Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Nyaris Punah, Warga Lasem Blora Kembali Lestarikan Tarian Laesan

KUASAKATACOM, BloraLaesan adalah kesenian tradisional dari Lasem Kabupaten Blora Jawa Tengah. Kesenian rakyat ini tidak begitu populer di kalangan anak muda, bahkan nyaris punah. Untuk itu, penggiat kesenian berusaha tetap melestarikannya.

Penggiat Kesenian Laesan Lasem Yon Suprayoga mengungkapkan sejarah Laesan cukup panjang. Bahkan tarian tersebut sudah ada di masa Kerajaan Mataram pada abad ke-18 atau sekitar tahun 1700. “Kenapa ada Laesan? Sebab di Lasem daerah Dasun-Soditan dulunya merupakan pelabuhan dan galangan kapal,” ujarnya, Senin (5/10).

Pekerja di sana terutama pada masa Jepang, jelas dia, karyawannya sudah 10 ribu orang. Dengan 150 tenaga ahli dari Jepang. Saat itu Laesan menjadi terkenal berkembang. Pasalnya Laesan lahir dan tumbuh di daerah Jumput atau daerah Soditan.

”Era modern Laesan masih yang dulu. Tahap permainan dan tembang tidak berubah. Hanya pakaiannya saja,” tambahnya.

Ia menjelaskan dahulu Laesan ditampilkan saat orang punya acara seperti sunatan. Namun kelamaan hanya dipentaskan saat hari-hari besar. Misalnya hari pahlawan, 17 Agustus, dan sedekah bumi.

Pada tahun 1960, Laesan sempat berjaya. Namun usai 1965-1966 langsung mati karena ada stigma yang buram. Tetapi hal menarik terjadi setelah masa reformasi 1998. Laesan sering ditampilkan di kampus-kampus daerah Semarang.

”Laesan saat ini masih hidup. Yang menjadi Laesan juga anak-anak muda. Sebagai regenerasi pemain Laesan yang sudah tua,” tukasnya. 

Laesan adalah sebuah tarian yang diiringi tetabuhan. Musiknya yang klasik berasal dari bambu dan jun (wadah air terbuat dari tanah) serta tembang-tembang khas Laesan.

”Ada empat tahap. Dalam pembukaan syair di nyanyikan syair ela-elo. Merujuk pada dua kalimat tauhid "La ilaha Ilallah," atau kepanjangannya "lailahaaillalah mohammadurosolah pangeran ne gawe laes,” ungkapnya.

Selanjutnya, kata dia, memasuki sesi syair kembang gedang sala siji seng di gelandang gelandang pisan seng di gelandang dadi laesan. Laesan diakhiri sesi syair Ana tangis layung-layung, larane wong wedi mati, sapa bisa ngelingna, kejaba Pengeran iro.



This post first appeared on KuasaKata.com, please read the originial post: here

Share the post

Nyaris Punah, Warga Lasem Blora Kembali Lestarikan Tarian Laesan

×

Subscribe to Kuasakata.com

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×