Sejak bulan November tahun 2016 lalu Hujan turun hampir setiap hari di seluruh Indonesia. Wajar saja karena di negara ini kita mengalami dua musim yaitu kemarau dan hujan. Selain itu musim hujan dimulai di akhir tahun. Di beberapa daerah atau wilayah Indonesia mengalami bajir yang menggenangi apa saja, mulai dari pemukiman, sawah, kantor, sekolah dan lokasi yang berdekatan dengan sungai.
Sperti yang kita ketahui akibat hujan deras sejak Selasa (20/9/2016) malam menyebabkan air di Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri meluap dan mnimbulkan banjir bandang di wilayah Garut (21/9/2016). Banjir mencapai ketinggian 1,5 meter hingga 2 meter. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah mencatat 16 orang dinyatakan meninggal dunia dan lebih dari 1000 orang terpaksa mengungsi. Kerugian akibat banjir bandang diperkirakan mencapai Rp288 miliar.
Begitu dahsyatnya akibat dari pengaruh musim hujan sehingga menimbulkan kerusakan harta benda serta korban jiwa manusia. Hujan deras yang terjadi dengan intensitas tinggi di awal Februari 2017 ini sangat mungkin menimbulkan bencana alam yang bisa berdampak luas pada kehidupan di berbagai wilayah di Indonesia.
Bencana tanah longsor, banjir bandang serta angin puting beliung masih bisa terjadi dalam kondisi cuaca Ekstrim Seperti Saat ini. Hujan bisa turun dengan deras dalam waktu yang lama. Jika saluran drainase di sekitar perumahan atau lingkungan kita tidak bersih atau penuh dengan sampah yang menumpuk maka tunggu saja dalam beberapa jam air akan meluap menggenangi jalan lalu perlahan-lahan akan bergerak masuk ke halaman dan seterusnya menggenangi lantai rumah. Lebih parah lagi jika rumah berada di bantaran kali, air akan lebih cepat naik dan menimbulkan banjir sampai berhari-hari.
Angin kencang di bulan Februari ini datang bersamaan dengan turunnya hujan deras, hal ini perlu juga diwaspadai agar tidak menimbulkan kerusakan seperti atap rumah yang beterbangan atau pohon tua yang tumbang. Mestinya sih pemangkasan pohon-pohon di pinggir jalan atau di halaman rumah dilakukan sebelum musim hujan mencapai puncaknya. Tapi jika itu belum dilakukan maka saatnya kita waspada dengan Cuaca Ekstrim Seperti saat inti seiring dengan perubahan iklim yang lebih sering dikenal dengan climate change.
Sperti yang kita ketahui akibat hujan deras sejak Selasa (20/9/2016) malam menyebabkan air di Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri meluap dan mnimbulkan banjir bandang di wilayah Garut (21/9/2016). Banjir mencapai ketinggian 1,5 meter hingga 2 meter. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah mencatat 16 orang dinyatakan meninggal dunia dan lebih dari 1000 orang terpaksa mengungsi. Kerugian akibat banjir bandang diperkirakan mencapai Rp288 miliar.
Begitu dahsyatnya akibat dari pengaruh musim hujan sehingga menimbulkan kerusakan harta benda serta korban jiwa manusia. Hujan deras yang terjadi dengan intensitas tinggi di awal Februari 2017 ini sangat mungkin menimbulkan bencana alam yang bisa berdampak luas pada kehidupan di berbagai wilayah di Indonesia.
Bencana tanah longsor, banjir bandang serta angin puting beliung masih bisa terjadi dalam kondisi cuaca Ekstrim Seperti Saat ini. Hujan bisa turun dengan deras dalam waktu yang lama. Jika saluran drainase di sekitar perumahan atau lingkungan kita tidak bersih atau penuh dengan sampah yang menumpuk maka tunggu saja dalam beberapa jam air akan meluap menggenangi jalan lalu perlahan-lahan akan bergerak masuk ke halaman dan seterusnya menggenangi lantai rumah. Lebih parah lagi jika rumah berada di bantaran kali, air akan lebih cepat naik dan menimbulkan banjir sampai berhari-hari.
Angin kencang di bulan Februari ini datang bersamaan dengan turunnya hujan deras, hal ini perlu juga diwaspadai agar tidak menimbulkan kerusakan seperti atap rumah yang beterbangan atau pohon tua yang tumbang. Mestinya sih pemangkasan pohon-pohon di pinggir jalan atau di halaman rumah dilakukan sebelum musim hujan mencapai puncaknya. Tapi jika itu belum dilakukan maka saatnya kita waspada dengan Cuaca Ekstrim Seperti saat inti seiring dengan perubahan iklim yang lebih sering dikenal dengan climate change.
