Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Perkenalkan, Badud pagelaran kuno dari selatan

Seni Badud belum se-terkenal seni Kuda Lumping ataupun seni Barong bahkan mungkin bagi anda pecinta seni budaya sekalipun. Tak heran karena kesenian Badud berasal dari pelosok Pangandaran. Tepatnya berasal dari Dusun Margajaya salah satu dusun di Desa Margacinta Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran.

Apa itu seni Badud???

Seni Badud adalah sebuah pagelaran yang memadukan antara seni peran, seni tari dan seni musik serta unsur mistik di dalamnya. Para pemain terdiri dari 2 sampai 4 orang yang berperan menjadi Petani, 3 atau 4 orang berperan menjadi hewan liar, 2 orang berperan menjadi kakek-kakek dan nenek-nenek, beberapa orang sebagai pemain musik pengiring serta 1 atau 2 orang pawang.

Dalam pagelaran Badud biasanya diawali dengan gerak tari para pemeran petani yang  memeragakan kegembiraan dengan membawa properti berupa seikat padi hasil panennya, kemudian disusul dengan para pemeran hewan liar lengkap dengan kostum dan topeng hewan yang memeragakan gerakan-gerakan hewan liar sebagaimana topeng dan kostum yang dipakai masing-masing. Hewan liar yang diperagakan biasanya terdiri dari Harimau, Babi Hutan, Kera dan Lutung.

Pada awalanya tarian-tarian para pemain diiringi oleh musik dengan tempo lambat, alat musik yang digunakan dalam pagelaran Badud ini adalah alat music Dogdog dan Angklung. Alat musik Dogdog adalah alat musik perkusi berbentuk seperti Kendang kecil yang terdiri dari 6 buah dari ukuran terkecil hingga ukuran terbesar.

Keseruan pagelaran Badud ini akan menjadi seru dan menegangkan seiring dengan tempo musik yang kian cepat. Ketika musik pengiring menjadi lebih cepat, suasana mistis pun perlahan muncul dan para pemeran hewan liar akan melakukan gerakan akrobatis hingga kasurupan (kerasukan). Dalam kondisi kerasukan ini para pemeran hewan liar akan berperilaku menyerupai hewan yang mereka perankan. Di sini para pawang akan mulai mendampingi para pemain yang kerasukan, para pawang akan berusaha untuk mengendalikan para pemain agar tak membahayakan penonton, pasalnya para pemain ini akan benar-benar menyerupai hewan liar yang diperankan, contohnya pemeran Kera dan Lutung akan benar-benar memanjat pohon kelapa, Menggigit dan mengupas buah kelapa dengan gigi mereka. Begitupun biasanya pemeran harimau dan babi hutan akan saling kejar dan berusaha saling melukai.

Ketika keadaan makin tak terkendali, para pawang akan langsung mengejar dan menangkap pemain yang kerasukan dan memberikan jampi-jampi agar kesadaran pemain pulih kembali. Bersamaan dengan itu pemeran Kakek dan Nenek akan masuk dengan tarian-tarian dan tingkah laku jenaka untuk mencairkan suasana dan biasanya sambil membawa wadah (biasanya ayakan) untuk mengumpulkan saweran dari para penonton yang menikmati pagelaran ini.

Sejarah Badud

Menurut penuturan tetua setempat, Badud diperkirakan sudah ada sejak tahun 1880 di Dusun Margajaya. Namun itu hanya keterangan berdasar pada penuturan dan kisah dari mulut ke mulut. Yang pasti kesenian tradisional Badud  telah ada sejak lama dan tidak diketahui secara pasti angka tahunnya.

Pada awalnya, pergelaran seni Badud menjadi bagian dari ritual saat panen tiba, yaitu pada sesi iringan masyarakat membawa hasil panen ke lumbung yang ada di desa. Rombongan seni badud berjalan beriringan dengan rombongan petani yang membawa hasil panennya ke lumbung di desa.

Selain, itu pada zaman dahulu Badud juga menjadi bagian dari salah satu cara mengusir hama padi dan pengusiran terhadap binatang yang dianggap mengganggu. Badud juga difungsikan pada saat musim penebangan pohon atau menanam benih dengan iringan bacaan mantra dan doa serta berbagai sesuguhan /sesajen.

Sejak sistem panen menjadi dua atau tiga kali dalam setahun, Badud tidak hanya diperuntukan sebagai iringan hasil panen (padi), tetapi juga difungsikan sebagai pengiring atau hiburan dalam acara hajatan baik itu khitanan, pernikahan, dan acara lainnya.

Badud saat ini

Seni Badud sedikit demi sedikit semakin terancam punah setelah masuknya jenis kesenian lain yang semakin mendapat perhatian masyarakat setempat. Puncaknya, sekitar tahun 1990-an, seni badud sudah tidak lagi dipentaskan karena sudah kalah bersaing dengan jenis kesenian lain yang dianggap lebih menarik oleh masyarakat.

Baru pada tahun 2013, setelah Cijulang menjadi bagian dari pemekaran Kabupaten Pangandaran, seni Badud kembali diperkenalkan dan direvitalisasi. Kostum binatang yang dahulu dibuat ala kadarnya, saat ini sudah dibuat semirip mungkin dengan binatang sesungguhnya. Salah satu cara pengenalan Badud kepada generasi muda yang dilakukan oleh Pemerintah Desa setempat adalah dengan mewajibkan pelaksanaan pagelaran Badud minimal satu tahun sekali  yaitu beberapa saat setelah Upacara Peringatan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

Itulah sekilas gambaran tentang seni Badud yang merupakan budaya kuno dari Pangandaran yang harus dilestarikan karena merupakan kekayaan khazanah budaya di negara Indonesia tercinta ini.



This post first appeared on Digstraksi, please read the originial post: here

Share the post

Perkenalkan, Badud pagelaran kuno dari selatan

×

Subscribe to Digstraksi

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×