Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

CIA dan 70 Tahun Dosa Kejahatan Terorganisir (Bag.III)

LS: Apakah perang melawan narkoba juga perang melawan orang Kulit hitam? Saya akan memberi kerangka untuk pertanyaan ini, karena John Ehrlichman, seorang mantan ajudan top Richard Nixon, konon mengakui hal itu: “Aksi Nixon pada 1968, dan White House Nixon setelah itu, memiliki dua musuh: kaum kiri anti-perang dan orang Kulit Hitam. Anda mengerti apa yang saya katakan? Kita tahu kita tidak dapat membuat legal melawan perang atau orang kulit hitam, tetapi dengan membuat publik mengaitkan kaum hippie dengan mariyuana dan orang kulit hitam dengan heroin, dan kemudian mengkriminalisasi keduanya dengan keras, kita dapat mengganggu komunitas itu. Kita dapat menangkap para pemimpin mereka, menggerebek rumah mereka, menghentikan pertemuan-pertemuan mereka, dan menjelekkan mereka hari demi hari di berita malam. Apakah kita tahu kita sedang berbohong tentang narkoba? Pasti kita tahu.”
Pertama, dan saya dapat kutipan dari buku harian H. R. Haldeman dalam hal ini, tentunya. Di tahap awal kepresidenannya, khususnya pada 28 April, 1969, Nixon menguraikan strategi dasarnya pada kepala stafnya: “[Presiden Nixon] menekankan bahwa kamu harus menghadapi fakta kalau permasalahan utama ialah orang kulit hitam. Kuncinya ialah dengan merancang sebuah sistem yang tidak mengakui hal itu sembari tidak terlihat seperti itu.”
Kedua, jadi, apakah perang pada narkoba yang dimulai di bawah Nixon juga perang pada orang kulit hitam? Dan jika begitu, apa yang memberitahukan kita tentang Amerika Serikat?
DV: Amerika merupakan bekas negara budak dan masyarakat yang terang-terangan rasis, jadi iya, perang pada narkoba, yang dikelola oleh para supremasi putih, dulu dan saat ini diarahkan pada orang-orang kulit hitam dan minoritas yang diremehkan lainnya sebagai sebuah cara untuk menjaga mereka tetap tercabut hak pilihnya. Biro Narkotik yang lama secara terang-terangan rasis: tidak hingga 1968 ketika agen-agen kulit hitam FBN diperbolehkan menjadi pengawas kelompok (Tingkat 13) dan mengatur agen-agen kulit putih.
Saya mewawancarai mantan Agen FBN William Davis untuk buku tentang FBN, The Strength of the Wolf. Davis menceritakan keadaan sulit agen-agen kulit hitam. Setelah lulus dari Universitas Rutgers pada 1950, Davis, ketika mengunjungi kota New York, mendengar penyanyi Kate Smith memuji agen FBN Bill Jackson pada sebuah siaran radio. “Dia (Kate) menggambarkan Bill sebagai seorang pengacara kulit hitam yang melakukan pekerjaan luar biasa sebagai agen federal narkotika,” Davis mengisahkan, “dan itu menjadi inspirasiku. Saya melamar pekerjaan di Biro Narkotik dan langsung diterima, tetapi Saya segera tahu bahwa ada peraturan tidak tertulis kalau agen-agen kulit hitam tidak dapat menjabat posisi yang terhormat: mereka tidak dapat menjadi kepala kelompok, atau mengatur atau memberi perintah pada orang kulit putih. Agen kulit hitam paling sedikit kala itu.”
Davis mengatakan bagaimana Wade McCree, ketika bekerja sebagai agen FBN pada 1930an, menciptakan sebuah obat paten. Tetapi McCree membuat kesalahan dengan menulis surat pada Eleanor Roosevelt mengeluh bahwa jaksa di Selatan memanggil para agen kulit hitam “negro”.
Akibatnya, staf hukum FBN mendakwa McCree karena menggunakan fasilitas FBN untuk menciptakan obat patennya. McCree dipecat efek riak yang diinginkan: pemecatannya mengirimkan pesan yang jelas bahwa keluhan dari agen kulit hitam tidak akan ditoleransi.
