Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Dalil Qunut Shubuh

𝗗𝗔𝗟𝗜𝗟 𝗤𝗨𝗡𝗨𝗧 𝗦𝗛𝗨𝗕𝗨𝗛

𝘚𝘢𝘺𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘩𝘶𝘫𝘫𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘲𝘶𝘯𝘶𝘵 𝘴𝘩𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘴𝘶𝘯𝘯𝘢𝘩 𝘶𝘴𝘵𝘢𝘥𝘻. 

Jawaban 

Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

Sebagaimana telah disebutkan di bahasan sebelumnya, bahwa tentang membaca doa Qunut di waktu shalat Shubuh hukumnya diperbeda pendapatkan oleh para ulama. 

Kalangan Syafi’i adalah yang berpendapat sunnah untuk dilakukan terus menerus, Malikiyyah berpendapat kesunnahannya bersifat sesekali saja, sedangkan Kalangan al Hanafiyyah dan al Hanabilah berpendapat bahwa hal tersebut tidak disunnahkan.[1]

Apa saja yang menjadi dasar pendapat yang mensunnahkan ? Mari kita simak sebagian dalil-dalilnya.

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻

Firman Allah dalam surah al Baqarah ayat 238 :

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ 

"Peliharalah semua shalat dan shalat Wusta. Dan laksanakanlah (shalat) karena Allah dengan khusyuk."

Imam Suyuthi rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan ayat di atas :

الوُسطى: هي الفجر والقُنوت فيها

"Shalat Wustha' adalah shalat Shubuh dan berqunut di dalamnya."

Berkata al imam Syafi'i rahimahullah : 

وَيَقْنُتُ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ بَعْدَ الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ قَنَتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَتْرُكْ عَلِمْنَاهُ الْقُنُوْتَ فِي الصُّبْحِ قَطُّ وَإِنَّمَا قَنَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِيْنَ جَاءَهُ قَتْلُ أَهْلِ بِئْرِ مَعُوْنَةَ خَمْسَ عَشَرَ لَيْلَةً يَدْعُوْ عَلَى قَوْمٍ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ فِي الصَّلَوَاتِ كُلِّهَا ثُمَّ تَرَكَ الْقُنُوْتَ فِي الصَّلَوَاتِ كُلِّهَا 

“Imam (hendaknya) melakukan Qunut dalam shalat Shubuh setelah rakaat kedua. Karena sepengetahuan kami Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkan Qunut dalam salat Shubuh.

Beliau ﷺ hanya melakukan Qunut ketika sampai kepada beliau kabar terbunuhnya penduduk sumur Maunah selama 15 hari, beliau mendoakan keburukan bagi satu kaum Musyrikin dalam semua shalat, kemudian beliau meninggalkan Qunut dalam semua shalat.

فَأَمَّا فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ فَلَا أَعْلَمُ أَنَّهُ تَرَكَهُ بَلْ نَعْلَمُ أَنَّهُ قَنَتَ فِي الصُّبْحِ قَبْلَ قَتْلِ أَهْلِ بِئْرِ مَعُوْنَةَ وَبَعْدُ. وَقَدْ قَنَتَ بَعْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعَلِيُّ بْنُ أَبِى طَالِبٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمْ كُلُّهُمْ بَعْدَ الرُّكُوْعِ وَعُثْمَانُ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ فِي بَعْضِ إِمَارَتِهِ ثُمَّ قَدَّمَ الْقُنُوْتَ عَلَى الرُّكُوْعِ وَقَالَ لِيُدْرِكَ مَنْ سَبَقَ بِالصَّلَاةِ الرَّكْعَةَ. 

 Adapun dalam shalat Shubuh maka tidak saya ketahui beliau meninggalkannya, bahkan yang kami ketahui beliau sudah melakukan Qunut sebelum terbunuhnya penduduk sumur Maunah dan sesudahnya.

 Dan setelah masa Rasulullah ﷺ, maka Abu Bakar, Umar dan Ali juga melakukan Qunut setelah ruku'. Sementara Utsman di sebagian masa kepemimpinannya memajukan Qunut sebelum ruku'. Alasan beliau : ’Supaya makmum yang terlambat menemukan raka'at shalat."[2]

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘁𝘀 

Hadits Pertama :

عَنْ مُحَمَّدٍ بْنِ سِيْرِيْن قَالَ قُلْتُ لأَنَسٍ هَلْ قَنَتَ رَسُولُ اللهِ فِى صَلاَةِ الصُّبْحِ قَالَ نَعَمْ بَعْدَ الرُّكُوعِ يَسِيرًا.

