Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Mengungkap Rahasia Malam Seribu Bulan

Warta IPTEK - Ramadhan tengah memeluk umat Islam. Ketika senja merah di ufuk Barat merekah, orang berbondong-bondong memenuhi meja makan, menepis haus dahaga. Waktu berbuka tiba. Dan ketika Malam telah larut, di saat nikmat tidur sampai ke puncak, mereka bangun untuk bersahur.

Ramadhan bulan penuh rahmat. Di pertengahannya ada tanggal 17, saat diturunkan Al-Qur'an. Sedangkan di penghujungnya, bukankah orang senantiasa menggelar sebuah ibadah, berharap akan bertemu sang lailatul qadr!

Ya, lailatul qadr atau Malam Kemuliaan! Nun di bentangan cakrawala sana menghablur kemahabeningan cahayaNya. Rindu dendam dahsyat menggejolak di hati umat Islam. Saat mendengar firman Tuhan yang dikumandangkan berulang-ulang; Innaa anzalnaahufii lailatil qadr. Wa ma adrakamaa lailatul qadr? Lailatul qadri khairummin alfi syahr. Tanajjalul malaaikatu war-ruuhufiihaa bi idzni rabbihim minkulli amr. Salaamun hiya hatta mathla'il fajr.


"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari 1000 bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh dengan kesejahteraan sampai terbit fajar. (Surat Al-Qadr 1-5).

Malam kemuliaan laksana puncak kerinduan umat Islam pada sang pencipta. Masjid dan pesantren dipenuhi orang-orang yang beribadah. Mereka habiskan sepuluh malam terakhir dari bulan Puasa. Bergiat di masjid, mengkaji Al-Qur'an, hingga larut malam. Selama itu dengan penuh kerelaan mereka tepiskan semua nafsu duniawi.

Tidak ada satu malam pun yang mendapat kehormatan begitu tingginya, sebagaimana kehormatan yang diterima malam kemuliaan. Sehingga Al-Qur'an secara khusus menceritakan tentang malam itu dan menamakannya sebagai surat Al Qadr. Surat ini turun sewaktu Nabi masih berada di Mekah. Turun sebagai surat ke-25 di kala Nabi Muhamad SAW masih berada dalam tahun-tahun awal kenabian.

Dengan irama dan isi yang sangat meresap, surat Al Qadr yang terdiri dari lima ayat itu menyebutkan betapa sangat pentingnya waktu yang hanya semalam itu. Suatu peristiwa. besar telah terlaksana, turunnya kitab suci Al-Qur'an dari Tuhan pada Nabi Muhamad SAW. Kala itu sang Nabi diminta untuk mengakhiri zaman kegelapan yang menyelubungi seluruh manusia untuk dibawa ke zaman terang benderang. Pemindahan zaman yang penting itu ditandai Tuhan dengan lailatul qadr.

Turunnya Al-Qur'an pada malam itu dihantarkan dengan segala kebesaran. Diturunkan bersama sebuah barisan besar dari seluruh malaikat yang suci di bawah pimpinan malaikat Jibril. Penghormatan itu berjalan satu malam suntuk dengan tenang dan aman damai, sampai pada terbitnya sang fajar. Tuhan sengaja menggambarkannya dengan kata salam (awal ayat kelima) yang mengesankan bahwa kitab suci itu bertujuan membawa perdamaian.

Tampaknya ini suatu kehormatan yang begitu besar yang terjadi dalam sejarah manusia. Seluruh malaikat yang merupakan puncak kehormatan dan kebesaran mengelu-elukan penyampaian Al- Qur'an bagi manusia. Dalam suatu upacara suci, malaikat Jibril menyerahkan Al-Qur'an pada Nabi Muhamad SAW yang mewakili seluruh umat manusia. Sebab itu lailatul qadr tetap dihidupkan sepanjang tahun sejarah manusia untuk memperingati turunnya Al Qur'an.

Kapankah waktu turunnya Al-Qur'an itu? Umumnya ahli sejarah mengatakan, wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhamad SAW pada tanggal 17 Ramadhan. Tak heran kalau sampai saat ini setiap tanggal 17 Ramadhan sering diadakan kegiatan menyambut turunnya Al-Qur'an atau dikenal dengan sebutan Nuzulul Qur'an. Pada tanggal tersebut diriwayatkan beliau tengah berada dalam gua Hira di bukit An-Nur. Semenjak itu, terus menerus ayat-ayat suci Al-Qur'an beliau terima selama 22 tahun 2 bulan dan 20 hari.

