Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Belajar Dari Game Far Cry 6, Kalau Peran Antagonis Sama Pentingnya Dengan Protagonis

Far Cry 6. Game series keenam dari serial Far Cry, keluaran Ubisoft yang baru rilis, 7 Oktober 2021 yang lalu ini cukup membawa angin segar untuk para pecinta gamer genre first person shooter, adventure dan action. Meskipun di tahun 2021 ini, banyak games yang diundur, Far Cry 6 ini hadir dan berhasil memberikan gameplay open world yang serius tetapi juga asik.

Game Far Cry 6 kembali membawa sesuatu yang diperbincangkan di kalangan pecinta game first person shooter dan open world. Kali ini Far Cry 6 membawa pemain menuju ke setting tropical island mirip dengan pendahulunya Far Cry 3.

Belajar Dari kesuksesannya game Far Cry 5 sebelumnya, kali ini Far Cry 6 berani menambahkan bumbu keasikkan gameplay mereka. Dengan action yang bisa dilakukan oleh pemain seperti menggunakan pesawat melintasi pulau ke pulau, membunuh tentara-tentara yang memburu pemain dengan bermacam cara, lalu map dunia Far Cry 6 yang basically sebuah kepulauan Carribian di Amerika Selatan membuat pemain bisa benar-benar mengeksplorasi dunia Far Cry 6. Belum lagi graphics game ini yang membuat kita betah bermain berjam-jam memerdekakan pulau-pulau yang dikuasai pemerintahan Yara.

Namun selain semua itu, yang tetap menjadi senjata utama Far Cry adalah kegilaan tokoh Karakter mereka. Sama seperti pendahulunya. Game Far Cry 6 ini selalu memberikan  tokoh antagonisnya pusat perhatian yang sama besarnya dengan tokoh protagonis yang kita mainkan. Tak tanggung-tanggung, Ubisoft mengundang Giancarlo Esposito, salah satu nama besar actor antagonis di Amerika untuk memainkan peran Anton Castillo, seorang diktator pemimpin negara fiksi Yara yang memiliki twisted logic dalam memerintah.

Dalam Far Cry 6 ini, kita mengikuti Cerita dari Dani Rojas, seorang mantan militer yang bergabung dalam kelompok guerilla yang bernama Libertad untuk membebaskan masyarakat Yara dan menjatuhkan rezim diktator Anton Castillo yang memiliki visi menyelamatkan Yara melalui totaliter ekonomi (penanaman tembakau) dengan cara kerja paksa dan perbudakan masyarakatnya.

Untuk bisa menaklukkan Castillo, Dani harus mengumpulkan teman-teman guerilla lain yang berkuasa di daerahnya masing-masing untuk bersatu melawan tantara dan pemerintahan Anton Castillo yang sadis dan methodical. Yang menarik dari Anton Castillo ini, ia bukanlah seorang diktator yang mencari kepuasaannya sendiri, tetapi ia seorang diktator yang memang benar-benar peduli dengan negara Yara. Ia yakin keluarganya adalah singa sedangkan masyarakat Yara adalah domba yang dikuasai singa untuk kerja paksa demi kepentingan Yara.

Bagusnya Far Cry 6 ini juga, setiap kali karakter antagonis utamanya muncul, membuat kita berpikir dua kali lagi untuk melawan mereka. Plus dalam perjalanan ceritanya, kedua karakter ini juga selalu sama-sama mengalami character development. Untuk Dani, mungkin tidak lari dari masalah, tetapi menghadapinya. Sedangkan untuk Anton, keyakinan terhadap anaknya Diego yang makin bertumbuh besar, bahwa Diego akan menjadi singa dewasa penerusnya.

Belajar dari Far Cry 6, variasi karakter dalam cerita juga menjadi salah satu keunggulan cerita. Makin banyak variasi karakternya, makin banyak perbedaan sifat, watak, motivasi, dan support system di sekitar karakter tersebut. Maka karakter tersebut makin membawa daya tarik kepada pembaca, pendengar, pemain, dan audience.  