“Dari Muhammad bin Sirin, berkata: “Aku bertanya kepada Anas bin Malik: “Apakah Rasulullah ﷺ membaca qunut dalam shalat shubuh ?” Beliau menjawab: “Ya, setelah ruku’ sebentar.” (HR. Muslim)

Hadits Kedua :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا.

 “Dari Anas bin Malik, berkata: “Rasulullah ﷺ terus membaca qunut dalam shalat fajar (shubuh) sampai meninggalkan dunia.”(HR. Ahmad dan Baihaqi)

Al Imam Nawawi  berkata: “Hadits di atas shahih, diriwayatkan oleh banyak kalangan huffazh dan mereka menilainya shahih. 

Di antara yang memastikan keshahihannya adalah al-Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ali al-Balkhi, al-Hakim Abu Abdillah dalam beberapa tempat dalam kitab-kitabnya dan al-Baihaqi. 

Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh al-Daraquthni dari beberapa jalur dengan sanad-sanad yang shahih.”[3]

Hadits Ketiga :

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ فِيْ صَلاَةِ الصُّبْحِ فِيْ آَخِرِ رَكْعَةٍ قَنَتَ.

“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ apabila bangun dari ruku’ dalam shalat shubuh pada rakaat akhir, selalu membaca qunut.”[4]

Hadits keempat :

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ فٍي الْفَجْرِ

 "Sesungguhnya Nabi ﷺ qunut pada shalat Subuh”.(HR. Ibnu Abi Syaibah)

Hadits kelima :

قَنَتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَأَبُوْ بَكْرٍ وَعُمْرَ وَعُثْمَانَ وَأَحْسِبُهُوَرَابِعٌ حَتَّى فَارَقْتُهُمْ

“Rasulullah ﷺ berqunut demikian juga Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman, dan saya (rawi) menyangka “dan keempat” sampai saya berpisah denga mereka.”(HR. Daraquthni dari Anas)

Al Qurthubi mengomentari hadits diatas ”Yang kuat diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ adalah berqunut, diriwayatkan Daruquthni dengan isnad yang shahih.”[5]

Hadits keenam :

صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَخَلْفَ عُمَرَ فَقَنَتَ وَخَلْفَ عُثْمَانَ فَقَنَتَ

“Saya shalat di belakang Rasulullah ﷺ lalu beliau qunut, dan di belakang ‘umar lalu beliau qunut dan di belakang ‘Utsman lalu beliau qunut.” (HR. Baihaqi dari Anas)

Hadits ketujuh :

مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْصُبْحِ حَتَّى مَاتَ

 “Terus-menerus Rasulullah ﷺ  qunut pada shalat Subuh sampai beliau meninggal.”(HR. Ibn Jauzi)

Kalangan Syafi’iyyah berpendapat bahwa sebagian hadits-hadits tentang qunut memang lemah, namun ada hadits shahih yang menjadi hujjahnya dan hadits-hadits lemah itu saling menguatkan. 

Seperti yang dijelaskan oleh al imam Nawawi dalam kitabnya al Majmu’ Syarhul Muhadzdzab (3/502).

 𝗕𝗮𝗻𝘁𝗮𝗵𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝗱𝗮𝗹𝗶𝗹 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗾𝘂𝗻𝘂𝘁.

1. Adanya hadits :  “Bahwa Nabi ﷺ melarang qunut pada waktu subuh."

Hadist ini dhaif karena periwayatan dari Muhammad bin Ya’la dari Anbasah bin Abdurahman dari Abdullah bin Nafi’ dari bapaknya dari ummu Salamah. 

Berkata imam Darulqutni : "Ketiga orang itu adalah lemah dan tidak benar jika Nafi’ mendengar hadits itu dari ummu Salamah”. 

Tersebut dalam mizanul I’tidal “Muhammad bin Ya’la’ dikatakan oleh Imam Bukhari bahwa ia banyak menghilangkan hadist, sedangkan Abu Hatim mengatakan matruk.”[6]


2. Adanya hadits  : “Qunut pada shalat subuh adalah Bid’ah.”

Hadis ini dhaif sekali karena imam Baihaqi meriwayatkannya dari Abu Laila al Kufi dan beliau sendiri mengatakan bahwa hadis ini tidak shahih karena Abu Laila itu adalah matruk (Orang yang ditinggalkan haditsnya). 

