Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Mengenang Marsinah "Pahlawan Pekerja" Lulusan SMA Muhammadiyah

KUASAKATACOM, Semarang- May Day atau Peringatan Hari Buruh selalu mengingatkan kita akan seorang pejuang buruh perempuan yang akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya saat berjuang menuntut kenaikan upah. Marsinah ditemukan meninggal pada tanggal 8 Mei 1993 dan tiga hari sebelumnya Ia dinyatakan hilang atau tanggal 5 Mei diduga Marsinah diculik dan dibunuh di hari ini. Hingga kini kematian Marsinah masih menjadi misteri

Meski kejadian itu telah terjadi tiga dekade lalu, tapi apa yang menimpa Marsinah Saat Itu terus menjadi pemantik semangat kaum buruh memperjuangkan hak haknya hingga saat ini.

Kejadian tersebut berawal dari sebuah tuntutan yang sangat sederhana, yakni tuntutan kenaikan upah bagi kaum buruh. Namun tuntutan itu ditolak oleh perusahaan tempat dimana Marsinah bekerja. Penolakan itu pun direspon kaum buruh dengan aksi unjuk rasa yang diikuti oleh beberapa buruh yang tidak puas dengan penolakn perusahaan. Meski pada akhirnya tuntutan buruh dipenuhi oleh perusahaan, namun 13 orang pengunjuk rasa terancam dipecat. Ancaman itu bukannya membuat mundur Marsinah. Ia pun balik mengancam.. 

Setelah itu, kita semua tahu dengan akhir nasib Marsinah yang berujung tragis disaat memperjuangkan teman temannya sesama buruh, Ia harus meregang nyawa setelah sebelumnya mengalami siksa. 

Usai kematiannya, banyak orang mengenang dan terus menyuarakan perjuangan itu. Marsinah pada tahun 1994 menerima penghargaan “Yap Thiam Hien Human Right Award” dari Yayasan Pusat Studi Hak Asasi Manusia di Jakarta. Bahkan Pengurus Pusat Muhammadiyah di tahun 1993 lewat Sidang Tanwir Muhammadiyah II di Surabaya pada bulan Desember menetapkan Marsinah sebagai “Pahlawan Pekerja”. Sebelum Muhammadiyah beberapa kalangan juga mengambil langkah serupa.

Marsinah sendiri merupakan lulusan SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk tahun 1989, Ia berasal dari keluarga tidak punya. Sehingga membuat Ia semangat memperjuangkan perubahan nasibnya. Usai lulus SMA karena ketiadaan biaya membuatnya langsung melamar kerja dan akhirnya diterima buruh pabrik arloji PT CPS di Sidoarjo, Jawa Timur.

Pahitnya hidup telah dirasakan Marsinah, saat umurnya tiga tahun Ibunya meninggal dunia, ayahnya yang akhirnya menikah lagi membuat Ia diasuh pamannya. Marsinah kecil sudah mengenal berdagang, selepas sekolah Ia berjualan kue. Marsinah menjajakan kue hingga menginjak bangku SMA.

Karena kecilnya gaji buruh, Marsinah pun terus melakukan aktivitas dagang untuk menambah pendapatan, Marsinah berjualan bahan pakaian, seprei, buku-buku dan barang-barang lain di tempat kerjanya. Marsinah saat itu juga mengikuti kursus komputer dan bahasa Inggris, itu dilakukan karena Ia ingin merubah nasibnya menjadi lebih baik.

Setelah tiga dekade kematiannya, nama Marsinah tetap harum dan perjuangannya terus didengungkan oleh kaum buruh. Setiap Mey Day, selalu ada foto Marsinah selain panji panji buruh dalam menyuarakan haknya.

Dan saat ini tiga dekade setelah kematiaan Marsinah, seluruh dunia berada di masa pandemi dan mengalami kelesuan ekonomi. Buruh pun menjadi bagian terdampak pandemi. Saat ini banyak buruh masih tidak beruntung serta masih terus memperjuangkan kaumnya. Awal awal pandemi, banyak buruh kena PHK, ancaman pemutusan kerja makin sering terdengar, pemotongan gaji buruh juga benar benar ada ditengah ekonomi yang mengalami lesu sejak satu tahun lalu. Sebetulnya keadaan yang terjadi saat ini tidak pernah jauh dari apa yang dulu menimpa dan terus diperjuangkan oleh Marsinah agar keluarganya bisa keluar dari tekanan kebutuhan hidup yang terus mengalami kenaikan.
 



This post first appeared on KuasaKata.com, please read the originial post: here

Share the post

Mengenang Marsinah "Pahlawan Pekerja" Lulusan SMA Muhammadiyah

×

Subscribe to Kuasakata.com

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×