedari awal agar durasi khutbah disesuaikan. 

Demikian juga MC dan para pemberi sambutan perlu diantisipasi agar tidak malang melintang menyampaikan prakata, karena tidak sedikit dari mereka yang suka tidak sadar mengambil alih tugas khatib menyampaikan khutbah. 

Termasuk pejabat pemerintah yang biasanya bertugas membacakan surat sambutan kepala daerah, harus benar-benar terkonfirmasi bahwa durasi sambutan bisa menyesuaikan. Minimal yang ketika membaca lancar jaya tak pakai terbata-bata.

Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat. Tidak mengapa kita menjadi sedikit lebih repot, daripada jama’ah dan umat yang justru dikorbankan. Wallahu a’lam. 

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq