Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Bermacam Ritual Upacara Keagamaan Terkait Rahinan Di Bali

Agama Hindu di Bali sangat unik,kental berbagai tradisi maupun adat budaya lokal. Begitu banyak acara keagamaan berbalut adat budaya setempat bisa dijumpai di Bali terkait rahinan. Akar agama Hindu yang berasal dari India justeru sangat berbeda dengan asalnya,baik itu tata cara persembahyangan,prosesi ritual upacara keagamaan,busana untuk persembahyangan,sarana dan prasarana persembahyangan dan lain sebagainya. Tapi tentu tujuan dari semua itu adalah memuja Ida Sang Hyang Widi Wasa meskipun dengan cara yang berbeda.  Prosesi upacara persembahyangan terkait rahinan di Bali sangat dipengaruhi sasih (bulan), saptawara (hari),panca wara dan wuku. Upacara keagaamaan rahinan berbeda dengan Hari raya yqng banyak jugq dilakukan di Bali.

Untuk menambah pengetahuan atau wawasan anda,berikut akan kami rangkum berbagai upacara keagamaan baik itu berkaitan yang biasa disebut “rahinan” di Bali,antara lain : 

1. HARI RAHINAN PURNAMA DAN TILEM

Hari Purnama dirayakan 15 hari sekali,bergantian dengan hari Tilem yqng juga jatuh setiap 15 hari sekali.

Hari Purnama adalah dimana Bhatara Candra sedang terang benderangnya, sedangkan tilem adalah Bulan dalam keadaan mati atau gelap.

Banten Purnama dan Tilem:

Karena hari ini adalah hari suci, maka Purnama dan Tilem juga disebut sebagai hari mesucian. Untuk itu yang perlu dihaturkan adalah :

1. Canang Burat Wangi

2. Canang Lenge Wangi

3. Canang Reresik

4. Banten Ajuman

Untuk Banten Ajuman, maka harus disesuaikan dengan kondisi (Desa Kala Patra) dimana umat Hindu berada. Juga harus disesuaikan dengan jumlah palinggih yang ada disetiap Mrajan atau Sanggah umat Hindu. Jika hanya satu kepala keluarga dalam satu pekarangan, maka secara otomatis akan ada satu sanggah cenik atau mrajan alit, yang jumlah pelinggih nya paling minim Padmasana, maka banten ajuman hanya membuat satu buah saja.

Jika dalam sebuah pekarangan terdapat sanggah Gede atau Mrajan Agung, maka jumlah banten Ajumani harus disesuaikan dengan jumlah pelinggih yang ada. Dengan demikian jangan sampai ada banten ajuman yang melebihi kapasitas pelinggih. Setelah demikian maka barulah menghaturkan sembah bhakti kepada Bhatara Hyang Guru dan Bhatara Candra. Memohon keselamatan sekeluarga dan jika memungkinkan hari Purnama dan Tilem sangat baik untuk melakukan pengelukatan atau prayascita yaitu pembersihan diri.

2. HARI RAHINAN SARASWATI

Hari Saraswati jatuh pada saniscara umanis wuku watugunung. Pada hari ini yang dipuja adalah Dewi Saraswati sebagai dewinya ilmu pengetahuan dan kepandaian, dewinya segala macam bentuk pengetahuan, dan dewinya segala macam mantra. Jika seseorang hendak memperdalam ilmu pengetahuan baik jasmani dan rohani, maka di hari Saraswati inilah saat yang tepat untuk memohon anugrah agar apapun yang dipelajari bisa berhasil.

Dewi Saraswati sebagai dewinya ilmu pengetahuan berstana di aksara-kasara, huruf-huruf dan tulisan serta buku-buku. Untuk itulah, saat Hari Raya Saraswati, maka semua buku, naskah suci kitab-kitab suci harus diupacarai.

