Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

10 Kisah penyandang disabilitas keliling Indonesia

Tags: indonesia
Meski kondisi tubuh tak normal, hal itu tidak menyurutkan semangat para penyandang disabilitas yang penuh  keterbatasan di bawah ini. Semangatnya luar biasa, bahkan melebihi orang yang memiliki tubuh normal.
Mereka tak mau dibelaskasihani. Tapi mereka bangun dan bangkit untuk berbuat sesuatu, berkarya serta bekerja. Hasilnya pun luar biasa, asal ada kemauan pasti ada jalan. Ya seperti yang dilakukan oleh orang-orang penyandang cacat atau disabilitas ini. Berkarya dan bekerja bahkan keliling Indonesia, di tengah keterbatasan rupanya tak menyurutkan semangat orang-orang di bawah ini. Siapa saja mereka?


1. Bibit wahyudin
Salah satu penyandang cacat dari Blitar, Jawa Timur, Bibit Wahyudin Abianto, keliling Indonesia dengan kendaraan bermotor roda tiga untuk memperjuangkan hak penyandang cacat.
Dalam perjalanannya, sudah banyak daerah yang disinggahi Bibit. Dia kadang tidur di kantor polisi dan  masjid.
Lebih lanjut Bibit menceritakan, dirinya melakukan aktivitas ini berawal dari banyaknya penyandang cacat yang tidak memperoleh hak-haknya, layak orang normal. “Kesempatan kerja itu sama, tidak ada perbedaan antar orang normal dan cacat,” ujarnya.
Perjalanan tersebut dimulai sejak Januari 2013, diawali dari Bandung hingga ke wilayah Dompu. Selanjutnya berkunjung ke wilayah timur Indonesia. “Saya akan melakukan kampanye di Kupang dan Sulawesi,” ungkapnya.


2. Sri Lestari
Keterbatasan bukan alasan untuk tidak bisa berbuat untuk orang banyak. Sri Lestari, seorang penyandang paraplegia telah membuktikan dengan segala kekurangannya bisa menginspirasi bagi semua orang, termasuk panyandang difabel dengan cara keliling Indonesia untuk mengkampanyekan hak-hak kaum difabel di Indonesia.
Kakinya lumpuh dari pinggang ke bawah tidak dapat bergerak sama sekali. Kesehariannya ia berjalan dengan dibantu kursi roda. Kelumpuhannya tidak membuat dia harus berpangku tangan di rumah. Akan tetapi sebelumnya dia telah pergi dengan mengenderai motor yang telah dimodifikasi dari Jakarta ke Bali dengan jarak tempuh 1000 Km pada tahun 2013 lalu.
Sri, begitulah rekan-rekannya memanggil namanya. Dia sejak kecil sampai berusia 23 tahun terlahirkan seorang gadis yang normal di Jakarta. Namun di usia meranjak dewasa, Sri harus mengalami kecelakaan yang hingga menyebabkan kelumpuhan dari pinggang ke bawah.
Setelah sukses mengenderai motor modifikasinya dari Jakarta ke Bali. Kali ini ia bertekat hendak mengenderai motor modifikasinya dari titik nol Indonesia yaitu Sabang daerah paling barat Indonesia. Setiap kabupaten/kota yang ia lintasi, Sri mengaku akan mengunjungi penyandang difabel baik individu maupun secara organisasi.


3. Imam Sukamto
Banyak cara yang dilakukan setiap orang untuk menyuarakan suara hati dan mimpinya, salah satunya adalah yang dilakukan Imam Sukamto, warga Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur, dalam menyuarakan kaum difabel atau penyandang cacat di Indonesia.
Imam yang mengalami lumpuh di kedua kakinya sejak berumur 4 tahun berkeliling Indonesia sejak 3 November 2012 lalu dengan kursi roda hasil modifikasinya.
Pria kelahiran 30 April 1953 ini memiliki tujuan mulia dalam berkeliling Indonesia. Ia berharap semua pemerintah daerah di Indonesia menyediakan fasilitas umum yang ramah bagi penyandang cacat tubuh atau kaum difabel.
"Saya bukan mau menekan atau menuntut. Saya hanya menyuarakan dan menghimbau saja agar kaum difabel lebih diperhatikan,"


