Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Al, Lelaki di Sudut Rak Buku

DEJAVU, pernahkah kau mengalaminya? Memimpikan seseorang yang belum pernah kau temui bahkan dirimu tak yakin ada di bumi ini. Lantas, suatu ketika bertemu. Walaupun samar-samar dan Aku Tak yakin apakah itu dirimu, ada perasaan akrab yang kurasakan. 

"Namaku Al," katamu dalam mimpi waktu itu. Ini bukan Al—Aldebaran dalam film Ikatan Cinta. Bahkan, mimpi Saat aku pertama kali bertemu denganmu, terjadi lima tahun lalu, saat aku hendak masuk perguruan tinggi. 

Walaupun terasa aneh, karena semenjak pertemuan kita itu ada mimpi-mimpi lain, toh akhirnya aku bisa “akrab”. Menganggapmu sebagai teman imajinasi. Aku tak berani bercerita pada siapa pun. Kau tahu, mereka bisa menganggapku gila. Pengkhayal. Bahasa anak sekarang, halu.

Apa kau masih ingat tempat pertama kali kita bertemu? Kita sepakat menyebutnya ruang tak bernama. Karena tempat-tempat selanjutnya pun begitu. Entah itu ada di belahan dunia mana. Entah tanggal berapa, aku ingat saat itu adalah bulan Agustus 2015. Mendung, namun langit masih cerah—setidaknya bagiku. Aku berjalan di jalan beraspal yang sepi. Mulus, seperti baru diaspal. Hingga akhirnya aku tiba di jalan menanjak. 

Aku masih saja sendiri, tak ada pejalan kaki lain atau pengendara satu pun. Aku kelelahan saat melalui jalan menanjak yang cukup tinggi itu. Bukannya harusnya jika dalam mimpi, aku tak merasa lelah? Untuk hal ini, aku tak tahu. Saat itu, berhenti di tengah jalan. Namun tekad untuk mencapai puncak itu tetap ada.

Beberapa saat kemudian, sebuah truk dari arah berlawanan muncul. Bahaya, krikil yang dimuat truk itu berloncatan dari sisi kanan dan kiri. Takut mengenai kepala, aku menunduk dan menelungkupkan kedua tangan. Truk pun berlalu. Lantas selanjutnya, aspal panas melelehi jalan. Aspal itu makin meluas. Aku hanya bisa menepi. Berharap tak mengenai kaki. Sialnya, saat itu hanya bagian yang kupijaki saja yang tak dilalui aspal panas. 

Aku pun pasrah. Jongkok tak mengerti apa yang harus kulakukan. Sayangnya dalam mimpi, aku tak bisa mengambil insiatif. Seakan badanku bergerak sendiri. Hingga ada tali yang dilempar ke arahku. Dengan tali itu, seorang pria menarikku hingga sampai ke puncak.

Saat itulah aku pertama kali bertemu dirimu. Kamu mengenakan kaus lengan pendek berwarna hijau muda yang warnanya memudar, celana jins yang bagian lututnya robek-robek, dan sendal gunung. Bagian yang paling kusukai adalah rambut sebahumu. Hitam legam dan tak kalah indah dengan milik perempuan.

Sayangnya setelah itu, aku terbangun. Seminggu kemudian, pengumuman masuk perguruan tinggi keluar. Akhirnya aku lolos ke perguruan tinggi negeri yang kuharapkan. Sesaat, aku teringat pertemuan kita. Usai kamu menyebutkan namamu, aku melihat sebuah gapura bercorak Hindu atau Budha, aku juga tak yakin. Saat itu aku percaya, mimpiku adalah pertanda baik.

Memasuki masa kuliah, aku cukup gembira. Barangkali kamu juga ada di kampus itu. Namun hingga lulus, kau hanya menemuiku dalam mimpi. Sampai suatu ketika, tepatnya kemarin sore, aku bertemu dirimu di sebuah toko buku. Setidaknya, kurasa dia dirimu. Oh tidak, dia mirip dirimu. 

Apakah itu kamu, Al? Kemarin aku melihatmu di sudut rak buku. Belum sempat kupanggil, kau menghilang. Jika kamu membaca surat ini, kamu tentu tahu di mana harus menemuiku, kan?



This post first appeared on KuasaKata.com, please read the originial post: here

Share the post

Al, Lelaki di Sudut Rak Buku

×

Subscribe to Kuasakata.com

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×