Banten Hari Raya Saraswati

Saat hari raya ini, maka banten yang dihaturkan didepan naskah, buku, dan kitab suci dan melakukan puja kepada Sang Hyang Aji Saraswati adalah:

1. Banten Suci, Banten Pras, Daksina.

2. Penek Ajuman, Kembang Payas,

3. Canang Lengewangi dan Burat Wangi

4. Banten Saraswati, Sesayut saraswati,

5. Banten Segara Gunung,

6. Banten Rayunan Putih Kuning, Canang Raka, dan wewangian.

Jika mampu, seluruh pustaka, seluruh buku, dan naskah diberikan Banten Saraswati. 

3. HARI RAHINAN BANYU PINARUH 

Hari Banyu Pinaruh diperingati 1 hari setelah hari Saraswati.

Hari inilah dimana umat Hindu melakukan sebuah upacara penyucian diri atau Prayascitta. Dengan melakukan penyucian di pancoran-pancoran, mata-mata air, danau, dan laut.

Dapat juga melakukan penyucian diri di Pura-Pura yang sudah memiliki kualifikasi rohani untuk menyucikan lahir dan batin. Seperti Pura Tirtha Empul di Tampak Siring Gianyar, Pura Segara Rupek, Pura Ponjok Batu, Pura Ulun Danu, Pura Beji, dan yang lainnya. Setelah itu barulah menghaturkan banten seperti:

1. Nasi Kuning

2. Wewangian dan Dupa

Semuanya dihaturkan kepada Paduka Bhatara yang berstana di Sanggah atau Mrajan masing-masing. Nasi kuning yang dihaturkan di berikan lauk berupa gerang, kacang saur, bumbu getekan kecicang, telor gerong dan diatasnya diberikan canang apasang.

Setelah menghaturkan bhakti kepada Ida Bhatara, maka banten nasi kuning tersebut di lungsur, dan dimakan bersama. Itulah secara langsung merupakan upacara slamatan agar apapun yang dilakukan semuanya berhasil dengan baik, dan sukses serta mendapatkan anugerah dari Sang Hyang Saraswati.

4. HARI RAHINAN TUMPEK WAYANG

Pada hari Tumpek Wayang baik untuk melakukan bhakti kepada Sang Hyang Iswara atau Manifestasi Tuhan Yang Maha Esa sebagai dewanya seni dan ilmu pengetahuan. Dalam konteks yang lain, Sang Hyang Iswara juga sering disebut sebagai Sang Hyang Pasupati. Sebab diyakini apapun bentuk kesenian di Bali, semuanya ditujukan sebagai sarana untuk ngaturang ayah kepada Ida Bhatara. Sarana itu juga harus suci dan diberi jiwa agar apapun bentuk kesenian tersebut menjadi hidup.

Untuk alasan itulah di hari Tumpek Wayang ini dilakukan pemujaan kehadapan Sang Hyang Pasupati yang tidak lain adalah manifestasi Bhatara Siwa sebagai pengendali seni dan pengendali semua yang ada. Seluruh bentuk kesenian baik berupa Wayang, Topeng, Gambelan, Gong, dan semua jenis jenis tetabuhan seprerti Gender, Gambang, harus diupacarai.

Hari ini baik juga untuk melakukan sebuah upacara penghidupan benda-benda seni yang ditujukan khusus untuk media spiritual. Dengan kata lain baik untuk melakukan upacara ngratep barong, masupati tapakan Ida Bhatara, masupati Topeng, gambelan, Wayang.

Banten Tumpek Wayang

Banten yang dihaturkan secara umum, akan dipaparkan dibawah ini. namun jika terdapat upacara pemasupatian maka itu semuanya tergantung dari tapini dan Wikuyajamana yang menjadi pemimpin upacara saat prosesi tersebut berlangsung:

1. Banten suci

2. Banten Pras dan Ajengan.

3. Ulamnya itik putih lebeng.

4. sedah woh, canang raka,

5. pesucian dan wewangian

upacara ini ditujukan kepada Sang Hyang Iswara sebagai dewanya seni dan ilmu pengetahuan. Dan ini ditempatkan tepat di depan benda-benda seni yang digunakan sarana untuk ngaturang ayah, seperti Topeg, Wayang, Gambelan. Untuk senimannya, juga harius diperhatikan agar apapun yang dibawakan saat pentas, mendapatkan satu wara nugraha.