Artikel lainnya...
10 Ide kreatif dari sampah jadi rupiah 10 Pasukan prajurit wanita dalam sejarah Indonesia Jual komputer Pentium4, Dual Core, Core2Duo murah



4. Simon Sundoro
Cacat tubuh bukan penghalang untuk melakukan aktifitas di luar rumah. Ketimbang tinggal di rumah berpangku tangan tanpa kegiatan, Simon Sundoro, warga Desa Wonorejo, Kecamatan Kemang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, memilih untuk berkeliling Indonesia.
Sejak 2009 atau empat tahun silam, pria kelahiran 28 Agustus 1964 yang mengalami lumpuh kaki ini mulai meninggalkan kampung halamannya. Dengan hanya menggunakan kursi roda, Simon Sundoro sudah menjejaki 10 provinsi yang ada di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan adanya sertifikat yang ditandatangani Kepala atau Wakil Kepala Daerah yang sudah dikunjungi.
Rabu, 27 Februari 2013, Simon Sundoro yang meninggalkan istri dan empat orang anak tersebut tiba di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar). Di Polman, yang pertama ia datangi adalah Kantor Bupati Polman.
Kedatangan Simon Sundoro di kantor Bupati sempat disangka untuk meminta sumbangan dari pemerintah. Namun, tidak begitu, kedatangannya melainkan dengan tujuan yang mulia untuk menyerukan perdamaian. “Ini bukan untuk minta sumbangan. Cuma ingin membawa pesan perdamaian kepada pemerintah,” tutur Simon Sindoro di gerbang masuk Kantor Bupati Polman.
Ketika baru mulai meninggalkan kampung halamannya pada 24 Agustus 2009, Simon Sundoro hanya membawa modal uang senilai Rp7 ribu dan pakaian serta perlengkapan lainnya. “Saya percaya sama Tuhan, selama di perjalanan pasti banyak yang membantu saya,”tuturnya.
Kenyataannya, apa yang ia yakini telah terbukti, selama empat tahun perjalanannya, Simon Sundoro yang hanya bermodal seadanya kini sudah mengelilingi belasan provinsi. Biaya hidup dan perjalanan hingga berpindah-pindah daerah semuanya adalah pemberian orang. Meski, Simon Sundoro secara khusus tidak meminta suatu apapun kepada orang atau pejabat yang ditemuinya.
“Selama perjalanan, biaya hidup dan perjalanan merupakan pemberian orang atau kepala daerah. Tapi, saya gak minta-minta. Kalau ada yang ngasih, ya saya terima,” katanya.


5. Imam Sujoko, Duta Pelopor Keselamatan Lalu Lintas
Kasat Lantas Polres Klungkung AKP Wayan Subrata yang didampingi KBO lantas, Kaur Reg Iden, Kasi Dikmas Sat Lantas Polres Klungkung menerima Imam Sujoko selaku Duta Pelopor Keselamatan berlalulintas, bertempat di Sat Lantas Polres Klungkung,
Kedatangan Imam Sujoko Ke sat Lantas Polres Klungkung banyak mengundang pandangan kearahnya, pasalnya saat memasuki Kantor Sat Lantas Polres Klungkung kondisi Imam sangat memprihatinkan, dia kehilangan kaki kirinya dan hanya dibantu tongkat penyangga untuk melakukan aktivitasnya sebagau Duta Pelopor keselamatan berlalulintas.
Kekurangan fisik tidak membuat dirinya patah semangat untuk mencapai keinginan, hanya dengan satu kaki Imam memulai perjalanannya keliling Nusantara, meski hanya mempunyai satu kaki, semangatnya itulah yang mengantarkan dirinya menjadi Duta pelopor keselmatan berlalu lintas.
Imam Sujoko nama lengkapnya, dilahirkan di Jember pada tanggal 3 Maret 1968 ini, didaulat menjadi Duta pelopor keselamatan berlalulintas, gelar yang disandangnya itu membuat banyak kalangan semakin mengenalnya, terutama para Kasat Lantas dan Direktur Lalu Lintas yang pernah disinggahinya.