Terlebih lagi pada hadits yang lain Ibnu Abbas sendiri mengatakan : “Bahwasanya Ibnu Abbas melakukan qunut subuh”.

3. Adanya riwayat :  “Rasulullah tidak pernah qunut di dalam shalat apapun”.

Menurut Imam Nawawi dalam kitabnya al Majmu' sangatlah dhaif karena perawinya terdapat Muhammad bin Jabir as Suhaili yang ucapannya selalu ditinggalkan oleh ahli hadits.

4. Pendalilan Qunut Shubuh ditinggalkan berdasarkan hadits :

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ قَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ ثُمَّ تَرَكَهُ

 “Dari Anas, sesungguhnya Rasulullah ﷺ membaca qunut selama satu bulan, di dalamnya mendoakan keburukan bagi beberapa suku Arab, kemudian meninggalkannya.” (HR. Muslim)

 Al Imam Nawawi menjawab : 

 ثم تركه فالمراد ترك الدعاء على أولئك الكفار ولعنتهم فقط لا ترك جميع القنوت أو ترك القنوت في غير الصبح 

“Adapun jawaban terhadap ucapan kemudian beliau meninggalkannya (stumma tarakahu), maksudnya adalah meninggalkan doa kecelakaan ke atas orang-orang kafir itu dan meninggalkan laknat terhadap mereka. Bukan meninggalkan seluruh Qunut."

Beliau melanjutkan : 

أو ترك القنوت في غير الصبح وهذا التأويل متعين لأن حديث أنس في قوله لم يزل يقنت في الصبح حتى فارق الدنيا صحيح صريح فيجب الجمع بينهما وهذا الذي ذكرناه متعين للجمع وقد روى البيهقي بإسناده عن عبد الرحمن بن مهدي الإمام أنه قال إنما ترك اللعن ويوضح هذا التأويل رواية أبي هريرة السابقة وهي قوله : ثم ترك الدعاء لهم 

Atau juga maksudnya adalah meninggalkan qunut di shalat selain shalat Subuh. Penafsiran ini sangat kuat, karena hadits Anas yang berbunyi : “Nabi ﷺ tetap qunut Shubuh sampai wafat” merupakan hadits shahih dan jelas, maka wajib dilakukan kompromi diantara dua hadits tersebut. Dan yang kami sebutkan adalah hasil yang benar dari proses penggabungan dua dalil tersebut." [7]

Hal yang sama juga disampaikan oleh Imam Baihaqi dan Ibnu Hajar al Asqalani dalam kitab syarahnya Fath al Bari.

𝗣𝗲𝗻𝘂𝘁𝘂𝗽

Demikianlah diantara hujjah kalangan Syafi'iyyah dan Malikiyyah yang berpendapat bahwa Qunut dalam shalat Shubuh hukumnya adalah sunnah. 

Pengetahuan atas dalil ini, tidak harus membuat seseorang merubah pilihan pendapatnya, dari tidak berqunut kemudian berqunut. Cukup membuat kita bisa lebih menghargai perbedaan pendapat ulama dengan tidak menuduh bid'ah, itu sudah sangat bagus...

Berkata imam Sufyan Ats Tsauri rahimahullah :

إِنْ قَنَتَ فِى الْفَجْرِ فَحَسَنٌ وَإِنْ لَمْ يَقْنُتْ فَحَسَنٌ.

"Berqunut shalat Shubuh itu bagus, tidak berqunut juga bagus." [8]

Kalau berqunut dan yang tidak berqunut semua sama-sama bagus, terus yang nggak bagus yang mana ? Ya yang tidak bagus itu yang paginya tidak shalat Shubuh....

Wallahu a’lam.

___________

[1] Al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (34/58).

[2] Al Umm (7/177)

[3]Al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab (3/504).

[4] Hadits ini bahkan dishahihkan bahkan oleh Syaikh al Albani sendiri dalam shahih al Jami’ ash Shaghir (2/862).

[5] Badr Al Munir (3/624).

[6] Mizanul I’tidal (4/70).

[7] Al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab (3/505).

[8] Sunan Tirmidzi (2/252) 

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq



This post first appeared on Kajian Ulama, please read the originial post: here

Share the post

Dalil Qunut Shubuh

×

Subscribe to Kajian Ulama

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×