Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

5 Fakta Tentang Bilal Bin Rabbah

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.”(HR.Bukhori)

Hadist di atas mengabarkan bahwa generasi terbaik adalah generasi para Sahabat. Sahabat di sini artinya adalah orang yang beriman ,bertemu dengan Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam dan ketika meninggal pun masih dalam keadaan beriman. Disebut generasi terbaik karena para sahabat dididik langsung oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam sehingga menjadi manusia-manusia terbaik dalam kehidupan ini.

Karena generasi terbaik, maka kisah para Sahabat Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam dapat dijadikan semacam rujukan atau contoh untuk menjalani kehidupan. Bagaimana menjadi seorang yang dermawan, kita dapat mencontoh Utsman bin Affan radhiyallahu anhu.Bagaimana menjadi orang yang tegas dan pemberani, kita dapat mencontoh Umar bin Khatab radhiyallahu anhu, dan lain sebagainya.

Bilal bin Rabbah radhiyallahu anhu , salah satu sahabat Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam yang terkenal dengan kegigihanya dalam mempertahankan keimanannya kepada Allah Ta’ala. Tepat juga bila Bilal Bin Rabbah radhiyallahu anhu adalah ikon kesabaran dan ketabahan karena betapapun siksaan mendera fisiknya, ia tetap tabah dan sabar menjalani konsekuensi atas keputusan yang ia ambil yaitu mengesakan Allah Ta’ala. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai sahabat yang suara terompahnya pernah didengar Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam di surga ini, cek 5 fakta Bilal Bin Rabbah ini, ya!

1. Budak yang pertama kali masuk Islam

Ibnu Sauda (anak dari wanita hitam) adalah sebutan untuk Bilal karena ia putra seorang budak wanita berkulit hitam. Berita tentang adanya nabi yang membawa ajaran baru terdengar ke telinga Bilal yang saat itu menjadi budak tokoh kafir Quraisy yaitu Umayyah nin Khalaf. Ia mengetahui bahwa orang-orang Quraisy sebenarnya tidak meragukan apa dikatakan Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wassalam sebagai nabi yang membawa ajaran baru karena beliau sudah dikenal ssebagai orang jujur. Namun, orang-orang Quraisy tidak mau mengakuinya agar-agar orang tidak meninggalkan agama nenek moyang mereka. Hal ini membuat Bilal yakin bahwa ajaran yang dibawa Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wassalam adalah ajaran yang benar.

Ia pun menemui Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam untuk memeluk agama Islam. Dengan demikian, Bilal termasuk dalam assabiqunal awwalun yaitu golongan orang-orang yang awal masuk Islam. Kalau Zaid bin Haritsah adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari golongan bekas budak, maka Bilal bin Rabbah adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari golongan budak atau hamba sahaya.

2. Pengucap kalimat Ahadun Ahad

Bilal melaksanakan keislamannya secara diam-diam mengingat ia masih menjadi hamba sahaya seorang kafir pembesar di suku Quraisy. Namun, lambat laut berita keislamannya sampai ke telinga majikannya. Umayyah Bin Khalaf marah luar biasa hingga siksaan yang teramat mengerikan diterima oleh Bilal bin Rabbah. Sayangnya, siksaan tersebut tidak menggoyahkan iman Bilal.

Tiap kali siksaan menderainya, mulai daricambukan hingga ditindah batu besar, Bilal hanya mengucapkan,”Ahadun Ahad”. Kalimat sedeharna namun penuh makna maka kalimat itu dikenang hingga kini oleh umat Islam sedunia. Ahadun ahad atau Dialah yang esa mencerminkan dalamnya ketauhidan seorang budak yang belum lama masuk Islam. Dengan kalimat itu pula ia kuat menghadapi siksaan yang di luar biasa menyakitkan dengan demikian kalimat tersebut adalah pelipur laranya.

3. Muadzin pertama dalam Islam

Pada akhirnya siksaan terhadap Bilal berakhir setelah Abu Bakar menebusnya dari Umayyah bin Khalf dengan harga yang sangat mahal. Setelah ditebus, Bilal dimerdekakan dan sejak saat itu berkhidmat kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam. Ia menjadi salah satu sahabat Rasul yang sangat setia.

Dakwah Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam kian terbuka dan bersamaan dengan itu permusuhan kafir Quraisy kian gencar. Saat itu keamanan dan keimanan kaum muslimin sangat terancam. Hal tersebut menjadi salah satu alasan kaum muslim hijrah ke Yatsrib atau Madinah, termasuk Bilal.

Di Madinah Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam membangun masjid Nabawi dan menunjuk Bilal untuk mengumandangkan adzan pertama kali karena suara Bilal sangat merdu. Sejak saat itu Bilal dikenal sebagai muadzin Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam.

4. Menyaksikan kematian orang yang menyiksanya

Perang Badar adalah perang dimana beberapa pemimpin Quraisy terbunuh, salah satunya adalah Umayyah bin Khalaf, mantan majikan Bilal. Melihat Umayyah bin Khalaf dan anaknya diseret oleh Abdurrahman bin Auf membuat Bilal seperti melihat rekaman penyiksaan yang dilakukan oleh Umayyah bin Khalaf dan gerombolannya dalam menyiksa kaum muslimin, termasuk dirinya. Bila berteriak bahwa bila Umayyah bin Khalaf selamat, kaum muslimin tak akan selamat dari gangguannya. Kaum Anshar yang sudah geram dengan Umayyah bin Khalaf segera menyerangnya, tebasan pedang mendarat di tubuh gemuk Umayyah bin Khalaf. Abdurrahman bin Auf tak mampu mencegah apa yang dilakukan oleh kaum Anshar tersebut. Bilal melihat dengan mata kepalanya sendiri kemarin tragis Umayyah bin Khalaf yang dulu lantang menyiksanya.

Bila mayat pimpinan Quraisy yang lain dimasukkan ke dalam sumur Badr maka mayat Umayyah bin Khalaf hanya ditimbun tanah di tempat karena mayatnya membusuk seketika hingga kulitnya mengelupas.

5. Tidak sanggup melantunkan adzan setelah Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam meninggal

Kecintaan dan kesetiaan Bilal terhadap Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam tidak diragukan lagi maka ketika Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam meninggal dunia, Bilal sangat bersedih hingga ia hanya mampu mengumandangkan adzan selama 3 hari. Ia selalu menangis tiap kali adzan. Ia meminta izin kepada Khalifah Abu Bakar untuk tidak lagi mengumandangkan adzan karena ia selalu tak sanggup melanjutnya ketika sampai pada kalimat,”Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi,” . Khalifah Abu Bakar pun mengizinkan.

Madinah, kota yang penuh kenangan bagi Bilal bersama Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam. Ia merasa tidak sanggup bila terus berada di kota tersebut karena Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam telah tiada. Ia  pun meninggalkan Madinah.

Kisah Bilal adalah kisah tentang keteguhan iman, ketauhidan yang kokoh, kesabaran yang tiada batas, dan cinta yang tulus. Semoga kita bisa meneladani Bilal bin Rabbah.



This post first appeared on Digstraksi, please read the originial post: here

Share the post

5 Fakta Tentang Bilal Bin Rabbah

×

Subscribe to Digstraksi

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×