6. Murtini, Tuna netra keliling Indonesia
Sejak tahun 2007, Dr. Hj Murtini SH., MM. penyandang tunanetra warga Komplek Perwira Tinggi Cibubur RT01/15, Jakarta Timur, berkeliling Nusantara. Kota Bandung menjadi kota terakhir mantan dosen Universitas Negeri Riau ini untuk mengetahui pelayanan dan perlakuan para pemimpin daerah di Nusantara terhadap penyandang cacat.
“Selama ini banyak masyarakat memandang lemah terhadap penyandang cacat, demikian pula dengan pemerintah. Saat saya berkunjung dikira hendak meminta sumbangan. Padahal saya berkeliling Nusantara untuk mengetahui sejauh mana mereka memperlakukan para peyandang cacat seperti saya ini, dan pengalaman ini mau saya bukukan dan mungkin akan masuk Muri (museum rekor Indonesia) sebagai pengeliling nusantara wanita cacat seorang diri,” ujar Murtini saat berkunjung ke Kantor Redaksi HU Pikiran Rakyat, Jalan Soekarno-Hatta 147, Kota Bandung.
Istri dari seorang pensiunan perwira TNI dan ibu dari enam orang anak ini mengalami kebutaan akibat kecelakaan lalu lintas bus Lorena pada pertengahan tahun 2004 di Puncak Pass Cianjur. Saat itu ia akan mengikuti lokakarya perubahan kurikulum. Namun kebutaannya tidak menghalangi niatnya untuk berkeliling Nusantara


7. Helman Kamal Husein

Kecintaan kepada negeri ini, namun tiada uang untuk bisa menyaksikan dari dekat dan mengunjungi kota-kota di pelosok nusantara, mendorong penderita tuna rungu ini Helman Kamal Husein memilih berjalan kaki untuk keliling nusantara.
Selama 3,5 tahun, tepatnya sejak 10 November 2010 lalu, dia memulai petualangannya berjalan kaki menyusuri jalan utama kota untuk melngelilingi Indonesia. Sampai terakhir ketika dia mampir ke Kantor Bupati Karanganyar dan Kapolres di Lereng Lawu itu, dia sudah mengunjungi 22 provinsi di Indonesia.
"Yang belum tinggal Batam, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, serta Timor Timur saja. Sebetulnya saat itu sudah sampai ke Kupang, tetapi karena masuk ke Timor Timur agak sulit, saya tidak jadi," kata dia.


8. A Khalis Asraf dan M Ali Umar
Bupati Bengkalis, H Herliyan Saleh menerima dua anggota Pramuka luar biasa yang berkeliling Indonesia menjalankan misi mengenalkan budaya dan adat istiadat Bhineka Tunggal Ika di ruang kerjanya.
Anggota Pramuka luar biasa ini adalah A Khalis Asraf dan M Ali Umar. Meski memiliki keterbatasan, penyandang tunarungu,  namun tidak menyurutkan semangat keduanya berkeliling Indonesia menjalankan misi mengenalkan budaya dan adat istiadat Bhinneka Tunggal Ika.
Saat bertatap muka dengan Bupati, A Khalis Asraf dan M. Ali Umar  terlihat begitu sumringah. Bahkan keduanya langsung mengajak Bupati untuk foto bersama dan meminta tanda tangannya.  Mereka juga menunjukan berkas berisi dokumentasi perjalanan, seperti foto-foto dengan kepala daerah lengkap dengan tanda tangannya, sebagai bukti mereka berdua telah sampai kedaerah tersebut.
Bupati H Herliyan Saleh mengaku bangga akan semangat  yang ditunjukan oleh dua Praja Muda Karana itu yang memiliki niat untuk mengenal seluk beluk Indonesia.