1. Banten Sesayut, Banten Tumpeng Guru.

2. Prayascittta dan Penyeneng, Dupa dan Pasepan

Itulah yang harus diperhatikan agar semuanya berjalan dengan lancar saat berkesenian. 

Orang Bali beranggapan sebuah seni bukan atas semata uang atau sifatnya material akan tetapi seni adalah sesuatu yang sangat berharga yang merupakan media sebagai ungkapan rasa bhakti manusia kepada Tuhan. Memuja Tuhan atau Ida Bhatara yang indah dengan sebuah keindahan, itulah seni di Bali.

Pada masa dulu ilmu pengleakan maupun pengiwaan juga dianggap sebagai suatu bentuk seni. Sehingga pada hari Tumpek Wayang mereka yang mendalami ilmu tersebut biasanya saling menjajal keunggulan ilmu mereka. Tapi saat ini hal tersebut susah untuk ditemukan.

5. HARI RAHINAN REDITE UMANIS UKIR

Diperingati pada sapta wara yakni Redite, kemudian Panca Wara yakni Umanis dan Wuku Ukir.  Dalam beberapa lontar dan naskah suci Hindu yang utamanya kitab-kitab Nibandha. Ada upacara pemujaan yang ditujukan kehadapan Ida Bhatara Hyang Guru sebagai Dewata agung yang paling dominan menjadi pengayom seluruh kehidupan manusia Hindu di Bali.

Pada hari Redite Umanis Ukir inilah Ida Bhatara Hyang Guru dipuja sebagai yang tertinggi. Dalam Theologi Hindu, Ida Bhatara Hyang Guru adalah salah satu Dewata utama yang menentukan layaknya hakim agung dalam sebuah keluarga dan beliau merupakan manifestasi dari Sang Hyang Tiga Wisesa yang berstana di Kahyangan Tiga, yakni Puseh, Dalem dan Pura Bale Agung.

Dalam Kahyangan Tiga, maka seluruh hukum alam, Utpati, Stiti dan juga Pralina menjadi satu kesatuan dalam satu wilayah Rong Tiga yang terdapat dalam setiap keluarga Hindu di Bali. Oleh sebab itu sebenarnya apapun yang kita mohonkan, apapun yang kita harapkan dan apapun yang hendak kita lebur baik petaka, mara bahaya, dan juga penyakit, semuanya ada dalam satu naungan Ida Bhatara Hyang Guru.

Kesalahan fatal yang sering dilakukan oleh kebanyakan umat Hindu adalah seringnya kita mengabaikan Ida Bhatara Hyang Guru. Akibatnya tidak jarang manusia tersebut kebingungan dalam menjalani hidup. Terkadang banyak pekerjaan namun susah rejeki, atau sering mengalami kesakitan. Ada juga yang dengan berniat untuk memperdalam rohani, mereka pergi jauh-jauh untuk tirtha yatra ke tempat-tempat yang angker, Pura-pura yang berlokasi sangat jauh, dan juga tempat Samadhi guru-guru suci jaman dahulu. Namun melupakan Ida Bhatara Hyang Guru yang berstana di Rong Tiga.

Untuk itulah, yang harus dilakukan adalah selalu ingat dengan beliau dan saat Redite Umanis Ukir datang, maka persembahkanlah sebagai berikut:

Banten Redite Umanis Ukir

1. Banten Sesayut Pangambyan

2. Banten Sedah Ingapan 25 tanding

3. Canang Wewangian dan Reresik serta pesucian.

4. Pejati Alit lengkap dengan segehan.

Banten tersebut dihaturkan kehadapan Ida Bhatara Hyang Guru. Kemudian di sisi kanan dan kiri haturkan juga banten ajuman, dan jangan lupa menghaturkan dupa yang harum untuk pengundang dewata turun. Ketika menghaturkan ini, maka seluruh keluarga atau naggota keluarga harus berkumpul dan berdoa serta mengahatur bhakti secara bersamaan.