Dalam sebuah wawancara untuk The Strength of the Wolf, Clarence Giarusso, seorang veteran agen narkotika New Orloeans dan kepala polisinya pada 1970an, menjelaskan padaku keadaan rasial dari perspektif penegak hukum setempat. “Kami membuat kasus-kasus di pemukiman kulit Hitam karena itu mudah,” katanya. “Kami tidak memerlukan surat penggeledahan, dapat memenuhi kuota kami, dan itu sedang terjadi. Jika kami menemukan obat bius pada seorang pria kulit hitam kami dapat memasukkannya ke penjara untuk beberapa hari dan tidak seorangpun peduli. Dia tidak mempunyai uang untuk pengacara, dan pengadilan siap untuk mendakwa. Jadi daripada berhenti mengonsumsi obat-obatan dia menjadi informan, yang berarti kami dapat membuat lebih banyak kasus di pemukimannya, yang semua menarik bagi kami. Kami tidak peduli tentang Carlos Marcello atau Mafia. Kepolisian kota tidak tertarik pada siapa yang memasukkan obat-obatan itu. Itu adalah tugas agen federal.”
Siapapun yang berpikir ada perbedaan pada hari ini sedang tinggal di dunia fantasi. Di tempat aku tinggal, di Longmeadow, MA, polisi merupakan garis terdepan pertahanan melawan orang kulit hitam dan orang Puerto Rico di kota dekat Springfield.
Sekitar 15 tahun lalu, terjadi pembunuhan Mafia di wilayah Little Italy. Stasiun TV setempat mewawancaraiku mengenai itu, dan Saya mengatakan Al Bruno, bos Mafia yang terbunuh, mungkin seorang informan FBI. Besoknya, orang-orang yang saya kenal tidak mau berbicara denganku. Komentar-komentar dibuat. Seseorang mengatakan padaku anak laki-laki Bruno pergi ke klub kesehatan yang sama denganku. Di kota seperti Springfield dan pemukiman pinggirannya, semua orang berhubungan atau berteman dengan seseorang di dalam Mafia.
Beberapa tahun sebelum pembunuhan Bruno, saya berteman dengan petugas kebersihan di klub kesehatan milikku. Secara kebetulan, ia adalah anak dari seorang detektif narkotika Springfield. Saya dan dia sering bermain biliar dan minum bir di bar setempat. Suatu hari dia memberitahukan padaku rahasia yang diberitahukan oleh ayahnya. Ayahnya mengatakan padanya bahwa polisi Springfield membiarkan bos-bos Mafia membawa masuk narkotika ke Springfield dan sebagai balasannya, mereka memberi nama pelanggan kulit hitam dan Puerto Rico. Dengan cara itu, seperti yang Giarusso katakan di atas, polisi terus membuat kasus dan komunitas minoritas memiliki waktu yang lebih sulit dalam membeli rumah dan untuk melampaui orang-orang kulit putih di pemukiman mereka. Ini terjadi di manapun di AS setiap hari.
LS: Apakah ironis bagi Anda kalau keseluruhan perdagangan narkoba tidak akan seperti sekarang jika obat itu tidak ilegal sejak pertama?
DV: Pelarangan obat-obatan narkotik mengubah masalah kecanduan dari persoalan “kesehatan publik” menjadi masalah penegakan hukum, dan itu dalih untuk memperluas kekuatan polisi dan menata ulang sistem peradilan pidana dan kesejahteraan sosial untuk mencegah kaum minoritas membuat kemajuan politik dan sosial.
Industri perawatan kesehatan ditempatkan di tangan para pebisnis yang mencari keuntungan dengan mengorbankan minoritas yang dipAndang rendah, orang miskin dan golongan pekerja. Para pendidik publik mengembangkan kurikulum yang berlipatganda sebagai indoktrinasi politik yang mempromosikan garis rasis Partai Bisnis. Birokrasi dibangun untuk mempromosikan perluasan kepentingan bisnis di luar negeri, sementara meredam perlawanan politik dan sosial terhadap industri medis, farmasi, pabrik obat-obatan dan penegakan hukum yang diuntungkan darinya.
Membutuhkan sebuah perpustakaan penuh buku untuk menjelaskan dasar-dasar ekonomi perang melawan narkoba, dan alasan peraturan laissez faire Amerika tentang industri yang diuntungkan darinya. Dapat secara singkat dinyatakan, mereka diuntungkan darinya sama seperti Mafia mendapat untung dari narkoba.
Cukuplah dikatakan bahwa para investor Wall Street dalam industri obat-obatan telah menggunakan pemerintah untuk melepaskan dan mengubah kekuatan ekonomi mereka menjadi kekuatan politik dan militer dunia; jangan lupa, Amerika bukanlah negara penghasil opium atau kokain, dan obat-obatan narkotik merupakan sumberdaya yang strategis, di atas industri lainnya – termasuk militer. Menguasai suplai obat-obatan dunia, baik legal dan ilegal, merupakan sebuah masalah keamanan nasional. Baca buku saya untuk contoh bagaimana ini dapat berlangsung selama 70 tahun terakhir.
