Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Buatlah berbeda, dan jadikan berbeda

Tags: produk punya bisa

Saya menyebutnya: “Make different, and be different”. Begitulah seharusnya yang kita lakukan. Berbeda, itu artinya kita tak punya pesaing (kalau bisa).

Atau, setidak-tidaknya mengurangi kemungkinan Produk kita sama dengan produk orang lain.

Lagi pula, membuat berbeda, akan menjadikan produk kita jauh lebih mudah memenangkan pasar. 

Kalau kita berhadapan dengan seorang ahli marketing, maka pertanyaan pertama yang harus dijawab secara tegas, adalah: “Apa perbedaan produk kita dibandingkan dengan produk orang lain?”

Begitulah pembukanya: ‘What is the different…?’ Lalu, pertanyaan berikutnya: “Apa keunggulan produk ini, dibandingkan dengan produk lainnya?” Juga pertanyaan lainnya: “Apa kebaruan (inovasi) produk ini?”

Menjawab ketiga pertanyaan ini, seharusnya sudah dimulai sejak produk belum ada wujudnya, yaitu pada saat produk itu baru berupa konsep.

Bukannya, sesudah produknya jadi, baru sibuk mencari jawab atas ketiga pertanyaan itu.

Kalau kita sudah terbiasa menyontek, meniru, atau membajak produk orang lain, maka persoalan ‘menghasilkan produk yang berbeda’, pasti menghasilkan  ketakutan luar biasa.

Apalagi, tentang keunggulan produk. Bagaimana bisa lebih unggul, lawong produknya kan nyontek punya orang? Lalu, tentang kebaruan (inovasi), bagaimana bisa punya inovasi, kan produk ini meniru produk orang lain? Nah kan…., jadinya susah kan….

Bukannya apa-apa. Bisa jadi, karena kita sudah sangat terlena, terbuai, dan berada dalam kubangan yang nyaman, karena tak perlu keluar dana besar untuk melakukan proses R&D (research and development), tak perlu menggaji enjiner atau disainer, tak perlu berpayah-payah, bahkan juga tak perlu melakukan usaha apapun.

Cukup mencontek, meniru, atau membajak benda jadi yang ada di depan mata. Begitulah fenomena yang bisa membuai dan membuat kita lupa diri; sehingga merasa tak perlu melakukan proses disain, dan tak perlu membuat produk sendiri, yang khas milik kita.

Coba cermati, amati, dan lihat saja sendiri; betapa banyak produk sejenis, yang dijual di pusat-pusat perbelanjaan.

Lalu, coba amati lebih seksama, apa beda antara setiap produk sejenis itu. Besar kemungkinan kita akan kesulitan mendapatkan perbedaan antar produk sejenis itu.

Kalau saja tiba-tiba kita bertanya kepada pemilik toko itu: “Apa perbedaan masing-masing produk ini?” Bisa jadi, sang pemilik toko akan kelabakan dan menggelengkan kepalanya, dan seketika menjawab: “Waaaa ndak tahu Mas.

Lihat saja sendirilah…” Padahal ujung tombak marketing produk itu, kan ada di tangan pemilik tokok atau sekurang-kurangnya pelayan toko itu.

Kalau mereka saja tidak bisa menjawab, mana bisa produk itu memenangkan persaingan pasar, yang nyatanya persaingan pasar itu bisa amat sangat kasar dan bahkan juga sangat jahat.

Tetapi, sebenarnya bagaimana suatu produk itu dibuat, semuanya diawali dari perencananya (disainernya), bukan orang lain, siapapun itu.

Jawaban paling lengkap (kalau ada dan kalau punya), semestinya diberikan oleh sang perencananya atau disainernya, termasuk dialah yang seharusnya juga paling bertanggung-jawab atas segala hal yang berkait erat dengan produknya.

Dalam hal ini, tak bisa dia berkilah, dan mengatakan: “Soal produk saya? Tanyakan saja pada orang marketing…” Kalau pernyataan seperti ini yang terlontar, itu sama saja dengan bunuh diri, sebab tak akan ada orang lain yang paling tahu tentang produk/barang itu selain dirinya, yang merencanakannya (yang mendisain); bahkan sejak ‘makhluk’ itu belum ada, belum berujut sketsa gambar kerja, atau gambar apapun; yaitu ketika masih berupa gagas disain, yang baru ada di benak kepalanya.

Hanya perencananya yang tahu, apa yang dipikirkannya. Jadi, dalam soal ini, dia tak boleh berkilah dan melarikan diri, menyerahkan jawabannya kepada orang lain.

