Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Menjelang Hari Raya Idul Adha, Harga Bahan Pangan Melonjak

Jelang Hari Raya Idul Adha 1443 H, mulai timbul permasalahan harga pangan seolah tak pernah ada habisnya.

Kebutuhan bahan pangan dan beberapa komoditas bahan pangan lainnya terus mengalami lonjakan harga.

Kementerian Pertanian (Kementan) dan sejumlah pemangku kepentingan lainnya bekerja sama dalam memantau sekaligus mengawal harga dan ketersediaan pasokan bahan pangan.

Harga kebutuhan pokok sering fluktuatif dan berbeda-beda harganya di beberapa wilayah karena letak geografis serta situasi dan kondisi di dalamnya yang membuat harga tersebut mengalami perselisihan.

Selisih harga di pasar tradisional dan pasar modern, selisih harga di pasar induk dan eceran, maupun selisih harga di pulau (wilayah) satu dengan pulau lainnya disebabkan oleh banyak faktor.

Hal tersebut dipengaruhi banyak faktor di dalamnya menyangkut rantai pasok, distribusi dan kebijakan pemerintah sendiri, serta faktor-faktor lain seperti gagal panen atau surplus.

Tentu, permainan bisnis di dalamnya yang dilakukan oleh para oknum turut andil besar pada fluktuatif dan kenaikan harga pangan.

Seringkali fluktuatif dan kenaikan harga pangan sudah menjadi tradisi jelang perayaan hari-hari besar nasional, harga kebutuhan pokok ikut naik dengan latah, seiring meningkatnya jumlah konsumsi.

Hal itu turut disampaikan oleh pihak Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI).

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) saat ini sebagian harga-harga bahan pangan sudah mengalami kenaikan.

Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan terjadi sejak awal Juni 2022 dan menimbulkan banyak keluhan terutama para pedagang dan konsumen.

Kenaikan kebutuhan bahan pangan juga terpantau di beberapa daerah, seperti di daerah DKI Jakarta.

Berdasarkan hasil data Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada Minggu (12/6/2022), harga cabai rawit merah mencapai Rp 102.000 per kilogram dari harga sebelumnya Rp 90.000 per kilogram.

Kemendag mencermati kenaikan beberapa komoditas pangan seperti gula pasir yang naik 31 Persen Menjadi Rp 17.000 per kilogram, cabai naik 116 persen menjadi Rp 130.000 per kilogram, bawang merah naik 100% menjadi Rp 60.000, bawang putih naik 120 persen menjadi Rp 55.000 per kilogram, minyak goreng naik 47 persen menjadi Rp 25.000 per kilogram, tepung terigu naik 43 persen menjadi Rp 11.000 per kilogram, daging sapi naik 62,5 persen menjadi Rp 130.000 per kilogram, telur ayam negeri naik 36 persen menjadi 29.000, tempe naik 36 persen menjadi Rp 10.000 per potong, tahu naik 50 persen menjadi 20.000 per potong, kol naik 200 persen menjadi 22.000 per kilogram, wortel naik 50 persen menjadi Rp 12.000, daun bawang naik 66 persen menjadi Rp 25.000 per kilogram, sawi hijau naik 50 persen menjadi Rp 15.000 per kilogram.

Dari hasil laporan tersebut, dapat dianalisa bahwa rata-rata kenaikan harga sebesar 71,96 persen.

Sementara itu, cabai rawit merah juga diperkirakan akan mengalami kenaikan harga lagi karena faktor musiman.

Hal ini ditambah dengan prediksi lonjakan permintaan jelang Hari Raya Idul Adha.

“Bawang putih yang sudah impor 100 persen ternyata juga naik. Sekarang sudah Rp 55.000 per kilogram dari harga normalnya Rp 35.000 per kilogram.” Ujar Reynaldi.

Adapun Kerjasama yang dilakukan Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), dengan Dinas Pertanian dan Dinas Ketahanan Pangan diawali dengan rapat koordinasi.

Untuk menjamin pangan selalu tersedia, selain petani yang turun ke lapangan, penyuluh pun akan ikut turun langsung guna memastikan produksi bahan pangan terus berjalan dalam kondisi apapun.

Pemerintah pun akan terus mengantisipasi kenaikan harga bahan pangan serta ketersediaan dan distribusi dengan menugaskan perusahaan pelat merah dan melakukan operasi pasar.

“Kami turut serta turun ke lapangan bersama dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, serta Badan Pangan Nasional untuk mengecek dan identifikasi permasalahan yang ada” jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memperingatkan jajaran menterinya untuk lebih waspada dan memantau perkembangan harga komoditas, terlebih dalam bahan pangan.

Presiden Joko Widodo pun sudah memberitahukan kepada masyarakat akan terjadi kenaikan harga barang seiring dengan ketidakpastian ekonomi global.

Masyarakat luas pun harus menanggung bebannya.

Untuk menjamin pangan selalu tersedia, selain petani yang turun ke lapangan, penyuluh pun akan ikut turun langsung guna memastikan produksi bahan pangan terus berjalan dalam kondisi apapun.

Pemerintah pun akan terus mengantisipasi kenaikan harga bahan pangan serta ketersediaan dan distribusi dengan menugaskan perusahaan pelat merah dan melakukan operasi pasar.

“Kami turut serta turun ke lapangan bersama dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, serta Badan Pangan Nasional untuk mengecek dan identifikasi permasalahan yang ada,” jelasnya.

Terkait langkah jangka pendek untuk menyikapi harga bahan pokok pangan yang terlanjur mengalami kenaikan, pemerintah tidak seharusnya hanya mengandalkan kebijakan bantuan langsung tunai (BLT).

BLT dinilai bagus secara politik, namun tidak untuk perputaran ekonomi. Hal ini, dikarenakan kenaikan harga tidak hanya berdampak pada orang miskin, tapi juga kalangan menengah yang juga butuh solusi.

“Solusi jangka pendek untuk negara terkait kenaikan harga bahan pangan yaitu dengan cara mengelola stok di bulog.

Lalu, negara hanya perlu mengalokasikan dana untuk anggaran. Sementara bagi masyarakat, kita perlu cari penghasilan tambahan atau menghemat pengeluaran.”



This post first appeared on Digstraksi, please read the originial post: here

Share the post

Menjelang Hari Raya Idul Adha, Harga Bahan Pangan Melonjak

×

Subscribe to Digstraksi

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×