9. Rahma & Yunara, Pasutri Tuna Rungu
Bersepeda keliling Indonesia mungkin terdengar sudah biasa bagi kebanyakan orang. Tapi perjalanan yang dilakukan sepasang suami istri penyandang tuna rungu barangkali boleh dikategorikan sebagai sesuatu yang luar biasa.
Perjalanan itulah yang kini dilakoni sepasang suami istri tuna rungu, Yunara dan Rahma Anggraeni Chibro. Keduanya bertekad mengadakan perjalanan keliling Indonesia dengan bersepeda. Bahwa mereka ingin keliling Indonesia untuk membuktikan penyandang tunarungu memiliki kemampuan sama dengan orang normal untuk melakukan segala sesuatu yang luar biasa.
Suka duka telah mereka alami ketika hendak memulai perjalanan ini. Kendala komunikasi memang menjadi hambatan mereka saat melakukan persiapan. Rodalink dalam hal ini turut mendukung perjalanan mereka dengan bantuan service dan sparepart. Ketersediaan cabang-cabang Rodalink yang tersebar di seluruh Indonesia tentu saja dapat turut membantu selama perjalanan.
Dengan mengayuh sepeda, mereka mulai bertolak dari Bandung, 30 Juni 2009 lalu, menuju Jakarta. Berbekal dua sepeda Polygon Neptune terbaru, keduanya diberangkatkan dari depan Gedung Departemen Dalam Negeri Jalan Medan Merdeka Utara No 7, Jakarta Pusat, pada Selasa pagi, Tgl. 11 Agustus 2009 dan dilepas langsung oleh Menteri Dalam Negeri RI, Mardiyanto.


10. Irma Suryati, Tuna daksa keliling dunia
Virus Polio boleh saja melumpuhkan kaki Irma Suryati. Namun cacat yang dia derita tidak membuat semangat hidupnya turut lumpuh. Meski saat berjalan harus dibantu kayu penyangga, Irma mampu berprestasi bahkan melebihi orang normal.
Dengan keterbatasan fisiknya, perempuan asal Desa Karangsari, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen itu telah membuktikan bahwa penyandang cacat pun bisa mandiri. Melalui usaha Mutiara Handycraft yang dirintis bersama suaminya Agus Priyanto yang juga seorang tuna daksa, perempuan kelahiran Semarang, 1 September 1975 itu mengembangkan aneka kerajinan dari limbah.
Melalui kreativitasnya, kain sisa industri garmen dibentuk menjadi aneka produk keset yang unik. Desain keset berbentuk bunga, karakter kartun, bentuk binatang seperti panda, kupu-kupu, dan katak, maupun elips adalah di antara hasil karyanya. Keset-keset itu tidak sekadar dijual di pasar lokal, namun telah dipasarkan untuk konsumen luar negeri. Khusus desain kupu-kupu bahkan untuk memenuhi konsumen dari Autralia yang dijual melalui broker dengan harga tujuh dolar per unit.


sumber:
http://www.metrosulawesi.com/
http://wartakota.tribunnews.com/
http://www.merdeka.com/
http://www.lokal-zone.com/       
http://www.pikiran-rakyat.com/
http://www.suaramerdeka.com/
http://www.bumipesisir.com/     
https://samarindalowridercommunity.wordpress.com/
http://ondosupriyanto.blogspot.com/
http://news.okezone.com/
bilamana terdapat kesalahan, mohon diralat, terima kasih


This post first appeared on Media Ranah Jaya Inspirasi Hari Ini, please read the originial post: here

Share the post

10 Kisah penyandang disabilitas keliling Indonesia

×

Subscribe to Media Ranah Jaya Inspirasi Hari Ini

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×