Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Nyemprot Enggak Kalah Manteb

Terik panas pagi ini cukup menyengat, pada saat ini para petani Sudah melakukan aktifitas sejak pagi buta. Ada yang sedang macul, ada pula yang ulur dan ada juga yang sedang nyemprot. Tak ada kegiatan yang abnormal, semua kegiatan berjalan normal walaupun intensitas curah hujan beberapa hari kebelakang cukup tinggi, hingga menyebabkan debit permukaan air sungai cukup tinggi. Alhamdulillah kali enggak sampek mbudak.

Ngomong-ngomong soal kegiatan bertani, mungkin di mata orang yang awam dengan sawah, macul/nyangkul merupakan kegiatan yang pasti manteb, itu memang benar. Akan tetapi kalau kegitan lain selain nyangkul dianggap enteng dan enggak manteb itu salah. Semua kegiatan di sawah itu manteb, bahkan saat panen sekalipun.

Seperti kegiatan nyemprot yang kerjaannya mondar-mandir bawa tangki semprotan, mungkin masih ada yang menganggap hal itu enteng. Tapi percayalah mondar-mandir bawa tangki semprotan enggak se-enteng yang dikira. Kenapa saya bilang begitu, karena saya punya alasan tersendiri, dan mungkin sedikit dari kalian merasa termantebkan.

#1 Mantebnya Tangki Semprot

Sumber gambar: krjogja

Beban yang dirasakan saat nyemprot itu cukup terasa manteb di pundak. Mengapa saya bilang begitu, karena satu tengki semprot bisa menampung air yang cukup banyak, 14-18 liter tergantung ukuran tangki semprotnya. Kebanyakan di daerah saya para petani menggunakan tangki semprot ukuran 14-16 literan. Khusus 14 literan biasanya terbuat dari stainless steel.

Sudah bisa dibayangkan bagaimana manteb-nya nyangklong tengki. Apalagi yang terbuat dari alumunium dan besi, belum ada isinya saja sudah cukup berat apalagi kalau sudah ada isinya. Alhamdulillah karena kemajuan zaman serta teknologi untuk sekarang ini tangki semprot sudah ada mesin penyemprotnya, tinggal pencet sudah keluar air. Berbeda dengan dulu harus ngogleg supaya airnya bisa keluar.

#2 Terik Matahari

Sumber gambar: pixabay.com

Panas membuat nyemprot menjadi lebih manteb. Keringat otomatis mengalir dengan deras, begitu pula napas yang mulai berpacu dengan keras. Karena itulah biasanya para petani bawa penutup kepala, entah itu capil, topi, kaos, atau sekenanya. Karena pada dasarnya penutup kepala menghindarkan kepala terpaparan langsung oleh sinar matahari. Tau lah kalau terlalu lama terpapar panas matahari tubuh kita gampang oleng dan mata jadi berkunang-kunang.

Sebenarnya bisa disiasati dengan berangkat lebih pagi. Di saat pagi buta haruslah sudah berangkat, jangan tergoda dengan kasur bila tak ingin terlalu lama terpapar panas matahari saat nyemprot. Kan tau lah sekarang jam 10-an aja sudah panas, apa lagi di tengah sawah yang hanya ada tanaman swadaya dengan rindangnya tidak bisa menyamai pohon.

#3 Banyak Tanaman Dan Luas Tanah Berpengaruh

Sumber gambar: pixabay.com

Semakin luas tanah dan semakin banyak tanaman swadaya, semakin lama nyemprot dan semakin manteb pula nyemprot. Dengan tanaman yang banyak pergerakan akan melambat, karena meratakan semprotan itu penting untuk menjaga kemujaraban obat pertanian. Percuma kalau obat mahal tapi nyemprote ora pokro lan roto.

Berbanding lurus dengan luasnya lahan. Kalau sawah luas otomatis nyemprot akan lama juga, kecuali kalau ada teman yang membantu. Hal ini pula masih memiliki benang merah dengan panas. Karena semakin lama nyemprot, semakin lama pula kepanasan. Satu-satunya cara untuk mengatasinya yaa harus berangkat lebih-lebih pagi.

Bagaimana dengan alasan di atas, masuk akal bukan. Nyemprot juga tidak kalah manteb dengan macul, walaupun level nyemprot masih di bawah macul. Btw Ini bukan bermaksud sambat ya, tapi sekedar buat pengetahuan kalau yang kelihatannya enteng itu sebenarnya enggak enteng-enteng banget.  



This post first appeared on Digstraksi, please read the originial post: here

Share the post

Nyemprot Enggak Kalah Manteb

×

Subscribe to Digstraksi

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×