LS: Apakah CIA bagian dari permasalahan opium hari ini di Afghanistan?
DV: Di Afghanistan, petugas CIA mengelola perdagangan obat-obatan dari hammock-hammock (jenis ayunan yang terbuat dari kain, red) mereka di balik bayangan. Produksi opium telah melonjak sejak mereka menciptakan pemerintahan Karzai pada 2001-2002 dan mendirikan jaringan Intelijen ke dalam perlawanan Afghanistan melalui “penduduk sipil ramah” di dalam menggunakan panglima perdagangan narkoba, Gul Agha Sherzai. Publik Amerika secara luas tidak menyadari bawa Taliban telah menurunkan tangannya setelah invasi Amerika, dan rakyat Afghanistan mengangkat senjata hanya setelah CIA memasang Sherzai di Kabul.
Dalam perserikatan dengan Hamid Karzai bersaudara, Sherzai memasok CIA dengan jaringan informan yang menarget rival bisnis mereka, bukan Taliban. Seperti yang Anand Gopal ungkap dalam “No Good Men Among the Living”, akibat dari tips ramah Sherzai, CIA secara sistematis menyiksa dan membunuh pemimpin Afghanistan paling berpengaruh dalam serangkaian serangan ala Phoenix yang meradikalisasi rakyat Afghanistan. CIA memulai perang sebagai dalih pendudukan dan penjajahan yang berkepanjangan.
Sebagai balasan atas pelayanannya, Sherzai menerima kontrak pembangunan pangkalan militer pertama AS di Afghanistan, berserta sejumlah besar monopoli narkoba. CIA mengatur agar para penguasa obat-obatan Afghanistan terbebas dari daftar Badan Anti Narkoba Amerika (Drug Enforcement Administration)/DEA. Semua ini didokumentasikan dalam buku Gopal. Para petugas CIA yang bertugas dengan girang melihat tingkat kecanduan melonjak diantara pemuda-pemuda Afghanistan yang orang tuanya terbunuh dan mereka yang pikirannya telah dirusak oleh 15+ tahun agresi AS. Mereka tidak peduli kalau obat-obatan mencapai kota dalam Amerika, untuk semua alasan ekonomi, sosial dan politik yang dikutip diatas.
Perdagangan narkoba juga memiliki “potensi Intelijen”. Petugas CIA memiliki penyesuaian dengan para panglima Afghanistan terlindungi yang mengubah opium menjadi heroin dan menjualnya pada rakyat Rusia. Hal ini tidak berbeda dari polisi yang bekerja dengan Mafia pedagang narkoba di Amerika; ini merupakan penyesuaian dengan musuh yang menjamin keamanan politik golongan penguasa. Akomodasi ini berdasarkan fakta bahwa kejahatan tidak dapat diberantas, hanya bisa dikelola.
CIA memiliki wewenang untuk bernegosiasi dengan musuh, tetapi hanya jika jaringannya aman dan dapat disangkal. Ini terjadi pada skandal Iran Contra, ketika Presiden Reagan memenangkan rasa cinta rakyat Amerika dengan berjanji untuk tidak bernegosiasi dengan teroris, sementara pemerintahan bermuka duanya secara rahasia mengirim petugas CIA ke Teheran untuk menjual rudal-rudal ke Iran dan menggunakan uangnya untuk membeli persenjataan.
Di Afghanistan, penyesuaian dalam obat-obatan dalam dunia narkoba memberi CIA jalur aman pada kepemimpinan Taliban, dengannya mereka menegosiasikan masalah-masalah sederhana seperti pertukaran tahanan. Dunia mata-mata kriminal di Afghanistan memberikan ruang intelektual bagi rekonsiliasi yang mungkin terjadi. Selalu ada negosiasi awal untuk genjatan senjata, dan dalam setiap konflik modern Amerika itulah pekerjaan CIA. Trump, meskipun begitu, akan memperpanjang penjajahan hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Fakta bahwa 600 agen kelas bawah DEA di Afghanistan membuat semua hal itu dapat disangkal. (HI)


This post first appeared on Misteri Dunia Unik Aneh, please read the originial post: here

Share the post

CIA dan 70 Tahun Dosa Kejahatan Terorganisir (Bag.III)

×

Subscribe to Misteri Dunia Unik Aneh

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×