Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Buaya Tembaga

(Cerita Rakyat Daerah Maluku)

Alkisah, ada seekor buaya berwarna tembaga yang hidup di sekitar Teluk Baguala. Walau berpredikat sebagai predator tingkat atas, Sang buaya berkelakuan sebaliknya. Dia sangat ramah, baik hati, dan suka menolong hewan-hewan lain yang sedang kesusahan.

Kebiasaan suka menolong ini bermula ketika dia melihat ada seekor kura-kura yang mimik mukanya terlihat sedih. Ketika didekati ternyata kaki si kura-kura terlilit tali hingga tidak dapat bergerak leluasa. Sang buaya kemudian memotong tali itu dengan gigi-giginya yang runcing dan tajam. Setelah putus kura-kura tampak senang dan mengucapkan terima kasih. Begitu seterusnya, Sang Buaya Tembaga selalu membantu siapa saja di sekitar Teluk Baguala yang membutuhkan pertolongan.

Namun karena Teluk Baguala tidak terlalu besar, maka Sang Buaya Tembaga agak sedikit kuper. Dia tidak mengetahui kalau para penghuni di sekitar Laut Buru bagian selatan sedang resah. Mereka merasa takut karena ada seekor ular besar yang selalu mengintai. Sang ular berada di sebatang pohon bintanggor yang ujungnya menjorok ke arah laut sehingga sewaktu-waktu dapat memakan siapa saja (terutama ikan-ikan) yang melintasinya.

Hewan-hewan resah itu kemudian berunding bagaimana cara melenyapkan Sang ular agar kehidupan kembali seperti sedia kala. Dalam rundingan tersebut salah satu di antara mereka mengusulkan agar meminta bantuan Buaya Tembaga. Alasannya, walau berbadan sangat besar dan mengerikan Sang Buaya sebenarnya adalah baik hati dan suka menolong.

Usulan tadi rupanya diamini oleh seluruh mahkluk yang hadir. Selanjutnya, sebagian dari mereka menuju Teluk Baguala menemui Buaya Tembaga. Sampai di teluk mereka disambut hangat oleh Buaya Tembaga. Dan, setelah diceritakan masalah yang sedang dihadapi Buaya Tembaga menyanggupi untuk membantu melawan ular itu.

Esok harinya Buaya Tembaga menuju Laut Buru mencari keberadaan ular besar yang telah memangsa banyak ikan tanpa terkecuali (besar, sedang, hingga bayi ikan). Ketika lokasi ular besar ditemukan Sang Buaya Tembaga langsung mencari tempat persembunyian guna melakukan pengintaian.

Saat Si ular sedang lengah dengan sigap Sang Buaya melompat dan mengigitnya. Si ular yang kaget bereaksi dengan menggit balik dan melilit tubuh Sang Buaya. Pergumulan sengit pun terjadi selama tiga hari. Keduanya memiliki kekuatan sama sehingga pertarungan berlangsung seimbang. Baru pada saat keduanya mulai kehabisan tenaga Sang Buaya mengeluarkan jurus pamungkasnya. Dalam sekejap dia berbalik arah dan mengibaskan ekornya tepat mengenai kepala ular.

Pukulan di kepala tadi membuat Si ular terhuyung dan tergeletak hampir tak sadarkan diri. Setelah agak stabil secepat kilat dia lalu kabur meninggalkan Sang Buaya Tembaga. Para ikan yang melihat kejadian itu tentu saja bersorak gembira. Momok menakutkan yang selama ini menghantui telah berhasil disingkirkan.

Dan, sebagai tanda terima kasih mereka lalu memberikan sebuah gentong besar berisi anak-anak ikan. Oleh Sang Buaya anak-anak ikan tersebut dilepas di Teluk Baguala. Lambat laun mereka tumbuh dewasa dan beranak pinak. Mereka hidup rukun bersama Buaya Tembaga yang tidak kesepian lagi.


Diceritakan kembali oleh ali gufron


This post first appeared on Budaya, please read the originial post: here

Share the post

Buaya Tembaga

×

Subscribe to Budaya

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×