Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Ikuti Jejak Para Wali, Begini Cara Kiai Kholil Bangkalan Dan 5 Penerusnya Dalam Mendidik Santri

Potret kemegahan Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan Madura

Bacadoloe.com - Pondok Pesantren Syaikhona Kholil benar-benar menjadi suluh bagi warga sekitar. Selama Ramadan, yang belajar di sana adalah Santri luar yang sengaja mondok. Mereka ikut kajian Pondok Pesantren. Sebab, santri asli memang diliburkan selama Ramadan.

Usia para santri beragam mulai anak-anak muda hingga lanjut usia (lansia). Semuanya khusyuk menyimak penjelasan sang Kiai. Itu adalah potret semangat santri dalam menimba ilmu. Tradisi yang turun-temurun tetap terjaga.

Hal tersebut merupakan tradisi dan cara para wali dalam mendidik santrinya. Tepat seperti yang dipraktikkan oleh Syaikhona Kholil, dan dijalankan secara turun-temurun hingga generasi saat ini. Bahwa seorang santri harus menjaga adab ke Kiai atau guru. Sebab, adab adalah bagian dari karakter santri. “Ilmu bisa digali lewat buku. Tetapi, adab adalah soal karakter’’.

Adab tersebut juga pernah dicontohkan Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari saat mengabdi ke Syaikhona Kholil. Meski pernah sama-sama nyantri di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, KH Hasyim Asy’ari tetap patuh ke Syaikhona Kholil. “Beliau adalah sokoguru bagi sejumlah tokoh besar di Pulau Jawa.

Pondok Pesantren  Syaikhona Mohammad Kholil I Bangkalan ini menggunakan pendekatan fenomenologi yang di dalam pandangan sosiologi Ritzer masuk pada kuadran keempat yaitu mikro-subyektif. 

Pesantren ini menyelenggarakan pendidikan agama Islam ke dalam dua program pendidikan dengan tujuan untuk membentuk santri yang beriman, bertaqwa dan berakhlaq al karimah.

Kedua program tersebut ialah ma’hadiyah dan madrasiyah. Dalam kedua program pendidikan ini buku rujukan pembelajaran hampir semuanya menggunakan kitab kuning, kecuali mata pelajaran Aswaja (Ahlussunnah Wal Jamaah), yang dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran al-Qur’an dan al-Hadist, fiqh, tauhid, akhlaq, bahasa Arab dan sejarah Islam.

Untuk memperoleh barokah ini santri harus patuh kepada ajaran agama Islam yang diwujudkan menjadi ketaatan kepada nabi Muhammad, sebagai pesuruh Allah, kemudian, kepada sahabat dan para pengikutnya, yaitu ulama (orang ahli agama; bisa disebut Kiai, tuan guru dan sebagainya). Ketundukan pada ulama ditunjukkan dengan ketundukan pada peraturan pesantren dan cinta kepada Kiai (ulama) yang dipercaya memiliki karomah. Wujud daripada cinta dan tunduk kepada ulama juga diwujudkan si belajar (santri) dalam kehidupan keseharian di pesantren dengan tirakat yaitu menahan lapar dan amarah serta hidup prihatin selama berada di pesantren.

Pengasuh Pondok Pesantren Syaikhona Kholil

1. KH. Khalil

2. KH. Abdul Fattah bin Nyai Aminah binti Nyai Mutmainnah Binti Imron Bin Khalil

3. KH. Fakhrur Rozi bin Nyai Romlah binti Imron bin Khalil

4. KH. Abdullah Sahal bin Romlah binti Imron bin Khalil.

5. KH. Fakhrillah Sahal bin Abdullah Sahal.

Dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam, di pesantren ini tidak dikenal dengan adanya dokumen kurikulum sebagaimana pendidikan formal lainnya di Indonesia, juga tidak dikenal adanya sistem evaluasi belajar dan kenaikan kelas oleh guru atau pengasuh. Penilaian hasil belajar dan kenaikan kelas ditentukan sendiri oleh santri dengan melakukan evaluasi sendiri apakah dia mampu membaca dan memahami kitab-kitab yang dipelajari atau tidak.

Pelaksanaan stategi bandongan dan sorogan dilakukan dengan kiyai atau ustadz sebagai pemberi informasi utama dan tanpa adanya tanya jawab dan interaktif. Sedangkan pembahasan hasil pembelajaran dari sorogan dan bandongan di lakukan santri dengan strategi lain yaitu musyawarah, muhawarah dan muhadloroh. Dimana kegiatan tersebut dilakukan sesama santri dengan dipandu oleh ustadz atau santri senior, yang diadakan di musholla atau serambi-serambi pondok.

Fakta tersebut memperlihatkan bahwa pesantren ini merupakan lembaga pendidikan yang berorientasi pada pembentukan santri yang memiliki kemampuan ilmu agama dan mampu mengejawantahkan ilmunya ke dalam bentuk perbuatan sehingga dapat menjadi Muslim yang beriman, bertaqwa dan berakhlaq al karimah (bermoral baik).


Pewarta : Eru

Editor : Nys



This post first appeared on BACA DOLOE, please read the originial post: here

Share the post

Ikuti Jejak Para Wali, Begini Cara Kiai Kholil Bangkalan Dan 5 Penerusnya Dalam Mendidik Santri

×

Subscribe to Baca Doloe

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×