Pak Ipin adalah seorang guru di Kepulauan Sapeken. Ia berasal dari Kecamatan Saronggi (istilah kami, Daratan) sementara surat penempatan tugas mengajarnya di Sapeken (istilahnya Pulau nan jauh). Ia mulai bertugas sejak tahun 1986 dan purnatugas pada Desember 2022 kemarin.
Kiri: Pak Ipin. Kanan: Bupati Sumenep |
Penulis pernah berkunjung ke rumah daratan Pak Ipin, tepatnya di Gulungan, Saroka, Kec. Saronggi, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur 69467. Dulu belum ada google maps. Jadi petunjuk Pak Ipin, ketika sampai di Saroka tanyalah rumah Ipin Tril. Ke mana-mana dulu pake sepeda motor gunung, makanya disebut Ipin Tril.
Saat pertemuan dengannya di puncak kejayaan masa kerjanya, penulis diundang ngopi bareng di sebuah kafe. Sahabat-sahabat seperti pengawas, kepala sekolah, dan guru diajak ngumpul bareng. Pak Ipin tidak lagi naik Tril, tapi sudah bermobil. Penulis ikut senang bangga menjadi adik dan sahabatnya.
Mengenang masalalu bersama Pak Ipin sungguh akan panjang halamannya jika ditulis semua. Penulis terakhir meninggalkan Sapeken pada Desember 2013. Selama 10 hari terakhir bersamanya, ia mengajakku berkeliling pulau Sapeken dengan perahu miliknya. Suatu hari yang paling mengesankan adalah ketika sedang dikejar angin puting beliung di tengah selat antar pulau. Wow, ngeri-ngeri sedap.
Pak Ipinlah dulu yang menjemput ke pulau seberang karena penulis pernah jatuh sakit. Pulang pergi dengan perahunya. Ia siaga untuk sahabat. Salut!
Dari banyak kenangan bersamamu Pak Ipin, mungkin yang saya tulis ini kecil harganya. Semoga Tuhanlah yang membalas semua kebaikanmu selama ini dengan ganjaran kebaikan dan keberuntungan yang berlipat untuk seluruh keluarga Pak Ipin. Sekali terima kasih dan selamat telah dibebaskan. Anda layak mendapatkan Penghargaan Dari Menteri Pendidikan. Colek Mas Menteri @nadiem.makariem
Keterangan:
Dulu perjalanan dari rumah Pak Ipin ke Sapeken ditempuh dengan perjalanan laut selama 24 jam lebih. Kapal laut adanya 10 hari sekali. Jadi jika ada keperluan mendesak tidak akan bisa pulang karena kapal terjadwal. Jika cuaca tidak bagus, bahkan tidak bisa pulang-pulang karena tidak ada kapal yang berani berangkat.
Kapal barang dulu namanya Mampo. Kapal barang bekas Jepang yang dibeli Sumenep. Penumpang ditata layaknya pindang. Dilangkahi layaknya kuburan. Hehe.