Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Gadis Pantai

By R.O (Penerus Cerita Gadis Pantai: Pramoedya Ananta Toer)


Dulu aku hanya seorang bocah tengil bandel yang tidak mempunyai cita-cita  apa pun. Hanya menjalani apa yang nuraniku katakan sebagai anak-anak. Sekolah, bermain, belajar alakadarnya. 

Singkat cerita saat usiaku 20 tahun aku hanya gadis biasa, sangat sederhana, penampilan sederhana dan wajah yang sangat sederhana pula. Pergaulan pun sederhana, tidak terlalu banyak kawan dan tidak Pernah bersungguh-sungguh menjalini hubungan dengan lelaki. Laki-laki yang dekat ada, tapi aku tak pernah melibatkan perasaan di dalamnya. Kuanggap sebatas coba-coba setelah itu aku berhenti karena satu dan lain hal.




Jadi sejak remaja aku tidak pernah tahu seperti apa pacaran itu dan hal-hal semacamnya. Sampai suatu masa aku sedang membaca buku tebal yang berjudul Kapal Tongkang. Pinjam dari seorang senior di lingkungan kuliahku. Sampai pada halaman 225, ada secarik kertas yang tertulis: "Kenapa lama tidak online, buka inbox FB-mu donk!" Aku benar-benar bingung. Ini tulisan iseng atau ditujukan padaku. Dengan ragu-ragu, kubuka juga inbox fb-ku. Ternyata sudah banyak pesan masuk dari beberapa hari yang lalu dan tidak satu pun kulihat. 

Isinya macam-macam semisal: 

"Woii"

"Sudah makan?" 

"Sedang di mana?"

"Kenapa tidak online?" 

"Sakit?" 

"Lama tidak nulis status!" 

"Ke mana saja kamu sebulan lebih menghilang dari FB?"

Aku terheran-heran. Kenapa orang-orang ini jadi peduli aku main FB atau tidak. Kenapa kirim inbox macam begini. Dan dengan gugup kubalas pesannya yang terakhir.

"Aku sedang tidak mood main FB, dan maaf ada apa ya?" Tanyaku dengan kaku  karena memang kami tidak begitu dekat, awalnya.

"Jangan komen-komenan lagi dengan si A." Tiba-tiba dia berkata demikian yang aku sama sekali tidak mengerti maksudnya. Jadi tidak kubalas dan kutunggu mungkin ada kata selanjutnya. 

"Aku benci menunggumu dan benci sebentar-sebentar melihat laptopku hanya untuk melihat apakah kamu online atau melihat apakah kau sedang mengobrol dengan seseorang," katanya.

Sebentar, lalu kalau aku online atau tidak online kenapa ya? Apakah ada yang salah? Tanyaku sedikit takut.

"Yang salah adalah hatiku, bukan kamu!" Jawabannya semakin membuatku bingung. 

"Aku semakin benci saat terburu-buru makan hanya untuk berharap kau ada di FB!" Sambungnya.

Maaf sebelumnya tolong bicara dengan jelas. Jangan membuat saya bingung, kataku. Lalu FB nya off.  Entah ke mana orang itu. Dan aku sehari semalaman dipenuhi tanda tanya. Benar-benar aneh. Tidak biasanya demikian bahkan kami belum pernah mengobrol di inbox. Biasanya hanya guyon-guyon kecil di kolom komentar. 

Empat hari kemudian, jam 9 tepatnya, saat aku cukup mengantuk dan bersiap untuk tidur ada inbox masuk. "Lupakan semua yang kukataka. Anggap aku tidak pernah mengirim pesan apa pun!" Katanya sedingin itu. 

Baiklah. Jawabku singkat.

"Hanya jawab sesingkat itu?" Tanyanya.

Kamu ingin aku jawab seperti apa? Aku benar-benar takut salah karena cara bicara kamu tidak seperti yang aku kenal di darat. Kataku terus terang.

"Ya sudahlah" katanya menyudahi. FB-nya off seketika.

Hari-hariku berjalan seperti biasa, belajar, bekerja, dan kuliah. Benar-benar hari yang monoton dan tidak pernah aku berpikir bahwa hidupku akan berubah 180 derajat.


Seminggu kemudian, kucari dia di kampus tidak ada. Kutunggui di tempat biasa lewat juga tidak ada padahal aku hanya ingin mengembalikan buku yang dipinjaminya sekalian ingin berterima kasih. 