Dengan demikian, maka kita akan memperoleh keselamatan dan kerahayuan kerahajengan yang berlimpah. Memohon keselamatan seisi rumah dan seantero yang ada disekeliling pekarangan kita, dengan demikian marabahaya dan segala macam keburukan akan hilang dengan sendirinya.

Ida Bathara Hyang Guru adalah juga memuja para keluarga kita yang telah berpulang baik itu kakek,nenek,orang tua maupun leluhur leluhur kita.

6. HARI RAHINAN TUMPEK UDUH

Pada hari ini dilakukan upacara untuk memohon segala tanam tanaman tumbuh subur dan dapat menghasilkan panen sesuai harapan.

Secara perhitungan wewaran maka hari raya ini jatuh pada sapta wara Saniscara (sabtu), kemudian Panca Wara jatuh pada Kliwon, kemudian Wuku jatuh pada Wuku Wariga. Hari raya ini sering juga disebut dengan Hari Raya Tupek Bubuh, atau Tumpek Wariga, atau sering juga disebut sebagai Tumpek Pengatag. Disebut Bubuh karena saat itu dihaturkan bubur sumsum yang terbuat dari tepung, disebut Tumpek Pengatag, karena mantra yang digunakan adalah mantra untuk upacara tumbuhan dibarengi dengan sebuah prosesi ngatag menggetok-getok batang tumbuhan yang diupacarai.

Saat Hari Raya Tumpek Pangatag ini adalah saat dimana menghaturkan bhakti kehadapan Ida Bhatara Sang Hyang Sankara. Beliau adalah Dewanya segala macam jenis tumbuhan atau tanaman. Tanaman adalah mahluk yang paling banyak gunanya dan manfaatnya bagi kehidupan manusia. Secara perhitungan waktu, Hari raya ini jatuh 25 hari sebelum datangnya hari raya Galungan.

Yang harus dilakukan saat hari raya ini adalah menghaturkan banten dan dihadapkan ke arah Kaja Kauh. Sebab menurut konsep Nawa Sanga di Bali, Bhatara Sankara sebagai dewanya tumbuhan menempati arah kaja kauh.

Banten Hari Raya Tumpek Pengatag:

1. Banten Prass

2. Banten Nasi Tulung Sesayut.

3. Banten Tumpeng

4. Bubur Sumsum (dibuat dari tepung)

5. Banten Tumpeng Agung.

6. Ulamnya Itik di guling, banten penyeneng.

7. tetebusan, dan Canang sari, ditambah dupa harum

haturkan banten tersebut menghadap kaja kauh, dan hayatlah Bhatara Sankara sebagai Dewanya tumbuhan. kemudian setelah itu seluruh tanaman, pohon yang ada disekitar rumah dan dipekarangan, baik yang hanya berdaun, berbunga dan berbuah, diberikan sasat gantungan dibagian batangnya diikat.

Setelah itu, diberikan bubur sumsum yang tadi yang dibuat dari tepung. Lalu atag pukulkan tiga kali dengan pisau yang tumpul (tiuk Puntul) dengan mengucapkan mantra sebagai berikut:

“Kaki-kaki, dadong ija? Dadong jumah gelem kebus dingin ketor. Ketor nged-nged-nged-nged, nged kaja, nged kelod, nged kangin, nged kauh, bib selae lemeng galungan mebuah pang nged”

Dengan mengucapkan hal itu maka diharapkan nantinya tanaman yang berbunga akan berbunga lebat. Yang berbuah akan berbuah lebat. Itulah harapan yang baik, dan nantinya buah itu akan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat banyak. Sehingga kehidupan masyarakat diharapkan lebih makmur dan terjamin karena segala tanam tanaman tumbuh subur dan diharapkan panen melimpah.

7. HARI  RAHINAN TUMPEK LANDEP

Landep artinya tajam,jaman dahulu segala alat persenjataan perang yang tentunya tajam,diupacarai pada hari ini. 