Dalam sebuah cerita karakter memiliki peran yang sangat crucial. Baik karakter protagonis, antagonis, atau sampingan. Karakter-karakter inilah yang menggerakkan plot cerita. Tanpa adanya perbedaan tujuan dari karakter protagonis dengan karakter antagonis, jalan cerita tidak akan bisa berjalan. Konflik tidak akan muncul apalagi resolusi. La trus, siapa coba yang mau ngikutin jalan cerita yang seperti itu? Ga asik lah!!

Stereotype yang ada seringkali juga membenarkan kalau yang namanya protagonis, itu dia pahlawannya, dia selalu menang, dia ga bisa mati, dia pure baik sifatnya, dan masih banyak lagi. Sedangkan antagonis 180 derajat kebalikannya. Jahat, pembunuh, sadis, dan akhirnya akan kalah sama protagonis.

Mungkin dalam dunia yang perfect seperti di mimpi kita itu bisa terjadi. Namun, tidak di dunia kita. Ya kan? Di realitanya baik dan jahat itu abu-abu, karakter yang bisa membawa ciri abu-abu ini justru yang lebih menarik untuk kita ikuti ceritanya. Iya tidak? 

Untungnya juga, kebanyakan storytelling di zaman sekarang sudah menyadari itu. Far Cry 6 juga yang termasuk menyadari dan sudah menerapkan abu-abu baik dan jahat pada karakternya.

Dani Rojas, karakter protagonis yang kita mainkan sepanjang game-nya juga membunuh tentara dan jendral Anton Castillo. Dani juga kehilangan teman seperjuangannya, berhasil ditangkap oleh Anton, ketemu anaknya Diego tapi ngga Dani bunuh, bahkan sampai berani diplomasi bareng bersama Anton dan Diego di meja makan. Sama seperti manusia biasa, Dani takut ia akan dibunuh saat tertangkap, dan Dani balas dendam membunuh jenderal militer Anton karena temannya terlebih dulu diracun dan terbunuh.

Kalau dari sisi Anton, orang tuanya dulu adalah presiden dari Yara yang terbunuh oleh guerilla seperti Dani, ia mau anaknya Diego siap melanjutkan visinya atas Yara, ia memandang rakyat itu domba-dombanya, dan Anton peduli banget sama negaranya sampai-sampai mau melakukan apapun untuk visinya atas Yara. Kayak orang kumis tebel yang suka nasi yaa..

Semua hal yang Dani Rojas dan Anton Castillo lakukan ini, hal-hal yang kita semua, sebagai manusia juga bisa lakukan bukan?

Jadi, dari game Far Cry 6 kita belajar. Baik protagonis ataupun antagonis, keduanya harus punya perbedaan tujuan. Dari perbedaan itu, muncul konflik karena antagonis menghambat tujuan protagonis dan sebaliknya. Lalu dalam sebuah cerita, semakin relate atau nyata tokoh karakternya maka, semakin banyak daya tarik karakter tersebut dan semakin kompleks pula karakter itu diceritakan.

(ditunjukkan lewat tindakan yang ia pilih, akibat yang terjadi dari pilihannya, moral guide-nya, support system-nya, motivasinya dan character development yang terjadi sepanjang cerita).

Terakhir, ada quotes dari bapak-bapak penulis yang sudah legend di dunia storytelling. Beliau bilang begini,

  “Saya pikir cerita yang bagus banget adalah cerita yang menceritakan mengenai orang-orangnya bukan cerita ke event-nya. Yang mana hal itu namanya, character driven.”  Stephen King

Nah, jadi next time waktu istirahat buat tugas atau kerjaan sambal lihat gameplay Far Cry 6 di youtube dan pengen mainin juga, tapi belum punya PS 5. Inget-inget lagi kalau kita semua bisa buat cerita yang karakter antagonisnya berperan sama pentingnya seperti protagonisnya dan nanti moga-moga cerita kita bisa jadi uang untuk beli PS 5-nya.  



This post first appeared on Digstraksi, please read the originial post: here

Share the post

Belajar Dari Game Far Cry 6, Kalau Peran Antagonis Sama Pentingnya Dengan Protagonis

×

Subscribe to Digstraksi

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×