Sampai sebulan kemudian tak pernah nampak batang hidungnya. Akhirnya di hari Senin, sepulang dari kampus iseng-iseng kubuka laptop jadulku dan mulai berselancar di FB.  Maklumlah pada tahun 2012 FB masih benar-benar jadi medsos nomor satu yang digemari.

Tiba-tiba dia online dan tetiba sebuah pesan masuk.  Hatiku getir antara penasaran dan takut. Jangan-jangan dari orang itu dan entah keanehan apa lagi yang akan dia katakan. Kubiarkan sampai 1 jam kemudian ada pesan kedua masuk.

Kuberanikan diri membukanya dan isinya:

"Stay with me, please stay with me!!" Isi pesan pertama. 

"Jangan menghindariku," isi pesan kedua. Jantungku seakan berhenti sejenak, sesak dan terkejut atas apa yang mataku temukan. Aku tidak tahu harus menjawab apa atau kubiarkan saja? Pikirku.

Setelah kutimbang-timbang sejenak, akhirnya aku off dari FB dan kudiamkan sampai kurang lebih dua minggu. 

Telponku berdering. Betapa kagetnya dia memanggil. Ragu-ragu kuangkat juga. Iya,  ada apa? Tanyaku.

"Buku yang ada padamu akan kuambil nanti sore ya, bisa kan?" 

Iya, iya bisa. Jawabku cepat dan sedikit heran. Sungguh nada bicaranya sangat biasa. Seakan dia tak pernah mengirim inbox apa pun padaku. 

"Kenapa suaramu? Sakit?" Tanyanya.

Oh tidak tidak, aku sehat, tegasku

"Baiklah nanti sore aku mampir." Dia menutup telponnnya. Aku takut, rasanya tidak ingin bertemu dan gugup juga. Andai dia mengatakan sesuatu yang aneh lagi, apa yang akan kukatakan? Aku bingung sendiri.

"Woii, kenapa pucat? Kedinginan? Makan yang banyak biar gak krempeng!" Katanya sumringah sembari turun dari vario putihnya. Tetap dengan nada renyah seperti orang yang kukenal biasanya. 

Aku takut untuk bicara dan kujulurkan pelan-pelan buku yang dia maksud agar segeralah dia pergi. 

"Kamu kenapa? Takut? Masak takut padaku? Apa yang salah dariku? Hahahaha!" Dia terbahak-bahak. 

Seolah tahu, semua ketakutan dan keherananku selama ini atas sikap anehnya.

Dan mendadak ketakutanku mencair. Aku lega rupanya dia hanya bercanda mungkin dan kujawab dengan sopan. Oh, saya tidak sakit hehehe. Iya, aku takut candaanmu membuatku benar-benar ketakutan sendiri. Kuharap candaannya jangan begitu ya hehehe. Kataku lega.

"Hahaha baiklah aku pulang dulu." Dia ambil bukunya dan langsung pulang tanpa kujawab lagi.


Hatiku lega, akhirnya aku bebas bermain dengan FB-ku lagi, pikirku sejenak. Baru saja membuka FB ada pesan masuk. 

"Aku tidak bercanda, jangan acuhkan aku! Jawab pesanku! Aku benci menunggu jawabanmu!!" Katanya tegas seolah bukan orang yang baru saja kutemui.

Kuberanikan diri menjawabnya, aku bingung mau berkata apa dan menjawab bagaimana. Aku takut sekali karwna seolah kamu orang yang berbeda. Kita tidak seakrab itu sehingga bisa dianggap wajar kamu berkata aneh seperti dalam pesan-pesan yang kamu kirimkan padaku. Jelasku agak panjang.

"Kau ingin penegasan dariku?" Katanya.

Aku semakin bingung, penegasan apa maksudnya? Sungguh orang ini semakin tak masuk akal.

Kalau kamu anggap aku tidak mengerti aku memang tidak mengerti. Kataku.

"I love you and stay with me!!!" 

Dan jantungku seperti ditabuh dengan keras, sesak rasanya.

"Kau anggap aku bercanda? Aku sedang serius! Aku benci perasaan ini. Kau harus tahu itu!" Tegasnya.


Cerita ini adalah sambungan dari kisah yang berjudul:

Hatiku Meng-hujan



Cerita selanjutnya di sini
Mencintai Tak Ingin Dicintai


This post first appeared on Cocok Pedia, please read the originial post: here

Share the post

Gadis Pantai

×

Subscribe to Cocok Pedia

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×