Hari tumpek landep adalah hari dimana jatuh pada perhitungan wewaran sapta wara Saniscara, Panca wara Kliwon, dan Wuku Landep. Hari ini adalah hari yang baik juga untuk melakukan sebuah upacara Pasupati. Sebab dihari ini juga diyakini sebagai hari istimewa untuk memuja Sang Hyang Pasupati, sebagai Dewanya yang mengendalikan seluruh unsur kehidupan, baik nyata dan yang tidak tampak.

Namun berbeda dengan hari raya Tumpek Wayang, yang hanya digunakan untuk memperkharisma kembali Taksu, Tumpek Landep lebih condong pada upacara yang ditujukan kepada semua jenis senjata, semua jenis benda yang berbahan dasar besi, emas, dan juga bahan-bahan tambang yang lainnya. Dalam hari ini, baik juga untuk melakukan pasupati pada benda-benda yang digunakan untuk keperluan magis atau sacral. Tujuannya adalah agar setiap benda yang digunakan selalu mendapatkan sentuhan rohani.

Ada yang perlu diluruskan dalam hal persembahyangan saat hari raya Tumpek Landep ini. sebagian besar masyarakat Bali cenderung memberikan banten yang mewah dihadapan mobil, sepeda motor,sepeda dan lain sebagainya. Mereka beranggapan bahwa hari Tumpek Landep adalah hari otonan kendaraan. Hal-hal semacam ini adalah keliru. Karena sedari dulu mendapatkan hal tersebut dan dijalankan seperti kebiasaan yang susah dirubah, maka banyak sekali umat Hindu yang mengahaturkan sembah bhaktinya dihadapan mobil dan sepeda motor mereka sendiri.

Inilah letak kekeliruannya. Dengan adanya hal tersebut maka seolah-olah umat Hindu Bali memuja mobil dan sepeda motor mereka layaknya para Dewata yang agung. Bukan hanya itu, jika kita bercermin dengan hal ini, maka umat dari agama lain akan mencap kita sebagai agama kafir yang mnyembah berhala.padahal sangat jelas bahwa agama kita memuja Para Dewata sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa.

Yang perlu dilakukan adalah haturkan banten Tumpek Landep kehadapan Ida Bhatara Hyang Guru yang berstana di Rong Tiga. Kemudian kita nunas tirtha Ida Bhatara Hyang Guru dan tirta tersebut kita percikkan kepada benda-benda seperti mobil, sepeda motor ataupun computer. Dengan tentu saja benda tersebut sudah diberi sasat gantungan sebagai cirri bahwa benda itu hendak di sucikan dan agar pemiliknya mendapatkan kerahayuan.

Banten Tumpek Landep

1. Banten Tumpeng putih kuning adanaan

2. Ulamnya ayam putih, dengan terasi Bang.

3. 28 tanding sedahan who.

Banten inilah yang dihaturkan dihadapan Ida Bhatara Hyang Guru di Sanggah Kemulan. Memohon agar apapun benda yang berhubungan dengan aktifitas manusia dan kelangsungan hidup manusia dapat digunakan dengan baik tanpa kekurangan satu apapun dan tanpa membahayakan pemiliknya.

Setelah itu, jika Umat Sedharma memiliki benda-benda pusaka seperti keris, tombak, ataupun benda warisan lelhuru terdahulu atau juga benda-benda yang memiliki nilai sakral, maka dihaturkan juga banten sebagai berikut:

1. Banten Sesayut Pasupati

2. Banten sesayut Jayeng Perang.

3. Banten Sesayut Kusuma Yudha

4. Banten suci, dan canang wewangian serta reresik.

Maksud dari mengahturkan banten sesayut kusuma Yudha, Sesayut jayeng Perang dan Pasupati adalah bahwa mengingat benda-benda tersebut adalah alat untuk mempertahankan diri dan alat saklral sebagai tanda bahwa seseorang memiliki kekuasaan serta wibawa dalam territorial tertentu dan hanya dimiliki hanya oleh para pembesar dijaman tersebut, maka tujuan untuk mengahaturkan Banten ini adalah sebagai kedigdayaan.