Memang, menjadikan produk berbeda, dan memiliki keunggulan, serta inovasi tertentu; tak mudah. Perlu memutar otak dan mengeluarkan sejumlah kesaktian sebagat perencana atau disainer.

Tapi hal itu bukan tak mungkin dilakukan. Membuat berbeda, punya keunggulan, dan punya inovasi; seharusnya sudah bisa dilihat dan dicermati sejak awal. Paling tidak, sejak masih dalam bentuk konsep, jauh sebelum produknya jadi.

  • Produk harus punya perbedaan. Dalam hal ini, perbedaan suatu produk, tidak harus spektakuler, atau luar biasa; tetapi tetap harus mudah dilihat dan dibandingkan terhadap produk lain yang sejenis. Ada banyak perbedaan yang bisa direncanakan/didisain. Hal seperti itu, hanya bisa dicapai jika perencana atau disainernya terbuka wawasannya, tidak didasari oleh sekedar keinginan semata. Tampilkan saja perbedaan yang sudah dikonsepkan secara matang. Jangan asal berbeda.
  • Produk harus punya sesuatu keunggulan. Hal inilah yang dengan serta merta, akan membedakannya dengan produk lainnya. Kalau tidak ada perbedaan sama sekali, lalu untuk apa mendisain produk itu? Suka atau tidak suka, perencana atau disainernya harus memikirkan secara serius apa keunggulan produknya. Keunggulan dari segi teknis, bisa juga ditampilkan. Tapi, kalau ini yang ditampilkan, maka yang dapat bintang kehormatan, adalah enjiner, bukan disainer. Jadi pikirkan juga keunggulan yang berasal dari dunia disainer, supaya sang disainer juga dapat bintang kehormatan.
  • Produk harus punya ‘kebaruan’ (inovasi). Sebenarnya, harus diakui saja, menjawab soal ini tidak terlalu mudah. Secara umum, kebaruan (inovasi) bisa ditampilkan dalam dua golongan, yaitu: Inovasi sebagian (partial innovation); serta indonasi total (total innovation). Inovasi total memang sukar, karena sifatnya yang menyeluruh. Tetapi inovasi sebagian, tetap sangat memungkinkan untuk dicapai. Tapi ada sedikit catatan, meskipun inovasi sebagian (partial innovation) relatif mudah dicapai, tapi ya jangan sampai kebaruannya sedemikian kecilnya, sehingga orang bisa menyatakan: “Kalau nilai kebaruannya cuma segitu, cuma secuil itu, itu sih bukan inovasi, tapi sekedar ‘modifikasi’ doang….” Harap dipahami sajalah, bahwa modifikasi kan tetap menampilkan sesuatu yang berbeda, meskipun amat sangat kecil skalanya. Dan, sesuatu yang berbeda, memang tetap bisa dikatakan sebagai inovasi juga, tapi merupakan inovasi yang amat sangat kecil skalanya. Nah, yang seperti ini, biasanya disebut ‘modifikasi’, dan tidak disebut inovasi.

Mendisain suatu produk menjadi berbeda, punya keunggulan, dan punya inovasi; memang relatif sukar.

Tetapi ini merupakan tantangan, yang akan membuat sang perencana atau sang disainer, berpikir keras sejak produknya belum jadi apa-apa, belum berbentuk, dan mungkin masih berupa gagas (ide).

Dan, jika ia cukup terbuka alam pikirannya, tidak terbebani oleh berbagai hal, punya kesempatan, punya niat yang kuat, serta mau melakukannya; mestinya ia akan bisa menemukan sejumlah gagas, yang akan membawa dirinya kepada sesuatu yang berbeda, punya keunggulan, dan punya inovasi. 

“Masih juga mencontek, meniru, dan membajak produk orang lain juga? Malu dong. Coba dong keluarkan segala kesaktian loe. Bikin produk loe sendiri dong. Berani nggak…?” Waaaah…. 

Sesi tinjauan bubar. Sejumlah pesertanya berguman lirih: “Bisa enggak ya gue punya produk yang keren, berbeda, punya keunggulan, dan punya inovasi?” Rupanya gumaman itu terdengar oleh sang pembawa acara.

Ia lantas berteriak nyaring: “Saudara-saudara… tak ada yang tak mungkin, sejauh kita punya nita kuat dan berusaha sekuat tenaga….!!” Suaranya terdengar bergema keras di ruang besar itu, membuat para peserta kaget dan menjublak terkesiap. Seperti disadarkan dari mimpi buruk saja….



This post first appeared on Digstraksi, please read the originial post: here

Share the post

Buatlah berbeda, dan jadikan berbeda

×

Subscribe to Digstraksi

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×