Malam yang berkah itu diperingati setiap tahun dengan nama lailatul qadr. Tentang waktunya yang tepat, dilonggarkan Tuhan kepada beberapa tanggal yang akhir dari bulan Ramadhan. Sehingga tanggal turunnya Al-Qur'an tidak menjadi tanggal yang mati yang tidak boleh digeser-geser. Tidak lagi semata-mata tanggal 17 Ramadhan, tetapi dimungkinkan kepada beberapa malam yang jatuhnya pada pertigaan akhir dari bulan Ramadhan. Pergeseran lailatul qadr ini menjadi rahasia hikmah tinggi dari Tuhan yang Maha Tahu. Dalam surat Al-Qadr, disebutkan bahwa keutamaan malam lailatul qadr melebihi seribu bulan. Artinya amal yang dilakukan pada malam itu sama amalnya dengan pahala seribu bulan. Dengan kata lain senilai dengan ibadah yang dilakukan selama 831 tahun 4 bulan.

Namun banyak pula ulama yang mengartikan 1000 bulan itu bukan semata-mata permainan angka saja. Mereka menganggap angka itu sebagai simbol yang menunjukkan betapa bernilainya malam itu. Bahkan dianggap sebagai malam yang beribu-ribu besarnya sehingga merupakan suatu timeles time yakni suatu malam yang tak terhingga waktunya.

Sungguh beruntung umat nabi Muhamad SAW. Setiap bulan Ramadhan, mereka dapatkan satu malam yang teramat istimewa. Walaupun usia umat Nabi Muhamad SAW kini hanya sekitar 50 sampai 70 tahun saja. Coba bandingkan dengan umat sebelum Nabi Muhammad SAW yang usianya ratusan tahun. Toh Allah menyediakan satu malam yang amal ibadahnya sama dengan ibadah 1000 bulan. Beruntung sekali bukan. Sebagaimana disabdakan nabi,"Barangsiapa mendirikan malam dengan ibadah yang semata-mata didorong oleh iman dan kesadaran maka diampuni Allah segala dosa-dosanya".

Banyak cerita tentang pengalaman orang yang mendapatkan lailatur qadr, namun masih perlu dikaji lagi kebenarannya. Nabi sendiri hanya memberi tanda-tanda kedatangan Hari Kemuliaan itu. 'Esok pagi setelah malam Hari Kemuliaan cahaya matahari akan terasa sejuk dan berwarna putih terang. Warna merah yang biasa menyengat tidak ada'.

Karena itulah Nabi menganjurkan agar umat Islam berlomba-lomba mendapatkan Malam Kemuliaan. Antara lain dalam bentuk doa, shalat, membaca istighfar, tilawah Qur'an, dan bentuk ibadah lain. Nabi bersabda 'Carilah Malam Kemuliaan ini secara sungguh-sungguh terutama dalam sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan'. Di lain waktu Nabi lebih memperjelas 'Sepuluh terakhir itu terdapat pada malam-malam yang ganjil'.

Namun pengertian malam ganjil dan genap itu agak sulit ditentukan. Contohnya saja, di negara Arab puasa dimulai hari Rabu sedangkan di Indonesia ada yang memulai hari Kamis dan ada yang hari Jumat. Kalau sudah begini tentu sulit menentukan kapan malam ganjil dan genap. Karena di Indonesia saja malam ganjil dan genap sudah berbeda-beda apalagi jika dibandingkan dengan negara lain.

Lantas ada pula yang mengatakan malam itu terjadi pada tanggal 27 bulan Ramadhan. Kabar ini juga tidak sepenuhnya benar. Maka dari itu, peningkatan ibadah harus terus dilaksanakan dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Apakah hikmahnya Tuhan tidak menyebutkan tanggal yang pasti dari waktu lailatu qadr?

Itu rahasia Tuhan. Namun bila mengingat sabda Nabi bahwa 'Sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan merupakan malam pembebasan dari dosa dan azab neraka, maka kaum muslimin diharapkan mengisi keseluruhan hari itu dengan berbuat amal saleh. Insya Allah secara tak terduga bertemu dengan lailatul qadr.



This post first appeared on Warta IPTEK, please read the originial post: here

Share the post

Mengungkap Rahasia Malam Seribu Bulan

×

Subscribe to Warta Iptek

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×