Hindu adalah sebuah agama yang tidak memangkas habis semua peradaban yang berbeda dengan yang lainnya. Sebab agama Hindu adalah sebuah agama universal yang mampu merangkul apapun bentuk produk dari sebuah peradaban manusia. Pelestarian yang dilakukan bukan hanya sebatas sekala (jasmani) atau tampilan fisik semata, namun juga dilakukan dengan sebuah upaya pelestarian yang bersifat spiritual.

Menjaga agar tuah benda tersebut tidak hilang adalah sebuah hal yang dilakukan sebagai sebuah upaya bentuk pelestarian sisi niskala atau rohaninya. Dengan demikian kekuatan jasmani dan rohani dari Bhuana Agung dan Alit akan mencapai sebuah titik keseimbangan yang harmonis.

8. HARI RAHINAN SOMA PON SINTA

Pada hari rahinan ini intinya kita menghaturkan rasa terima kasih kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atas kemakmuran yang sudah diberikan.

Hari ini jatuh pada Sapta wara Soma atau hari senin, kemudian Panca waranya adalah Pon, dan Wukunya adalah Sinta. Hari ini nama lainnya adalah hari raya Soma Ribek. Hari ini adalah sebah hari dimana kita menghaturkan bhakti kehadapan Ida Bhatari Sang Hyang Sri Amertha. Atau dengan kata lain manifestasi dari Bhatari Sri yang memberikan kemakmuran duniawi.

Karena ini berkaitan dengan kemakmuran, maka dijaman dahului ketika hari raya Soma Ribek datang, masyarakat Hindu di Bali melakukan perembahan kepada Ida Bhatari dengan menghaturkan banten di setiap Lumbung, atau Jineng dan tempat-tempat penyimpanan beras. Oleh sebab banyaknya peralatan pertanian yang diupacarai saat hari raya ini, maka masyarakat Hindu Bali yang memiliki provesi sebagai petani tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas seperti menumbuk padi, dan juga memanen padi.

Banten Pagerwesi

1. Banten nyahnyah geringsing, geti-geti.

2. pisang emas, canang lengewangi.

Banten ini dihaturkan di lubung atau jineng dan dipersembahkan kepada Ida Bhatara Sri Amertha. Kemudian jangan lupa juga menghaturkan banten tersebut ditempat makan, di tempat penyimpanan beras, dan sebagainya yang berhubungan dengan makanan serta kehidupan masyarakat di sana.

Ada juga yang menghaturkan banten di hari Soma Ribek dengan mempersembahkan Tipat sari, dan dengan dibarengi Canang raka, disetiap palinggih yang terdapat di Mrajan atau di sanggah. Dengan kata lain saat Soma Ribek, maka setiap palinggih yang ada dihaturkan Tipat sari dengan canang raka. Cukup dengan pisang yang disisir tipis dan di tempatkan di bagian atasnya berupa plaus atau sebagian orang lain menyebutkannya sebagai Wadah Base yang biasa terdapat di banten Ajuman.

Dalam canang meraka inilah umat bisa saja membuatnya dengan buah pisang yang diiris tipis dan dilengkapi denan raka-raka seperti jajan gina, uli, kacang saur sebagai ulamnya, kemudian dilengkapi juga dengan nasi dan barulah diberikan tipat sari sebagai cirri utama Soma Ribek. Dengan demikian umat tidak merasa diberatkan dengan banten sekecil itu. Namun yang jelas banten itu harus ada disetiap pelinggih dan tempat-tempat lain yang ada nilai sakralnya, seperti jineng ataupun kelumpu.

9. HARI RAHINAN PAGERWESI 

Hari ini jatuh Sapta Waranya adalah hari rebo, kemudian Panca waranya adalah Kliwon dan Wukunya adalah Sinta, wuku pertama dalam perhitungan Pawukon di Bali. Hari raya ini sering juga disebut dengan Hari raya Pagerwesi. Sebuah hari dimana Ida Bhatara Sang Hyang Paramesti Guru tengah memberikan panugrahan kepada seluruh isi dunia.

Oleh sebab itu, kita juga wajib menghaturkan Bhakti kepada Ida Bhatara Sang Hyang Paramesti Guru. Keselamatan yang diharapkan adalah keselamatan jasmani dan rohani. Dengan kata lain keselamatan yang ada di alam raya (Bhuana Agung) dengan Bhuana Alit (diri manusia sendiri).

Untuk itulah di Mrajan atau di masing-masing Sanggah harus mengahturkan banten. 

Intinya penghormatan kehadapan Ida Bhatara Sang Hyang Paramesti Guru yang berkenan untuk memberikan keselamatan dunia beserta isinya. Namun menurut pelutuk yang ada maka, di hari raya Budha Kliwon Sinta ini, atau hari raya Pagerwesi, maka di setiap Mrajan atau sanggah menghaturkan banten :

Banten Pagerwesi

1. Banten suci, banten penyeneng.

2. Banten sesayut Panca Lingga.

3. Banten Ajuman, Canang reresik.

4. juga wewangian dan dupa harum.

Upakara ini dihaturkan kehadapan Ida Bhatara Sang Hyang paramesti Guru. Dan kita menghaturkan bhaki kehadapan beliau memohon keselamatan dunia beserta isinya.

Karena hari raya ini untuk memohon keselamatan dunia, maka diri kita juga harus mendapatkan energi rohani dari beliau. Untuk itulah untuk diri manusia sendiri agar selamat sentosa maka membuat banten sebagai berikut:

1. Banten sesayut pageh Hurip.

2. Banten Prayascitta (penyucian diri)

Banten inilah yang kemudian terus di tatab oleh pribadi memohon keselamatan diri dan diberikan kekuatan. Prayascitta itu sendiri memiliki makna untuk penglukatan diri pribadi, sedangkan banten sesayut pageh hurip, adalah dimaksudkan untuk panjang umur.

10. HARI RAHINAN BUDDHA KLIWON PEGATUWAKAN

PAada hari ini dilakukan upacara yang kegunaanya adalah untuk mengakhiri rentetan hari raya Galungan dan Kuningan.

Inilah hari yang disebut dengan hari raya Budha Kliwon penelahaan Galungan. Atau hari terakhir rentetan upacara hari raya galungan. Ada yang harus diluruskan oleh masyarakat dengan adanya Budha Kliwon pegat uwakan ini. seharusnya di hari inilah umat Hindu melakukan sebuah upaya pencabutan penjor dan membakarnya kemudian abu sisi pembakaran tersebut di tanam dihalam rumah dengan menghaturkan canang sari.

Banyak yang tidak mematuhi aturan ini. bahkan ada juga umat yang tidak mencabut penjor mereka padahal hari Budha Kliwon Pegat Uwakan sudah lewat lama sekali. Inilah yang perlu untuk diluruskan. Banten yang ada di hari ini adalah sebagai berikut:

1. Banten sarwa Pawitra.

2. Canang lenge wangi burat wangi.

3. Banten Sesayut Dirgayusa

4. Banten Tetebusan dan penyeneng.

Dengan adanya banten ini diharapkan nantinya akan ada sebuah kerahayuan dan berkah yang diterima akan berlanjut terus hingga hari raya Galungan yang akan datang. 

Semiga apa yang kami ulas diatas berguna bagi kita semua. Dresta disetiap daerah berbeda beda,jika anda mempunyai dresta atau kebiasaan yang sudah turun temurun,hendaknya ulasan diatas untuk dipergunakan sebagai perbandingan saja demi menambah wawasan kita semua.

Mohon maaf jika ada kekurangan disana sini. 



This post first appeared on Sewa Mobil Di Bali Murah Puri Bali Car Rental, please read the originial post: here

Share the post

Bermacam Ritual Upacara Keagamaan Terkait Rahinan Di Bali

×

Subscribe to Sewa Mobil Di Bali Murah Puri Bali Car Rental

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×